All Chapters of Pernikahan Dadakan dengan Suami Menyebalkan: Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

Bab 11. Jadi Pengen Cium

Aku memang lelah setelah seharian bekerja. Namun, rasa lelah itu berkali-kali lipat bertambah ketika mengatahui fakta, bahwa Mas Feri kini menjadi CEO di tempat kerjaku."Lesu sekali pulang kerja, Mbak! Capek, ya?" seru Rizal menghampiriku yang sedang berjalan lunglai bagai tak punya tulang.Aku mendongakkan kepalaku yang tertunduk. Rasa lelahku menguap begitu saja ketika melihat orang yang aku khawatirkan semalaman akhirnya pulang."Rizal? Kamu sudah pulang? Semalam kamu ke mana? Kamu kenapa?" Aku langsung membekap mulutku yang melemparkan banyak pertanyaan pada bocah tengil itu. Bisa-bisa, dia ke-PDan karena merasa aku khawatirkan."Tenang, Mbak! Santui." Dia tersenyum senang. "Kamu tidak perlu khawatir pada suami tampanmu ini."Nah, 'kan, apa aku bilang. Dia langsung PD bin narsis."Ayo, Mbak, masuk." Rizal tiba-tiba menarik kedua tanganku agar segera masuk ke dalam kontrakan."Aku perhatikan, kamu lelah sekali, Mbak. Kerjaanmu berat, ya?" Rizal tak menjawab rentetan pertanyaanku
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 12. Omong Kosong

Aku berlari tergesa-gesa menuruni sebuah angkot. Hari ini aku bangun kesiangan. Jangankan mandi, salat subuh saja aku lupakan.Ya ampun, bagaimana hidupku tidak kacau balau jika urusan dengan Tuhan saja aku ke sampingkan.Tunggu! Kenapa semalam aku jadi tidak bisa tidur lagi, ya? Apa karena Rizal memujiku cantik?Tidak-tidak, aku menggelengkan kepalaku berulangkali. Masa hanya itu penyebab tidak bisa tidurku!Aku pasti insomnia. "Baiklah, pulang kerja nanti aku akan beli obat di apotek."Bruuuk!Tiba-tiba, kesialan menimpaku lagi. Secara tak sengaja, aku menabrak Robi–rekan kerjaku yang sedang membawa ember berisi air bekas pel.Ember tersebut jatuh, hingga air kotor itu mengenai celanaku dan tumpah di mana-mana. Robi menatapku dengan geram, sejak dulu, ia memang tidak suka dengan diriku.“Sial! Kalau jalan pakai mata!” bentaknya kesal.“Ma-maaf, aku gak sengaja.” Aku segera berlari mengambil pel dan membersihkannya.“Lihat, sepatuku jadi basah kena air kotor itu!”“Maaf, Robi. Aku be
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 13. Mau Aku Hajar Mantanmu?

“Rara, kamu nunggu angkot? Aku antar saja bagaimana?” Mas Feri menghentikan laju mobilnya ketika melihatku tengah berdiri di pinggir jalan.Aku menarik napas panjang. Rasanya aku benar-benar tidak betah bekerja di tempat ini lagi. Selain Bu Sinta dan Robi, kini malah ketambahan Mas Feri.“Tidak, Pak. Terimakasih,” tolakku kemudian.“Ayolah, masuk aja. Gak apa-apa.” Mas Feri turun dari mobil menghampiriku.Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Aku takut ada yang memergoki kami lalu membuat fitnah.“Maaf, Pak. Tidak.” Aku segera memundurkan langkahku.“Kenapa? Aku hanya menawarkan bantuan saja. Kita bisa berteman, ‘kan?”Aku menggelengkan kepalaku. “Bahkan, status sosial kita berbeda. Maaf saya tidak bisa.”“Rara ayolah, aku ingin berbicara banyak padamu. Aku—” "Maaf, saya tidak bisa," tukasku sebelum dia melanjutkan kata-katanya."Kenapa kamu berubah? Apa kamu sudah tidak ada rasa lagi denganku?"Rasanya aku ingin tertawa mendengar pertanyaannya. Pertanyaan itu sungguh terdengar
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 14. Kali Keduanya

