All Chapters of Lebih Dari Sekedar Pernikahan: Chapter 21 - Chapter 30

40 Chapters

Dua Puluh Satu

“Ternyata kamu kalau lagi ngambek lama juga, ya. Aku chat lagi lho tadi pagi, dan masih juga nggak kamu balas. Heran deh,” ujar Ratu begitu Rangga tiba di kantornya.“Apalagi? Salah lagi aku?” balas Rangga kesal sendiri, baru saja datang langsung ditodong seperti itu.“Kok kamu lagi sensi banget sih, Ngga? Kayak cewek lagi PMS aja.” Ratu tak habis pikir.“Cowok juga bisa PMS kalau kamu mau tahu.”“Mana ada? Ngarang! Emang kamu bisa menstruasi juga kayak aku?”“Bukan PMS itu yang aku maksud, tapi...” Rangga mendekat ke wajahnya dan berbisik, “posisi manuk salah!”Ratu spontan mendorong tubuh pria itu hingga Rangga tak kuasa menahan tawanya melihat ekspresi aneh Ratu saat ini.“Dasar sinting!” umpatnya pelan.Rangga yang tadinya sudah duduk di mejanya, hampir beranjak untuk memberikan sesuatu kepada Ratu. Namun dia membatalkan niatnya setelah melihat teman-temannya satu per satu memasuki ruangan. Akhirnya, dia hanya menunggu hingga mereka lengah agar bisa memberikan barang itu tanpa te
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Dua Puluh Dua

“Assalamualaikum!” salam Rangga dan Ratu begitu tiba di rumah Ibu Ratih.“Nah, tuh, udah pulang anaknya, Mbak.”“Loh, lagi ada rame-rame ternyata,” kata Rangga lagi karena di rumahnya sedang kedatangan Bude Mirah dan anak bungsunya yang masih berusia 7 tahun.“Nak,” Ibu Ratih menerima tangan menantunya.“Ra, ini Bude Mirah. Kamu pernah lihat waktu kita akad, kan?”“Lihat, tapi waktu itu aku nggak terlalu merhatiin,” Ratu menjawab pertanyaan Rangga.“Soalnya waktu itu lagi banyak orang juga, kan? Jadi wajarlah,” Bude Mirah menanggapi. “Salim dulu, Nak, sama Kakak, kenalan.”Wanita itu mengarahkan anaknya. Sayang, anak itu malah tidak mau dan justru semakin menenggelamkan kepalanya ke perut ibunya karena malu.“Kok malah malu sih, Lek? Malu ya lihat orang cantik?”“Siapa namanya, Bude?” tanya Ratu.“Namanya Andri, Kak,” jawab Bude Mirah tersenyum.“Oh, Andri,” sahut Ratu sambil mengangguk.“Kok tumben pulangnya agak malam, ya, Ngga? Biasanya jam lima juga udah sampai, kan?”“Tadi abis n
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Dua Puluh Tiga

Hidup tak terasa lengkap tanpa kopi. Itulah yang sedang diperjuangkan Rangga saat ini, mengantre di coffee shop yang ramai, sebelum memulai aktivitas pekerjaannya yang cukup padat.“Apa enaknya Americano sih, Ngga? Suka banget sama varian itu,” kata Putra yang berada di belakangnya.“Karena gue suka yang pahit, kek hidup gue,” jawab Rangga.“Serem amat!” sahutnya segera.“Yah, mau gimana lagi? Kadang gue sendiri juga heran, gue ini hidup di dunia atau di dalam pare, pait banget.”Putra sampai tak bisa membedakan apakah Rangga serius atau sedang bercanda saat ini. Tapi jujur, pernyataan Rangga barusan menurutnya terdengar dramatis.“Kok, bisa gitu ya, Ngga? Gue pikir hidup lo lempeng-lempeng aja selama ini.” Putra merasa belum memahami temannya dengan baik.“Gue diem bukan berarti gue nggak punya masalah.”“Lo lagi patah hati ya? Gara-gara cinta segitiga?”Kali ini Rangga tak menanggapi.“Ah, nggak percaya gue, seorang Rangga bisa patah hati begini. Biasanya juga tinggal tunjuk mau cew
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Dua Puluh Empat

