Share

Bab 3

Author: Lilia Zamora
Aku menanggapinya dengan acuh tak acuh, hanya menggumamkan pelan sati kata, “Oh.”.

“Aku keluar cari sesuatu untuk dimakan.”

Saat itu, Nikita datang bersama Rio.

“Helen, Rio baru saja bilang ingin makan hotpot. Kalau kau nggak keberatan, ayo ikut.”

“Anggap saja ini sebagai permintaan maaf dariku.”

“Aku nggak suka…”

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Kevin sudah lebih dulu menyetujuinya.

Bahkan dia langsung menyuruhku pergi mengambil mobil.

Karena aku sudah memutuskan untuk pergi, aku tak ingin bertengkar dengannya.

Jadi, aku menurut dan pergi ke garasi untuk mengambil mobil.

Begitu mobil keluar, Kevin langsung masuk ke kursi belakang bersama Nikita dan putranya.

Baru setelah mesin dinyalakan, dia menyadari sesuatu.

Dengan sedikit gelisah, dia menjelaskan, “Rio masih kecil dan manja denganku, jadi…”

Dari kaca spion, aku melihat mereka bertiga duduk bersama seperti keluarga harmonis.

Aku tak sabar dan langsung memotong ucapannya, “Kalian duduk bersama saja, lagipula kursi penumpang depan itu berbahaya.”

Kevin tertegun.

Kalimat yang baru saja kuucapkan…

Dulu, dia pernah mengatakan hal yang sama padaku.

Saat itu, kami pernah bertengkar hanya karena kursi penumpang depan.

Dia dengan kesal berkata, “Hanya kursi penumpang, apa yang perlu diperebutkan? Toh itu juga nggak aman.”

Sepanjang perjalanan, aku merasa seperti orang asing yang hanya bisa menyaksikan mereka bertiga tertawa dan bercanda di kursi belakang.

Sesampainya di restoran hotpot, mereka bertiga masuk lebih dulu.

Aku yang masih harus memarkir mobil pun menyusul beberapa saat kemudian.

Namun, saat aku duduk, hanya ada tiga set alat makan di meja.

Kevin terlihat sedikit canggung dan berusaha hendak memanggil pelayan untuk menambah satu set alat makan.

Tiba-tiba, Rio menangis dan berteriak,

“Aku nggak mau makan bareng Tante Monster! Mama bilang dia mau merebut papa dariku!”

“Aku nggak mau…!”

Nikita buru-buru menutup mulut anaknya dan menatapku dengan penuh permintaan maaf.

“Helen, anak kecil hanya asal bicara, jangan diambil hati, ya.”

Kevin langsung menggendong Rio dan mulai menenangkannya dengan lembut.

Tatapan yang ia berikan padaku seakan akulah yang bersalah.

Aku tertawa kecil, lalu menatap Rio dan berkata, “Sayang… Papamu tetaplah papamu. Tante nggak akan merebutnya.”

Mata Kevin berubah drastis setelah mendengar kata-kataku.

Namun sebelum dia sempat bicara, aku sudah lebih dulu berbalik dan memilih duduk di meja lain yang berada di sudut.

Aku menikmati hotpot seorang diri.

Tawa dari meja mereka terus terdengar di telingaku, tetapi tak sedikit pun mengurangi seleraku.

Dalam perjalanan pulang, ponselku berdering.

Itu telepon dari Kevin.

“Helen, kau di mana? Kami sudah selesai makan. Tunggu di parkiran, ya.”

Nada bicaranya begitu santai, seakan-akan apa yang terjadi tadi sama sekali bukan masalah besar.

Aku tak tahu lagi seberapa rendah diriku di matanya.

Setelah diperlakukan seperti itu, apakah aku masih akan kembali bersama mereka?

“Aku sudah di depan rumah.” Aku menjawab datar.

Kevin langsung marah.

“Helen, apa maksudmu?! Kita keluar bersama, kenapa kau pergi sendiri?!”

Aku menjawab dengan tenang, “Bukankah kalian mau nonton film?”

Begitu kata-kata itu keluar, Kevin langsung terdiam. Kata-kata yang hendak dia ucapkan terhenti di tenggorokan.

Sebelum meninggalkan restoran tadi, aku sempat melihat unggahan Nikita di media sosialnya.

‘Rio sudah lama ingin menonton film bersama papa dan mama, dan akhirnya keinginannya tercapai.’

Foto yang diunggahnya adalah potret mereka bertiga.