“Pegangan!”“Aku gak mau!”Rizal menepikan motornya di pinggir jalan lalu menarik kedua tanganku dengan paksa agar melingkar di pinggangnya.“Aku bilang gak mau pegangan!”“Berani lepas, aku pastikan kamu terkapar di aspal!”Aku yang semula tengah memberontak langsung terdiam mendengar ancamannya. Perangai Rizal kali ini sama seperti malam itu. Tiba-tiba, aku merasakan rasa ketakutan yang luar biasa. Apalagi, jalanan yang kami lalui bukanlah jalan menuju ke kontrakan.Jangan-jangan, aku akan dibuang Rizal ke lautan, atau yang lebih parah, dimutilasi dan—Aku memejamkan mataku. Aku benar-benar tak bisa membayangkan nasib diriku sendiri. Apabila aku meninggal hari ini, semoga saja Allah mengampuni segala dosa-dosaku.“Turun!” perintah Rizal ketika kami tiba di depan sebuah gedung megah nan elit.“Pak, parkirin motornya!” ia berteriak pada salah satu Sekuriti di sana begitu aku sudah turun dari motor.“Baik, Den!” Sekuriti itu berlari tergopoh-gopoh membawa motor sport Rizal ke tempat pa
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 15. Dasar Brengsek!

Aku terbangun dalam ruangan yang tak begitu asing ketika sorot sebuah lampu menyilaukan mataku.“Kontrakan?” Aku menautkan alisku melihat sekeliling. Kenapa aku bisa berada di kontrakan? Bukankah aku tadi berada di sebuah kamar apartemen, lalu Rizal ....Aku langsung mengacak-acak rambutku dengan kasar manakala mengingat kejadian yang membuat hatiku remuk redam itu.Aku segera mengubah posisiku menjadi duduk sambil sesekali memegangi kepalaku yang terasa berat.Entah mengapa, aku seperti orang yang sudah tidur dalam waktu yang sangat lama sekali. Aku bahkan seperti orang linglung yang seperti habis meminum sesuatu yang memabukkan hingga otakku tidak bisa berpikir dengan sempurna.Sebenarnya, apa yang terjadi denganku?“Mbak, kamu sudah bangun? Kamu gak apa-apa?” tiba-tiba dari arah depan, Rizal datang menghampiriku dengan raut wajah khawatirnya.Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dengan takut. “Jangan! Jangan mendekat!”Rizal menghentikan langkahnya, ia menatapku dengan ekspresi yang
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 16. Saudara Kembar?

Sejak kejadian aku yang hendak menjodohkan Rizal dengan Adel anak tetangga kontrakanku. Rizal tidak pernah pulang ke kontrakan lagi.Aku sampai penasaran. Sebenarnya dia ke mana? Apa dia marah padaku? Seketika, ada sedikit rasa was-was dalam hatiku kenapa Rizal tidak pulang. Tiba-tiba, aku teringat nama perempuan yang pernah disebut oleh Rizal waktu itu.Mawar. Siapa perempuan itu? Apakah Rizal tinggal di rumah perempuan itu?Aku menepuk-nepuk kepalaku. Lagian, untuk apa aku memikirkannya? Dia tidak pulang selamanya pun bukankah itu pertanda hal yang baik untukku?“Pagi-pagi sudah melamun aja, Mbak!” ujar Rizal yang membuatku tersentak. Baru juga aku memikirkannya, bocah menyebalkan itu tiba-tiba sudah berdiri di sampingku.“Kamu masak apa, Mbak?" tanyanya kemudian.“Aku belum masak.”Rizal terlihat kecewa dengan jawabanku barusan. “Padahal aku lapar. Ya sudahlah, aku tidur saja.” Ia berlalu meninggalkanku ke ruang depan untuk tidur.Aku terdiam. Sebenarnya, aku tidak pernah memasak
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 17. Membuntuti Rizal

"Aku nggak punya saudara kembar, Mbak.""Tapi, kamu ....""Aku kenapa? Ada yang salah?"Aku memainkan ujung-ujung jariku. Rasanya aku takut jika mengemukakan pendapatku padanya saat ini tentang dua sosok berbeda yang ada dalam dirinya."Kalau kamu melihat perubahan dari diriku, itu hanya karena alkohol, Mbak," terangnya kemudian."Al-alkohol?"Rizal tertawa sumbang. "Kamu pasti tak menyangka jika aku pecandu alkohol, 'kan?""Aku, aku tidak tahu apapun tentangmu, Zal.""Maka dari itu, jangan pernah menyimpulkan apapun dariku jika kamu tidak tahu apapun, Mbak!"***Malam harinya, Rizal berpamitan berangkat bekerja.Aku yang tidak puas dengan jawaban Rizal berkaitan ia yang tak memiliki saudara kembar tiba-tiba punya pemikiran untuk mengikutinya saat ini.Siapa tahu, dengan mengikutinya, aku bisa membongkar rahasianya, jika sebenarnya dia memang memiliki saudara kembar dan sering berganti posisi untuk mempermainkan hidupku.Satu hal yang membuatku curiga. Memangnya alkohol bisa membuat s
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 18. Teka-teki Apa yang Kuhadapi?

