Semua Bab Terjebak Cinta CEO Tampan: Bab 11 - Bab 20

28 Bab

11 | Pelukan & Hijab Baru

Agaza baru masuk kamar setengah jam kemudian disaat Sasya sudah kembali terbangun karena tidak merasakan pelukan hangat sang suami yang biasanya selalu mengisi tiap malamnya.  "Katanya ngantuk. Kenapa belum tidur?" tanya Agaza. Pria itu menyusun bantal kemudian menjatuhkan kepalanya. Membawa Sasya yang masih duduk untuk masuk dalam dekapannya. Hujan turun lagi, Sasya bisa kedinginan kalau tidak dipeluk.  "Sudah tidur gue, cuma kebangun lagi." Sasya mencari posisi nyaman dalam pelukan Agaza.  "Kecarian saya?" tanya pria itu percaya diri.  Sasya mendengkus. Meski benar, tapi ia tidak mau mengakuinya. "Kepedean lo! Emang lo siapa harus gue cariin?"  "Loh, saya 'kan suami yang paling kamu cintai," jawab Agaza, lagi-lagi dengan kepercayaan diri yang tinggi.  "Memang gue pernah bilang cinta sama lo?"  Gak pern
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

12 | Itu ... Tegang?

Setiap hari yang Sasya lewati semenjak perjanjian dengan Agaza dibuat tempo hari berjalan absurd. Sasya nyaris seperti orang gila di rumah. Rutinitasnya hanya sekedar makan-ke kamar mandi-rebahan-nyemil-nonton-shalat terus begitu sampai Agaza pulang dan mengajaknya bicara banyak hal. Sialnya adalah Agaza selalu memamerkan hal indah diluar rumah yang membuat Sasya harus menahan umpatan.  Selama itu pula ia berpikir keras. Untuk menepati ucapannya memakai hijab atau membiarkan saja dirinya seperti ini sampai benar-benar siap yang artinya melanggar janji. Tapi, Sasya juga takut kalau melanggar janji, nanti jatuhnya jadi orang munafik. Mana mau Sasya jadi munafik, sudah pahala tidak banyak, ditambah dosa orang munafik, ih ngeri.  Dan ... dan jika ia benar-benar pakai hijab, apakah dirinya akan sanggup? Jadi wanita anggun bertutur kata baik dan yang paling penting, dirinya tidak bisa lagi asal bertemu dengan teman prianya tanpa sepenget
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

13 | Tidur Diluar!

Ponsel Sasya berdering dua kali, pertanda ada panggilan telepon masuk. Wanita yang saat ini sedang membaca majalah fashion di dalam kamarnya, meraih benda pipih yang telah mengusik ketenangannya dari atas nakas.  "Halo?" suara seorang wanita terdengar dari seberang telepon.  Sasya mengernyitkan dahinya. Ia sedikit menjauhkan ponsel dari telinga, kemudian membaca id caller si penelepon. Nama Agaza terpampang nyata dari benda pipih tersebut, tapi kenapa yang terdengar malah suara seorang wanita? Pikiran buruk mulai menghinggapi kepal Sasya.  "Halo? Ada orang di sana?" Suara itu muncul kembali.  Berdeham sekali, Sasya menjawab dengan tenang. "Ya?" Namun kendati demikian suara yang keluar malah terdengar seperti cicitan.  "Ah, ini Mas Agaza pingsan. Saya kasihan kalau harus membangunkannya, sudah malam juga nggak mungkin saya keluar-keluar buat antar Mas Agaz
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

14 | Selingkuh?

Memang dari awal gue gak diterima, kan?|¤|Selingkuh. Satu kata yang pantas dilabeli untuk perbuatan Agaza. Ya, Sasya sudah bisa menyimpulkan bahwa suaminya itu selingkuh. Tidak perlu mencari fakta atau pembelaan, karena apa yang Sasya lihat semalam sudah cukup untuk menjelaskan segalanya. Jika Agaza diberi kesempatam untuk memberi penjelasan, pria itu pasti akan mengatakan bahwa wanita itu hanya temannya, saudara jauh, rekan kerja atau sebagainya yang akan membuat Sasya mengasihani dan memberi kesempatan. Dan Sasya tidak akan melakukan itu.  Agaza benar-benar ia biarkan tidur diluar, meski di jam dua pagi saat Sasya terbangun, ia menyelimuti suaminya itu. Tidak tega juga melihat tubuh Agaza yang meringkuk tidak nyaman di atas sofa ruang tamu.  Ini sabtu, Agaza tidak pergi ke kantor. Pria itu juga tidak lagi berusaha membujuknya atau meminta maaf pada Sasya. Jadilah Sasya juga melakukan hal yang sama. Diam ser
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

15 | Telepon Dari RS

Rumah Sakit Prima Sakti. Sasya membaca nama tempat yang Agaza tuju. Mereka berhenti di lahan parkir yang cukup luas. Tanpa perlu repot-repot memposisikan mobil, Agaza melompat turun. Membawa serta dua wanita bersamanya.  Ketiga orang itu melintasi koridor dengan cepat. Berlari kecil, menerobos orang-orang yang meraung di lorong sempit koridor rumah sakit.  Hingga tiba di depan sebuah kamar yang sunyi senyap. Bunda masuk, Agaza langsung memeluk Sasya. Menciumi puncak kepala istrinya. Entahlah, Sasya juga tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Sekitar dua puluh menit, bunda keluar dengan keadaan yang lebih kacau. "Ayo masuk," katanya lirih.  Agaza masuk, dengan Sasya yang masih di dalam dekapannya. Aroma obat langsung menyelinap ke rongga pernapasan Sasya.  Terdengar suara orang batuk, Agaza melepas pelukannya. Berjalan cepat ke satu-satunya ranjang di ruangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

16 | Alergi Aneh!