D kolom komentat, seorang teman mengomentari, “Akhirnya kalian bersama lagi! Selamat, selamat!”

Nikita hanya membalas dengan emoji malu-malu.

Kevin terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya berkata dengan suara yang agak kaku, “Kita juga bisa nonton bareng… Bukankah kau pernah bilang aku belum pernah nonton film bersamamu?”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rosmeri
kasian jd istrinya ga dihargai..
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
laki-laki anjing
goodnovel comment avatar
Anna Waliana
bagus banget ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sosok yang Spesial   Bab 4

    Aku tersenyum tipis dan tanpa ragu berkata, “Nggak perlu, kalian nikmati saja.”Setelah mengatakan itu, aku langsung menutup telepon, sama sekali tak peduli dengan reaksi Kevin di seberang sana.Saat tiba di rumah, aku menerima pemberitahuan dari kantor.Permohonanku untuk kembali ke negara asalku telah disetujui, dan aku diminta untuk segera menyelesaikan urusan di sini sebelum berangkat.Ini adalah satu-satunya kabar baik yang kuterima dalam beberapa hari terakhir.Ketika Kevin pulang, aku sedang merapikan dokumen untuk serah terima pekerjaan.Dia masih marah karena sikapku di telepon tadi, tapi tak mengatakan apa-apa dan langsung mengambil pakaian bersih untuk mandi.Saat dia keluar dari kamar mandi, aku sudah berbaring di tempat tidur, siap untuk tidur.Dia berdiri di tepi ranjang, menatapku tanpa berkedip.Tatapannya begitu intens hingga aku bisa merasakannya meski mataku tertutup.Saat aku mulai merasa terganggu, tiba-tiba ponselku berdering.“Helen! Hari ini kan ulang tahu

  • Sosok yang Spesial   Bab 5

    Ucapanku membuat mata Kevin membelalak lebar.“Cerai?” Suaranya bergetar. “Helen, kau ingin menceraikanku?”Aku mengangkat surat perceraian di tanganku, memperlihatkan bahwa aku sudah menandatanganinya.Kevin langsung merampas dokumen itu dan merobeknya dengan kasar, lalu menggeram,“Aku nggak akan bercerai denganmu! Kita nanti juga akan punya anak… Sayang, kita nggak boleh bercerai!”Di sampingnya, Nikita tiba-tiba berlutut di depanku.“Helen, maafkan aku, ini semua salahku… Kevin cuman merasa kasihan pada Rio, makanya dia melakukan itu.”“Kalau ada yang harus disalahkan, itu aku. Salahkan aku saja…”Aku langsung menariknya dari lantai dengan kasar, lalu menamparnya keras.Nikita menutup wajahnya, matanya penuh dengan ketidakrelaan, tapi dia tak bisa melakukan apa pun.“Kau pikir aku masih seperti dulu, yang nggak akan melawanmu?”Mungkin tatapanku terlalu tajam, hingga untuk pertama kalinya, Nikita menundukkan kepalanya di depanku.Kevin langsung melindungi Nikita di belaka

  • Sosok yang Spesial   Bab 6

    Aku menunduk, menatap lenganku.Ada luka sayatan baru yang cukup dalam.Darah merah segar mengalir perlahan dari lukanya.Di belakangku, wajah Rio tampak beringas, tangannya masih menggenggam pisau.“Kau ini orang jahat! Kau ingin mengusir kami! Mati saja kau!”Sambil berteriak, dia kembali mengayunkan pisaunya ke arahku.Aku langsung mendorongnya hingga terjatuh ke lantai.Kevin buru-buru berlari dengan panik dan mengangkat Rio yang terjatuh.Dia menatapku penuh amarah dan membentak,“Helen, kau gila, ya?! Berani-beraninya kau menyakiti seorang anak kecil!”“Rio masih kecil! Dia nggak mengerti apa pun!”Mengabaikan luka di lenganku, aku mengusir mereka satu per satu dari rumah ini.Kevin dan Nikita terlalu sibuk membawa Rio ke rumah sakit, sehingga tak punya waktu untuk berdebat denganku.Entah berapa lama waktu berlalu, barulah aku pergi ke rumah sakit.Melihat lukaku yang sudah berhenti berdarah, dokter menegurku,“Kau sama sekali nggak menghargai tubuhmu sendiri! Kenapa b

