All Chapters of Aku, Raja Mafia dan Bayang-Bayang Kekuasaan: Chapter 11 - Chapter 20

27 Chapters

11. Tekad Balas Dendam

Hujan lagi-lagi mengguyur deras Singapura malam itu, suara gemuruh yang memantul tercipta di jendela apartemen Ayesha. Dia duduk di meja kerjanya, tangannya terus bergerak memegangi pena di atas selembar kertas kosong. Wajahnya mengeras, meskipun dari manik matanya masih menyiratkan luka yang belum sepenuhnya sembuh. Di depannya, tumpukan dokumen dan laptop menjadi saksi dari malam-malam tanpa tidur yang telah dia lewati.“Aku harus melakukannya,” bisiknya pelan.Layar laptopnya menampilkan foto Daren di sebuah acara sosial. Pria itu berdiri tegak dengan senyum karismatik, para pendukung dan kolega politiknya mengelilinginya. Mungkin bagi orang lain, Daren merupakan gambaran sempurna dari seorang pemimpin masa depan, tetapi bagi Ayesha, dia tak ubah dari  ambisi yang membutakan dan bayangan dari pengkhianatan.
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

12. Persaingan Politik

Pagi itu, di ruang konferensi pusat organisasi nirlaba Daren dipenuhi kilau cahaya terang lampu neon. Di meja berbentuk oval besar, duduk para anggota timnya yang memasang ekspresi serius, sementara Daren berdiri di depan layar presentasi berpadu dengan setelan jasnya yang rapi, rambut tersisir sempurna, dan senyum kharismatik yang tak pernah pudar. Tetapi dibalik fasad itu, muncul ketegangan yang coba dia sembunyikan.“Angka survei di distrik selatan harus kita tingkatkan, mereka jelas-jelas mulai condong ke tokoh lain,” kata Daren sambil menunjuk histogram ungu di layar, suaranya tegas bersamaan dengan nada frustrasi yang samar, “jika tidak bertindak cepat, mereka bisa mengambil hati mayoritas sana,”Salah seorang anggota tim di meja oval, Victor, pria muda itu mengangguk. “Kami sedang merencanakan edukasi program sosial terbaru
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

13. Pertemuan Awal dengan Alexei

Malam itu, hujan deras kembali singgah, gemericik air yang tercipta di jalan-jalan berkilauan disentuh cahaya lampu neon. Ayesha mengatur langkahnya masuk ke dalam sebuah bar eksklusif ‘The Secret Mermaid’ di Raffles Place, tempat yang jarang dia kunjungi. Suasana di dalam bar terasa kontras dengan hujan di luar — hangat, tenang, romantis dan penuh dengan percakapan berbisik. Rambutnya yang biasanya terikat kini dibiarkan tergerai berpadu dengan gaun hitam sederhana, sehingga memberikan kesan santai namun tetap tegas.Kedatangan Ayesha telah ditunggu oleh seorang pria yang bersembunyi di kegelapan sudut ruangan. Pakaiannya rapi dengan rambut  gelap tersisir ke belakang dan setelan jas hitamnya tampak seperti dirancang khusus untuk memberikan kesan aura yang berwibawa. Alexei Romanov, nama yang belum lama ini sering muncul dalam pencarian Ayesha, kini sosoknya nyata duduk di depan seg
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

14. Penawaran

Keesokan paginya, Ayesha berdiam diri di apartemennya yang sunyi, jauh dari keramaian hiruk pikuk Singapura sesungguhnya.Rasanya pagi itu agak berbeda dari biasanya, lebih kelam meskipun matahari sudah eksis dan bergaya di luar jendela. Kartu nama Alexei Romanov tergeletak di meja depannya seperti sebuah undangan sekaligus hasutan untuk menyeberangi batas. Nama bos mafia itu tercetak dengan tinta hitam tebal di atas nomor telepon tanpa embel-embel lain, maksudnya seperti bachelor, master, doktor, profesor, Phd dan lain sebagainya. Sederhana, tetapi penuh kekuatan.Ayesha cukup memandangi kartu itu untuk dipenuhi perasaan bimbang. Hatinya tak pernah sepi berkonflik — persaingan antara rasa takut terhadap pria yang jelas-jelas tidak bersih dan dorongan untuk memanfaatkan kekuatannya demi menjatuhkan Daren. Dia tahu bahwa tidak bisa menganggap enteng keputusan ini. Menerima tawaran Alexei dan bekerja bersamanya berarti memasuki dunia yang berbahaya, penuh dengan risiko yang hampir mustah
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

15. Persekutuan Berbahaya

Langit Singapura malam itu gelap pekat, tiada bintang ataupun rembulan yang bertuah, hanya diterangi oleh gemerlap lampu kota yang memantul dari jendela gedung pencakar langit. Ayesha kembali ke ruangan di lantai paling atas tempat Alexei menunggu, kali ini dengan keputusan yang sudah bulat. Dia tahu bahwa langkah ini akan membawa risiko besar, tetapi juga merupakan satu-satunya jalan untuk menjatuhkan Daren dan menghancurkan ambisi pria itu.Alexei berdiri di depan jendela besar, memandang ke luar dengan tangan terlipat di belakang punggungnya. Jas hitamnya terlihat sempurna, mencerminkan auranya yang dingin dan penuh kendali. Ketika Ayesha masuk, dia berbalik perlahan, senyum kecil yang hampir tidak terlihat bermain di sudut bibirnya.“Dr. Al-Farisi,” sapanya dengan nada rendah yang tegas, “senang melihat Anda kembali, saya menganggap ini be
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