Kedua wanita beda usia itu sampai pukul sembilan pagi di Rumah Sakit. Sekar langsung masuk ke dalam ruang rawat suaminya, sedangkan Sasya memilih untuk ke apotek rumah sakit untuk meminta penawar alergi yang dirasakannya. Sialan, secepat ini tubuhnya bereaksi terhadap nasi goreng yang tadi pagi dimakannya.  Agaza celingukan saat mendapati hanya bundanya saja yang masuk ke sini, sedang sang istri tidak nampak batang hidungnya.  "Bunda ...," panggil pria itu.  Sekar yang sedang menyuapi sang suami, akhirnya menoleh. Menaikkan sebelah alis, seolah bertanya.  "Itu ... Sasya di mana? Kenapa nggak ikut masuk ke sini?" tanya pria itu lembut.  "Nggak tahu tuh, tadi izin ke apotek sih," jawab Sekar tak acuh. Ia kembali fokus pada sang suami. Agaza curiga sekaligus khawatir dengan keadaan sang istri. "Tadi pagi, dia sarapan apa, Bun?" tanyanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

17 | Wanita Penggoda

Celah gorden yang sudah dibuka Agaza membawa sinar matahari menyelusup masuk ke dalam kamar, menerangi keseluruhan sisi kamar ini. Otomatis juga membangunkan Sasya dari tidur nyenyaknya. Tadi malam itu, rasanya dia benar-benar tidur, tidak seperti yang selama ini dirasakannya—hanya tidur sebentar lalu bangun lagi. Terlalu banyak bergadang.  Suara pintu terbuka membuat Sasya ikut menegakkan tubuh, bersandar pada kepala ranjang dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh.  Agaza masuk dengan setelan kantornya, sudah rapi dan wangi. Pria itu mendekati sang istri, mengecup singkat dahi Sasya.  "Di bawah ada Kak Meysa, dia mulai tinggal hari ini. Nanti temani mereka ke Rumah Sakit kalau memungkinkan, kalau masih lemas tinggal di rumah saja. Oke?" "Iya." "Saya pamit, kalau kamu jadi ikut mereka ke RS kabari saya, ya? Biar saja jemput." Agaza kembali melabuhkan kecup
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

18 : Nyetak Gol

Ingin mengatakan bahwa ada yang tidak baik-baik saja, tapi rasanya sulit sekali. Tidak ingin yang lain terbebani. |¤| Sepulang dari rumah sakit, Sasya tidak ingin langsung pulang. Dia meminta Agaza membawanya ke rumah orang tuanya, Sasya ingin bertemu Papa dan Mamanya yang cerewet, yang dapat dipastikan akan bertanya banyak tentang 'hidup barunya'.  Agaza menoleh ke arah istrinya saat tidak mendapati wanita itu ceriwis seperti biasa, dia mengerutkan dahi bingung, bertanya-tanya apa yang terjadi sehingga wanita itu bungkam sejak tadi.  "Kamu kenapa, Sya? Kok diam saja dari tadi? Ada masalah?" Akhirnya ia menyuarakan isi kepalanya, tidak tahan terlalu lama dipendam.  Sasya ikut menoleh ke arahnya, dia memberikan senyum tipis kepada sang suami yang tampak khawatir, kemudian menggeleng. "I'm okay." Bukan karena tidak ingin berbagi tentang yang terjadi tadi, tapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

19 : Malu Banget

Ketika membuka mata untuk pertama kalinya pagi ini, Sasya mendapati sesuatu yang berbeda dari dirinya. Ya, Sasya ingat apa yang terjadi tadi malam, maka dari itu dia merasa aneh. Mengingatnya membuat wajahnya bersemu merah. Tadi malam mereka benar-benar melakukannya? Terlebih ... tadi malam yang menjerit-jerit minta lebih itu dirinya? Aish, memalukan! Karena desisannya, pria dihadapannya menggeliat. Tangannya yang masih bertengger di pinggang Sasya mulai berpindah, menarik Sasya lebih dekat. Memeluk wanita itu erat-erat.  "Jangan gerak, Sya."  "Gue ... mau mandi." "Tadi sebelum tidur 'kan sudah mandi, kenapa mandi lagi sih?" "Eum itu ... Za, lepas dong. Gue mules nih." Sasya mulas karena hembusan napas Agaza menerpa wajahnya, dekapan pria itu juga terlalu kencang-nyaris meledakkan jantungnya. Sasya mana kuat bertahan dalam posisi seperti ini terlalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

20 : Tidak Terkendali

Agaza menggerutu saat Tisya masuk membawa beberapa berkas lagi. Kali ini bukan tandatangan yang dibutuhkan, melainkan koreksian pada berkas perencanaan yang akan dilakukan untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan furniture lain. Mungkin menggaet pengusaha-pengusaha kecil atau membangun relasi dengan pihak luar—selain pusat perusahaan mereka. Entahlah, Agaza juga tidak tahu karena belum membacanya.  Meskipun mendapat posisi sebagai kepala cabang, Agaza selalu memiliki keinginan bisa membangun relasi diluar dari yang perusahaan pusat bangun. Dia ingin bagian yang dikelolanya bisa mandiri tanpa melupakan bahwa mereka punya perusahaan pusat.  "Ada lagi yang perlu saya kerjakan, Tisya?" tanyanya.  Tisya menggeleng. "Sepertinya sih tidak, Pak. Tapi, nggak tahu kalau tiba-tiba bagian keuangan mengirim laporannya, mengingat ini sudah mendekati tenggat yang Bapak kasih."  "Saya ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status