  • Sosok yang Spesial   Bab 7

    Aku melanjutkan berkata,“Jadi, perceraian adalah pilihan terbaik.”“Kalau kita cerai, Nikita bisa mendapatkan kartu izin tinggal menetap dengan sah, dan Rio nggak akan kehilangan ayahnya, lagipula anak kecil nggak bisa hidup tanpa ayah.”Kevin tetap tak menyerah, dan berkata.“Aku cuman ingin berpura-pura bercerai, tapi kenapa kau...?”“Tapi aku benar-benar sudah memutuskan untuk bercerai denganmu.”Aku tanpa ragu memotong kata-katanya.“Luangkan waktumu untuk mengemasi barang-barangmu dan bawa pergi.”Kevin ingin mengatakan sesuatu, namun aku tiba-tiba menyela,“Kevin, ada kamera pengawas di ruang tamu.”“Kalau kau nggak ingin sesuatu terjadi padanya, sebaiknya cepat tanda tangan.”Kevin tak menyangka aku akan mengancamnya dengan Rio.Dia membuka mulut beberapa kali, tapi tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Akhirnya, dia mencari alasan dan buru-buru pergi.Melihat punggungnya yang semakin menjauh, hatiku sama sekali tak merasa sedih.Aku malah merasa kesal karena dia teru

  • Sosok yang Spesial   Bab 8

    Muka Nikita semakin kaya akan ekspresi.Dari yang tak percaya, akhirnya berubah menjadi penuh makna yang dalam.Sementara itu, Rio tampak senang dan ingin menarik Kevin untuk pergi.Namun, Nikita menghentikannya.“Om Kevin tinggal di sini, kita pulang dulu, ya?”Begitu mendengar itu, Rio langsung menangis keras.Nikita segera menggendongnya dan membawa koper-kopernya pergi.Aku tak terkejut dengan hasil ini.Aku sudah tahu bahwa Nikita tidak benar-benar menyukai Kevin.Dia hanya mencari tempat yang bisa memberinya makan dan tempat tinggal tanpa bayar.Setelah tahu bahwa mereka akan pergi ke luar negeri, Kevin dengan sukarela menyerahkan dirinya.Setelah Nikita pergi, Kevin butuh waktu lama untuk menyadari.Dia mengangkat tangannya ingin meraihku dan dengan susah payah berkata,“Sayang, aku sudah mengusir mereka pergi, mari kita hidup dengan baik mulai sekarang, ya?”Tatapannya penuh harapan.Aku tertawa pelan, lalu dengan sengaja membawa keluar barang-barangnya dari rumah.Aku ber

  • Sosok yang Spesial   Bab 9

    Manajer tak berpikir lama dan langsung berkata, “Dia mengajukan cuti pada hari ulang tahunnya.”Setelah keluar dari perusahaanku, kejadian pada hari ulang tahunku terus berputar-putar di kepala Kevin.Dia tak bisa mengerti, kenapa setelah dia hanya melupakan ulang tahunku dan mengajukan pembicaraan soal perceraian sementara, aku tiba-tiba mengajukan cuti dan kembali ke tanah air.Kevin merasa pasti ada hal yang tidak dia ketahui.Namun, dia harus menemui aku dan mendapatkan penjelasan yang jelas.Hari itu juga, dia membeli tiket pesawat untuk kembali ke tanah air.Namun, setibanya di sana, Kevin tak ingat di mana rumah orang tuaku.Dia hanya bisa menggunakan cara lama, pergi ke perusahaanku untuk mencari tahu.Namun, pihak kantor mengatakan bahwa aku sedang cuti.Kevin berusaha menghubungi teman-temanku, tapi saat membuka kontak telepon, dia tak menemukan satu pun nomor teman dekatku.Bahkan nomor telepon orang tuaku pun tak ada.Di saat itu, Kevin baru menyadari bahwa dia sama sek

  • Sosok yang Spesial   Bab 10

    Aku pikir setelah hari itu, aku tak akan pernah lagi bertemu dengan Kevin.Namun, aku tak menyangka dia menyewa sebuah rumah dekat rumahku.Setiap hari dia memasak makanan sendiri dan menaruhnya di depan pintuku.Ibuku melihat kotak makanan di depan pintu dan agak bingung bertanya padaku, “Kita harus bagaimana dengan ini?”Aku melirik sekilas dan dengan tenang menjawab, “Biarkan saja, dia pasti akan mengambilnya sendiri.”Kevin sepertinya sama sekali tak peduli dengan sikap dinginku.Dia dengan tekun setiap hari memasak berbagai macam hidangan untukku.Bahkan kemudian dia mulai membuatkan cemilan kecil.Akhirnya, suatu hari aku tak bisa menahan diri dan menunggu di depan pintu untuk menemuinya.Saat Kevin melihatku, wajahnya langsung ceria.Dia menyerahkan barang yang dibawanya dengan hati-hati, berkata, “Sayang, hari ini aku buat iga dan brokoli, serta puff pastry yang aku buat sendiri, coba deh.”Aku menerima barang yang dia berikan.Kebahagiaan di wajah Kevin semakin jelas terl