Ratu langsung membawa papanya ke klinik terdekat agar lelaki itu segera ditangani oleh ahlinya.Dia bukan tipe orang yang bisa menunggu dengan tenang melihat orang yang dia sayangi kesakitan seperti ini.Tak ingin terjadi apa-apa pada lelaki itu, apalagi sampai kehilangan. Kasih sayangnya ternyata masih lebih besar dibanding kebenciannya. Walau bagaimana pun sikap sang papa padanya selama ini.“Iya, tensi Bapaknya memang cukup tinggi, Kak,” kata dokter pada Ratu usai memeriksakannya.“Habis makan apa sebelumnya, Pak?” lanjutnya, kali ini pada sang pasien.“Padahal nggak habis makan yang aneh-aneh katanya, Dok. Tapi dari kemarin emang udah kedengaran ngeluh pusing. Cuma nggak dirasa, aktivitasnya,” Ratu menjawab.“Oh iya, itu memang salah satu gejalanya, Kak. Jadi next kedepannya harus lebih hati-hati, ya. Kalau bisa, sediakan saja alatnya supaya bapak bisa pantau sendiri dari rumah. Dengan begitu tensi jadi lebih terkontrol,” papar dokter tersebut menjelaskan, “banyak pikiran ya, Pak?
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Dua Puluh Lima

Ibrahim adalah pria yang sangat ingin Ratu hindari saat ini karena tingkah polahnya yang terkesan bossy dan menyebalkan. Terlebih yang Ratu tahu, Ibrahim ternyata juga punya modus untuk mendekatinya meski pria itu sudah tahu bahwa dia sudah menikah. Tapi, apa mau dikata, Ibrahim adalah atasannya. Jadi Ratu tak berdaya ketika pria itu memerintahkannya untuk menemani pertemuannya dengan seorang klien.Rangga: Yang penting ati-ati aja. Tetep kabarin aku/shareloc. Jangan makan atau minum apapun yang berasal dari tangan dia, kecuali yang baru aja disuguhin sama waiters.Rangga: Aku tau ini pemikiran yang terlalu jauh, tapi apa salahnya sih, waspada sama diri sendiri? Begitu pesan Rangga ketika mengetahui Ratu pergi bersama ketua tim mereka. Ratu sudah protes sebelumnya, sebab masih ada banyak orang lain yang bisa Ibrahim ajak. Namun seperti biasa, pria itu selalu menemukan alasan untuk melancarkan kepentingannya sendiri. Ibrahim memang memiliki kemampuan luar biasa dalam bersilat lid
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Dua Puluh Enam

Di jalan menuju ke rumah Rangga, sepasang muda-mudi ini cekikikan."Untung rumahmu dekat ya, Ngga? Coba kalau jauh, nggak bisa kita jalan kaki kayak gini," ujar Ratu.Bukannya menjawab, Rangga justru menyanyikan lagu yang berjudul Pacar Lima Langkah."Nggaaaaa," erang Ratu, "geli, ih! Itu lagu apaan coba? Lagu tahun berapa? Norak."Bu Ratih sedang membungkus beras dengan daun pisang ketika mereka sampai di sana."Bu..." panggil Ratu membuat wanita itu menoleh dan tersenyum."Eh, ada menantu ibu...""Aku ngungsi lagi, Bu,” ujarnya."Nggak ngungsi, Nak, ini kan rumahnya Ratu juga.""Aku mau bantuin ibu, ah." Ratu menarik kursi jongkok dan duduk di atasnya. Ia kemudian mendekatkan baskom berisi beras dan meniru apa yang sedang dilakukan oleh wanita itu. “Gini nggak, Bu?”“Iya, tapi isiannya jangan terlalu penuh, Nak. Biar nggak terlalu keras teksturnya. Nah, iya, segitu saja.”“Oh... gini, ya.” Senyum tak luntur dari bibir Ratu, gadis itu merasa happy bisa melakukan hal baru yang tak per
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Dua Puluh Tujuh

Flashback sedikit sebelum drama kemarin berakhir, ketika Asyifa akhirnya merelakan Ratu, serta sesuatu yang sudah terlanjur terjadi pada putrinya tersebut.Tentu tidak mudah bagi seseorang untuk menjalani proses penerimaan ini. Namun percayalah, dia mulai bisa menerima semuanya berkat dukungan dari orang-orang terdekat, terutama Pak Bandi. Sebagai ayah dari anak itu.“Kalau ditanya, saya marah apa tidak, sudah pasti saya marah, saya kecewa. Tapi mau bagaimana lagi? Nggak ada yang bisa saya lakukan, sebab saya menyadari ini merupakan kesalahan saya sendiri sebagai ayahnya yang terlalu sibuk di luar,” ujar pria itu saat mereka bertemu dalam satu frame yang sama, tepatnya sore sebelum pertemuan Asyifa dan suami dengan Bu Ratih.Dan sepertinya lelaki itu juga sedang dalam kesadaran penuh. Tidak meledak-ledak seperti biasanya sehingga komunikasi mereka bisa berjalan dengan lancar.“Mas lagi ada bisnis baru?” tanya suami baru Asyifa itu.“Ya, saya sibuk mengimpor kopi ke luar negeri. Tapi i
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Dua Puluh Delapan