16. Kesepakatan Resmi

Langit malam terlihat cerah kala itu dari jendela besar di ruang pertemuan eksklusif milik Alexei Romanov. Gedung pencakar langit membentuk siluet tajam di bawah sinar bulan, menciptakan suasana yang dingin dan tak tersentuh. Ayesha duduk di salah satu kursi kulit hitam yang mengelilingi meja panjang di tengah ruangan. Tangannya bertaut, matanya tajam menatap pria di hadapannya. Alexei berdiri di dekat jendela, membelakanginya, seperti sedang menikmati pemandangan kota yang dikuasainya.“Jadi,” suara Alexei akhirnya memecah keheningan, dia berbalik, sorot matanya yang biru tajam mengunci tatapan Ayesha, “anda sudah memikirkan semuanya, Dr. Al-Farisi? tidak ada jalan kembali setelah ini,”Ayesha menarik napas dalam-dalam. Dia tahu konsekuensi bergabung dengan Alexei berarti memasuki dunia yang gelap dan penuh risiko. Tetapi setelah semua
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

17. Kemampuan Ayesha

Tak seperti di malam sebelumnya, Ayesha berdiri di dalam Underground Laboratory – fasilitas yang disediakan oleh Alexei. Sederet peralatan canggih memenuhi ruangan tersebut, mulai dari tabung reaksi berisi cairan transparan hingga komputer yang dilengkapi automatic system pemantauan genetik mutakhir. Di tengah ruangan, puluhan tawon Vespa mandarinia yang telah dimodifikasi secara genetik tidak lagi mengendap di kotak-kotak kaca kecil melainkan di dalam kandang kubus besar dari kaca tebal. Pergerakan mereka cukup agresif di dalamnya, seperti menyadari insting bahwa mereka bukan lagi sekadar serangga biasa yang hidup di pegunungan.Alexei merangkak masuk dengan langkah tenang bin tegaknya, outfit jas hitam tampak sempurna seperti biasa. Matanya menyapu seisi ruangan, lalu berhenti di sisi Ayesha yang sibuk mengetikkan instruksi pada layar komputer,“Jadi Anda ingin menunjukkan kepada saya bahwa proyek ini benar-benar bernilai?” tanyanya dengan nada skeptis.Ayesha segan untuk menoleh, m
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

18. Ujian dari Alexei

Ayesha malam itu dibawa ke sebuah lokasi terpencil di luar kota Singapura. Mobil hitam yang dikendarai salah satu anak buah Alexei melaju melewati jalan yang sepi, hanya samar-samar lampu jalan yang menerangi. Ayesha duduk terdiam di kursinya, kedua tangan bertaut di pangkuan, pikirannya penuh dengan spekulasi tentang apa yang akan terjadi.Mereka akhirnya berhenti di sebuah gudang tua yang tampak tidak terpakai, pintu mobil terbuka dan seorang pria bertubuh kekar menarik Ayesha keluar. Dia tidak melawan, hanya mengangkat dagunya dengan percaya diri saat Alexei keluar dari bayangan, mengenakan jas hitamnya yang khas. Matanya yang tajam menatap Ayesha, mencari tanda-tanda ketakutan.“Dr. Al-Farisi,” suara Alexei terdengar halus, namun ada ketegasan dingin di baliknya, “malam ini saya ingin menguji seberapa jauh Anda bisa bertahan, saya ingin me
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

19. Kepercayaan

Malam itu, Ayesha duduk di balkon apartemen Alexei, gemerlap lampu kota Singapura yang bersinar di bawah langit malam menjadi pemandangan sehari-hari. Angin berhembus pelan, membawa aroma hujan yang baru saja reda. Dia menggenggam secangkir kopi di tangannya, menikmati kehangatan yang menyebar di jemarinya. Tak jauh darinya, Alexei berdiri bersandar di pagar balkon, sebuah gelas anggur merah di tangan kanan.“Jadi, Anda benar-benar tidak merasa takut setelah apa yang terjadi tadi malam?”  suara Alexei memecah keheningan.Ayesha menoleh, matanya yang tajam namun tenang terpancar,“Jika saya takut, saya tidak akan ada disini,” jawabnya datar. Alexei berbalik mengamati ekspresinya selama beberapa detik sebelum mengangguk kecil. 
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

20. Misi Pertama

Sebuah ruangan tampak gelap, hanya diterangi oleh cahaya redup dari lampu meja, dimana Ayesha berdiri dengan nafas dalam, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tak jauh di depannya, Alexei duduk dengan santainya di kursi yang terbungkus kulit hitam. Sebuah amplop berisi dokumen terselip di tangannya. Mata biru yang dingin menatap Ayesha penuh perhitungan.“Waktunya untuk langkah pertama,” ujar Alexei, suaranya terdengar tenang tetapi mengandung otoritas yang tidak terpecahkan.Dia melempar amplop itu ke atas meja, mendorongnya ke arah Ayesha,“Di dalam terdapat informasi tentang target pertama kita, bukan orang besar, tapi cukup penting sebagai pengirim pesan,”Ayesha menatap amplop itu tanpa bergerak. Tangannya sedikit berkeringat, meski
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status