  • Sosok yang Spesial   Bab 1

    Saat manajer menerima pengajuan kepulanganku, dia tampak terkejut.“Helen, dulu kau berjuang mati-matian untuk ke luar negeri. Kenapa sekarang malah mau pulang?”Aku menundukkan kepala, tersenyum pahit.“Orang tuaku masih di sana. Lebih baik aku kembali.”Saat itu juga, Kevin membuka pintu dan melangkah masuk. Mendengar perkataanku, alisnya sedikit berkerut.“Siapa yang mau pulang?”Aku tak menjawab, hanya melanjutkan obrolanku dengan manajer sebelum akhirnya menutup telepon. Ketika berbalik, aku melihat mata hitam Kevin yang menatapku tajam.“Tadi kau bilang siapa yang mau pulang?”Aku asal menjawab, “Ada rekan kerja mengajukan permohonan untuk pulang.”Kevin menyeringai sinis.“Kupikir kau yang mau pulang.”Ia tertawa pelan, lalu berkata dengan nada mengejek, “Tapi kalau dipikir-pikir, kau sudah bersusah payah bersamaku selama ini. Mana mungkin kau tega meninggalkanku?”Sambil berkata begitu, tangannya terulur hendak melingkari pinggangku.“Sayang, setelah Nikita mendapa

Latest chapter

  • Sosok yang Spesial   Bab 10

    Aku pikir setelah hari itu, aku tak akan pernah lagi bertemu dengan Kevin.Namun, aku tak menyangka dia menyewa sebuah rumah dekat rumahku.Setiap hari dia memasak makanan sendiri dan menaruhnya di depan pintuku.Ibuku melihat kotak makanan di depan pintu dan agak bingung bertanya padaku, “Kita harus bagaimana dengan ini?”Aku melirik sekilas dan dengan tenang menjawab, “Biarkan saja, dia pasti akan mengambilnya sendiri.”Kevin sepertinya sama sekali tak peduli dengan sikap dinginku.Dia dengan tekun setiap hari memasak berbagai macam hidangan untukku.Bahkan kemudian dia mulai membuatkan cemilan kecil.Akhirnya, suatu hari aku tak bisa menahan diri dan menunggu di depan pintu untuk menemuinya.Saat Kevin melihatku, wajahnya langsung ceria.Dia menyerahkan barang yang dibawanya dengan hati-hati, berkata, “Sayang, hari ini aku buat iga dan brokoli, serta puff pastry yang aku buat sendiri, coba deh.”Aku menerima barang yang dia berikan.Kebahagiaan di wajah Kevin semakin jelas terl

  • Sosok yang Spesial   Bab 9

    Manajer tak berpikir lama dan langsung berkata, “Dia mengajukan cuti pada hari ulang tahunnya.”Setelah keluar dari perusahaanku, kejadian pada hari ulang tahunku terus berputar-putar di kepala Kevin.Dia tak bisa mengerti, kenapa setelah dia hanya melupakan ulang tahunku dan mengajukan pembicaraan soal perceraian sementara, aku tiba-tiba mengajukan cuti dan kembali ke tanah air.Kevin merasa pasti ada hal yang tidak dia ketahui.Namun, dia harus menemui aku dan mendapatkan penjelasan yang jelas.Hari itu juga, dia membeli tiket pesawat untuk kembali ke tanah air.Namun, setibanya di sana, Kevin tak ingat di mana rumah orang tuaku.Dia hanya bisa menggunakan cara lama, pergi ke perusahaanku untuk mencari tahu.Namun, pihak kantor mengatakan bahwa aku sedang cuti.Kevin berusaha menghubungi teman-temanku, tapi saat membuka kontak telepon, dia tak menemukan satu pun nomor teman dekatku.Bahkan nomor telepon orang tuaku pun tak ada.Di saat itu, Kevin baru menyadari bahwa dia sama sek