Malam ini, aku harus merelakan dua lembar uang kertasku yang berwarna merah melayang begitu saja. Satu lembar untuk membayar sebotol air putih, dan selembarnya lagi untuk membayar Pak tukang ojek yang terlalu lama menungguku.Aku menghela napas panjang sambil mengamati dompetku yang isinya tinggal recehan gara-gara peristiwa malam ini.Ah, benar-benar kasihan sekali hidupku ini! "Dari mana kamu, Mbak?" tanya Rizal begitu aku membuka pintu kontrakan.Aku terlonjak kaget, nampak saat ini ada Rizal yang tengah duduk sembari menatapku dengan penasaran."Aku-aku ...," mati aku! Aku harus bilang apa padanya?Lagian, kenapa tiba-tiba dia sudah berada di rumah? Bukankah dia tadi ke restoran mewah bersama seorang wanita?"Mbak?""Eh, ya?""Kamu kenapa malah bengong begitu?"Aku segera menggelengkan kepalaku dengan cepat. "Eng-enggak ada apa-apa."Rizal berdiri dari tempat duduknya lalu menghampiriku yang masih berdiri di depan pintu."Coba aku tanya sekali lagi. Kamu habis dari mana, Mbak Rar
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 19. Bertemu Mas Feri Lagi

Aku membelanjakan sisa uang recehan yang kupunya dengan bahan makanan seadanya untuk membuat sarapan pagi ini.Mencium bau masakanku, Rizal yang tidur pulas di ranjangku terdengar sudah bangun.Semalam, aku terpaksa memilih tidur di ruang depan daripada harus tidur berdua dengan bocah menyebalkan bin tengil itu."Masak apa, Mbak?" tanyanya yang sudah berdiri di belakangku."Masak oreg tempe."Rizal manggut-manggut lalu menempelkan wajahnya di bahu kananku."Kam-kamu ngapain!""Lihat Mbak Rara masak.""Tapi, kepalamu nggak perlu di letakkan di bahuku juga, 'kan?""Hehe." Bocah itu langsung meringis dan menegakkan posisinya kembali dan pergi berlalu meninggalkanku.Aku langsung mengusap dadaku yang berdetak dengan cepat. Rasa-rasanya, jantungku bisa copot jika Rizal bertingkah seperti itu terus.***"Aku berangkat kerja dulu, Zal!" pekikku pada Rizal yang berada di dalam kamar mandi."Tunggu, Mbak! Jangan berangkat dulu!""Nanti aku terlambat!"Terdengar Rizal membuka pintu kamar mandi
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 20. Sangat Mencurigakan!

Setelah pulang kerja, aku dan Mila mampir di kafe langganan kami dan seperti biasa duduk di rooftop yang sepi."Sepertinya kamu lelah sekali, Ra. Apa kita pulang saja? Kamu bisa cerita lain kali saja," kata Mila ketika melihatku yang tertunduk dengan sangat lesu."Gak apa-apa, Mil. Hanya bercerita saja aku masih sanggup."Mila mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Selama ini, aku belum menceritakan perihal Mas Feri adalah mantanku.Entahlah, rasanya aku enggan saja menceritakan hal ini pada Mila karena aku tidak mau membahas Mas Feri lagi dalam hidupku."Kalau begitu, kamu mau bercerita apa? Aku siap mendengarkan." Mila mulai menodongku dengan rasa penasarannya. Sepertinya, ia cukup antusias dengan cerita hidupku."Aku merasa, Rizal punya rahasia besar," kataku kemudian."Rahasia besar apa?""Sepertinya, Rizal punya saudara kembar.""What?!" Mila berteriak dengan histeris, bahkan aku langsung membekap mulutnya karena menjadi pusat perhatian segelintir orang yang duduk di rooftop jug
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status