Ratu dilarikan ke unit kesehatan kantor—sebuah ruangan kecil yang dilengkapi dengan peralatan medis dasar. Di dalamnya, dia orang petugas kesehatan dengan sigap menangani Ratu.Dan tadinya, mereka hampir memberikannya obat. Namun setelah Rangga mengatakan kondisi Ratu yang sebenarnya—bahwa dia sedang berbadan dua, mereka mengurungkan niatnya. Kecuali memerintahkan Ratu untuk beristirahat sejenak sampai kondisinya membaik. Alasannya, tentu karena ini di luar dari ahlinya, dan mereka memerintahkan Rangga untuk membawanya ke dokter kandungan saja.Ternyata bukan hanya Rangga yang mengantar Ratu ke unit kesehatan. Di luar, Adisty sedang bolak-balik menunggu dengan cemas.Begitu melihat Rangga keluar dari ruangan, gadis itu buru-buru menghampiri.Apa yang membuatnya hadir di sini, karena dia merasa sangat menyesal setelah mengetahui kondisi Ratu yang sebenarnya. Pun dia akui sikap keterlaluannya sebagai seorang teman yang secara tak sengaja, memberikan sebuah umpan pada Sabila, hingga meny
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Dua Puluh Sembilan

"Om?" sapa Ibrahim pada Pak Bandi. Senyumnya lebar menunjukkan keramahan."Oh ya, Mas Ibra, gimana kabarnya?" tanya lelaki itu sambil menyambut jabat tangan pemuda di depannya. "Alhamdulillah, baik dong, Om. Om sendiri gimana, udah sehat?"Rangga tersenyum penuh arti saat mendengar kata-kata manis si penjilat. Dia mulai mengerti mengapa Ibrahim cepat naik jabatan—karena mulutnya yang pandai menjilat. Ke siapapun."Alhamdulillah lebih terkontrol sekarang semenjak Ratu membelikan alat pengukur tekanan darah," jawab Pak Bandi."Wahh, ide yang bagus itu, Om. Jadi lebih gampang sekarang ya, kalau mau cek-cek. Nggak perlu repot-repot datang ke klinik," sahut Ibrahim antusias."Iya, ini saran dari dokternya juga. Sebenarnya saya udah pengen beli alat ini sejak lama, Mas. Tapi kemarin saya masih maju mundur karena saya kira, saya belum terlalu butuh. Tapi ternyata saya kena hipertensi, kan? Lagipula harganya juga cukup terjangkau, jadi ya sudah,” jelas Pak Bandi. Sebelum kemudian mengajak pe
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Tiga Puluh

"Om?" sapa Ibrahim pada Pak Bandi. Senyumnya lebar menunjukkan keramahan."Oh ya, Mas Ibra, gimana kabarnya?" tanya lelaki itu sambil menyambut jabat tangan pemuda di depannya. "Alhamdulillah, baik dong, Om. Om sendiri gimana, udah sehat?"Rangga tersenyum penuh arti saat mendengar kata-kata manis si penjilat. Dia mulai mengerti mengapa Ibrahim cepat naik jabatan—karena mulutnya yang pandai menjilat. Ke siapapun."Alhamdulillah lebih terkontrol sekarang semenjak Ratu membelikan alat pengukur tekanan darah," jawab Pak Bandi."Wahh, ide yang bagus itu, Om. Jadi lebih gampang sekarang ya, kalau mau cek-cek. Nggak perlu repot-repot datang ke klinik," sahut Ibrahim antusias."Iya, ini saran dari dokternya juga. Sebenarnya saya udah pengen beli alat ini sejak lama, Mas. Tapi kemarin saya masih maju mundur karena saya kira, saya belum terlalu butuh. Tapi ternyata saya kena hipertensi, kan? Lagipula harganya juga cukup terjangkau, jadi ya sudah,” jelas Pak Bandi. Sebelum kemudian mengajak pe
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status