  • Sosok yang Spesial   Bab 8

    Muka Nikita semakin kaya akan ekspresi.Dari yang tak percaya, akhirnya berubah menjadi penuh makna yang dalam.Sementara itu, Rio tampak senang dan ingin menarik Kevin untuk pergi.Namun, Nikita menghentikannya.“Om Kevin tinggal di sini, kita pulang dulu, ya?”Begitu mendengar itu, Rio langsung menangis keras.Nikita segera menggendongnya dan membawa koper-kopernya pergi.Aku tak terkejut dengan hasil ini.Aku sudah tahu bahwa Nikita tidak benar-benar menyukai Kevin.Dia hanya mencari tempat yang bisa memberinya makan dan tempat tinggal tanpa bayar.Setelah tahu bahwa mereka akan pergi ke luar negeri, Kevin dengan sukarela menyerahkan dirinya.Setelah Nikita pergi, Kevin butuh waktu lama untuk menyadari.Dia mengangkat tangannya ingin meraihku dan dengan susah payah berkata,“Sayang, aku sudah mengusir mereka pergi, mari kita hidup dengan baik mulai sekarang, ya?”Tatapannya penuh harapan.Aku tertawa pelan, lalu dengan sengaja membawa keluar barang-barangnya dari rumah.Aku ber

  • Sosok yang Spesial   Bab 7

    Aku melanjutkan berkata,“Jadi, perceraian adalah pilihan terbaik.”“Kalau kita cerai, Nikita bisa mendapatkan kartu izin tinggal menetap dengan sah, dan Rio nggak akan kehilangan ayahnya, lagipula anak kecil nggak bisa hidup tanpa ayah.”Kevin tetap tak menyerah, dan berkata.“Aku cuman ingin berpura-pura bercerai, tapi kenapa kau...?”“Tapi aku benar-benar sudah memutuskan untuk bercerai denganmu.”Aku tanpa ragu memotong kata-katanya.“Luangkan waktumu untuk mengemasi barang-barangmu dan bawa pergi.”Kevin ingin mengatakan sesuatu, namun aku tiba-tiba menyela,“Kevin, ada kamera pengawas di ruang tamu.”“Kalau kau nggak ingin sesuatu terjadi padanya, sebaiknya cepat tanda tangan.”Kevin tak menyangka aku akan mengancamnya dengan Rio.Dia membuka mulut beberapa kali, tapi tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Akhirnya, dia mencari alasan dan buru-buru pergi.Melihat punggungnya yang semakin menjauh, hatiku sama sekali tak merasa sedih.Aku malah merasa kesal karena dia teru

  • Sosok yang Spesial   Bab 6

    Aku menunduk, menatap lenganku.Ada luka sayatan baru yang cukup dalam.Darah merah segar mengalir perlahan dari lukanya.Di belakangku, wajah Rio tampak beringas, tangannya masih menggenggam pisau.“Kau ini orang jahat! Kau ingin mengusir kami! Mati saja kau!”Sambil berteriak, dia kembali mengayunkan pisaunya ke arahku.Aku langsung mendorongnya hingga terjatuh ke lantai.Kevin buru-buru berlari dengan panik dan mengangkat Rio yang terjatuh.Dia menatapku penuh amarah dan membentak,“Helen, kau gila, ya?! Berani-beraninya kau menyakiti seorang anak kecil!”“Rio masih kecil! Dia nggak mengerti apa pun!”Mengabaikan luka di lenganku, aku mengusir mereka satu per satu dari rumah ini.Kevin dan Nikita terlalu sibuk membawa Rio ke rumah sakit, sehingga tak punya waktu untuk berdebat denganku.Entah berapa lama waktu berlalu, barulah aku pergi ke rumah sakit.Melihat lukaku yang sudah berhenti berdarah, dokter menegurku,“Kau sama sekali nggak menghargai tubuhmu sendiri! Kenapa b

  • Sosok yang Spesial   Bab 5

    Ucapanku membuat mata Kevin membelalak lebar.“Cerai?” Suaranya bergetar. “Helen, kau ingin menceraikanku?”Aku mengangkat surat perceraian di tanganku, memperlihatkan bahwa aku sudah menandatanganinya.Kevin langsung merampas dokumen itu dan merobeknya dengan kasar, lalu menggeram,“Aku nggak akan bercerai denganmu! Kita nanti juga akan punya anak… Sayang, kita nggak boleh bercerai!”Di sampingnya, Nikita tiba-tiba berlutut di depanku.“Helen, maafkan aku, ini semua salahku… Kevin cuman merasa kasihan pada Rio, makanya dia melakukan itu.”“Kalau ada yang harus disalahkan, itu aku. Salahkan aku saja…”Aku langsung menariknya dari lantai dengan kasar, lalu menamparnya keras.Nikita menutup wajahnya, matanya penuh dengan ketidakrelaan, tapi dia tak bisa melakukan apa pun.“Kau pikir aku masih seperti dulu, yang nggak akan melawanmu?”Mungkin tatapanku terlalu tajam, hingga untuk pertama kalinya, Nikita menundukkan kepalanya di depanku.Kevin langsung melindungi Nikita di belaka

  • Sosok yang Spesial   Bab 4

    Aku tersenyum tipis dan tanpa ragu berkata, “Nggak perlu, kalian nikmati saja.”Setelah mengatakan itu, aku langsung menutup telepon, sama sekali tak peduli dengan reaksi Kevin di seberang sana.Saat tiba di rumah, aku menerima pemberitahuan dari kantor.Permohonanku untuk kembali ke negara asalku telah disetujui, dan aku diminta untuk segera menyelesaikan urusan di sini sebelum berangkat.Ini adalah satu-satunya kabar baik yang kuterima dalam beberapa hari terakhir.Ketika Kevin pulang, aku sedang merapikan dokumen untuk serah terima pekerjaan.Dia masih marah karena sikapku di telepon tadi, tapi tak mengatakan apa-apa dan langsung mengambil pakaian bersih untuk mandi.Saat dia keluar dari kamar mandi, aku sudah berbaring di tempat tidur, siap untuk tidur.Dia berdiri di tepi ranjang, menatapku tanpa berkedip.Tatapannya begitu intens hingga aku bisa merasakannya meski mataku tertutup.Saat aku mulai merasa terganggu, tiba-tiba ponselku berdering.“Helen! Hari ini kan ulang tahu

  • Sosok yang Spesial   Bab 3

    Aku menanggapinya dengan acuh tak acuh, hanya menggumamkan pelan sati kata, “Oh.”.“Aku keluar cari sesuatu untuk dimakan.”Saat itu, Nikita datang bersama Rio.“Helen, Rio baru saja bilang ingin makan hotpot. Kalau kau nggak keberatan, ayo ikut.”“Anggap saja ini sebagai permintaan maaf dariku.”“Aku nggak suka…”Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Kevin sudah lebih dulu menyetujuinya.Bahkan dia langsung menyuruhku pergi mengambil mobil.Karena aku sudah memutuskan untuk pergi, aku tak ingin bertengkar dengannya.Jadi, aku menurut dan pergi ke garasi untuk mengambil mobil.Begitu mobil keluar, Kevin langsung masuk ke kursi belakang bersama Nikita dan putranya.Baru setelah mesin dinyalakan, dia menyadari sesuatu.Dengan sedikit gelisah, dia menjelaskan, “Rio masih kecil dan manja denganku, jadi…”Dari kaca spion, aku melihat mereka bertiga duduk bersama seperti keluarga harmonis.Aku tak sabar dan langsung memotong ucapannya, “Kalian duduk bersama saja, lagipula kursi

  • Sosok yang Spesial   Bab 2

    “Papa... Papa...”“Cepat temani aku main balapan. Mama cupu banget.”Kevin refleks berdiri dan menyahut. Saat hendak berjalan keluar, dia tiba-tiba menoleh ke arahku dan berkata, “Aku main sebentar dengan Rio, dia masih anak-anak, sedangkan Nikita...”Aku langsung memotong ucapannya.“Nggak perlu banyak penjelasan. Aku percaya.”Kevin terdiam sejenak, lalu hanya berkata, “Kalau begitu, baguslah.” Setelah itu, dia pun membuka pintu dan pergi.Sejak pertama kali tinggal di rumah ini, putra Nikita sudah memanggil Kevin dengan sebutan 'Papa'.Dulu, aku sendiri pernah mengungkapkan ketidaksenanganku soal ini.Tapi Kevin malah membentakku.“Helen, kenapa kau nggak punya belas kasihan sedikit pun?! Rio masih anak-anak, dia sudah cukup malang karena nggak punya ayah!”Dulu, setiap kali mendengar Rio memanggilnya, ada rasa sesak yang menghantam dadaku.Tapi kali ini, rasanya seolah aku sudah kebal.Aku menyentuh bagian dadaku, lalu tersenyum cerah.Ternyata, kalau sudah memutuska

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status