All Chapters of Lebih Dari Sekedar Pernikahan: Chapter 11 - Chapter 20

40 Chapters

Sebelas

Pagi itu, Ibu Ratih mengundang semua saudara terdekatnya untuk turut menjadi saksi atas pernikahan putranya.Kabar mendadak yang mereka terima tentu saja membuat semua orang bertanya-tanya, mengapa pernikahan tersebut dilaksanakan sedemikian mendadak?Semestinya pernikahan itu membutuhkan persiapan yang tidak sebentar. Belum lagi mengurus surat-menyuratnya yang biasanya memakan waktu cukup lama. Namun tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja mereka mendengar Rangga akan melakukan akad nikah pagi ini juga. Situasi ini membuat semua berpikir, apakah ada kecelakaan atau kejadian buruk yang menimpa? Kecelakaan dalam artian tanda kutip, maksud mereka.Mirah, adik Ibu Ratih, membawa kakaknya itu ke kamar agar perbicaraan mereka tak sampai terdengar keluar.“Mbak, kita kan saudara kandung. Seharusnya nggak perlu ada rahasia sekecil apapun di antara kita. Toh, lambat laun aku juga pasti akan tahu apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Mirah berbisik, “Rangga buat ulah kah, Mbak?”Ibu Ratih
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Dia Belas

Rangga dan keluarganya telah tiba di depan rumah Ratu. Disana, beberapa orang telah menunggu kedatangan mereka dan bersiap untuk menyambut rombongan keluarga ini—terutama Pak Bandi sendiri dan anak laki-lakinya.Jangan ditanya lagi bagaimana perasaan Rangga saat ini. Melihat kedua wajah laki-laki itu membuatnya menciut. Entah ke mana keberanian yang dimilikinya, karena yang tersisa hanyalah rasa takut.Luka di wajahnya, bekas pukulan kemarin, menjadi pengingat pahit akan kesalahan besar yang telah dilakukannya. Andai mereka yang melihat, benar-benar memahami bahwa itu adalah luka bekas pukulan.Pak Bandi dan Marcel mengamati semua anggota keluarga yang hadir, tetapi tatapan mereka kepada Rangga begitu dingin. Dendamnya pada Rangga masih sangat membara.Namun meski demikian Rangga merasa ini masih lebih baik, lantaran mereka masih mau memberinya kesempatan untuk bertanggung jawab atas kesalahannya.Seorang ustadz atau tokoh masyarakat memasuki rumah, di mana banyak orang telah menunggu
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Tiga Belas

“Ngga, bangun! Udah adzan!”Seruan ibunya dari balik pintu kamar membuat Rangga terjaga dari tidurnya yang lelap.“Iya, Bu!” jawabnya dengan suara parau.Rangga beranjak dari kasurnya. Dia kemudian duduk di tepi tempat tidur dan meneguk air putih dingin yang sengaja dia sediakan. Berjaga-jaga jika sewaktu-waktu dia haus tengah malam.Sensasi segar air itu, sedikit membantunya mengusir rasa kantuk.Tiba-tiba saja, Rangga terbayang pernikahannya yang baru saja berlangsung kemarin. Kenangan indah itu membuatnya tersenyum, dan tanpa berpikir panjang, ia iseng mengirim voice note kepada perempuan yang kini sudah sah menjadi istrinya tersebut.“Ra, my wife, bikinin gue kopi, dong. Masakin yang enak juga ya. Kamu tahu makanan kesukaanku kan? Ya, nasgor.”Rangga terkekeh geli dengan keisengan nya sendiri.Namun Rangga tak menunggu balasan, karena sekarang ia harus segera mengambil air wudhu dan bersiap menuju musala terdekat, sebelum iqamah dikumandangkan.“Emangnya bener ya, Ngga, kemarin ka
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Empat Belas

“Hampir aja gue telat,” gumam Rangga begitu tiba di kantornya, dan bisa men-scan jarinya di mesin absensi tepat waktu.“Woi!” seseorang dari belakang mengejutkannya dengan menepuk punggungnya.Rangga menoleh, Putra adalah pelakunya.“Ke mana aja lo? Tumben banget kemarin lo nggak ikut anak-anak nongkrong. Jangankan ikut nongkrong, nongol di grup aja kagak.”“Sorry, sorry. Gue sibuk,” jawab Rangga sembari melangkah menuju ruangan mereka yang ada di lantai empat.Sedikit penjelasan, kantor Rangga adalah perusahaan yang bergerak di bidang brand design. Meski belum terlalu besar, namun jangan salah, perusahaan ini sudah sering mengerjakan berbagai proyek untuk klien-klien ternama.Di ruangan tersebut, terdapat dua tim yang berbagi ruang kerja, yaitu Tim 1 dan Tim 2. Namun masing-masing tim memiliki spesialisasi dan fokus yang berbeda. Rangga berada di tim 1 yang dibawaih oleh Ibrahim.“Halah, sibuk apaan? Sibuk sama cewek-cewek lo?”“Enggak lah, gue udah nggak kayak gitu lagi kok.”“Emang
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Lima Belas

“Ibu lagi bikin apa?” tanya Ratu sebab mendapati dapur Ibu mertuanya dalam keadaan yang cukup berantakan.“Ini lagi nyiangin dagangan yang buat besok. Kalau di dadak semuanya, takutnya nanti malah kesiangan atau kurang tidur malamnya. Jadi biasanya Ibu cicil sekarang,” jawab Ibu Ratih yang tengah menggoreng bawang.“Aku mau bantuin ya, Bu. Ini mau dibuat apa?” Ratu menunjuk wortel dan kol yang setengahnya sudah dipotong-potong.“Loh, tinggal duduk aja, Nak. Jangan capek-capek...” ujar beliau yang khawatir menantunya bakal kelelahan.“Gak papa, Bu. Aku pengen bantu, males duduk terus, bosen.”“Ya sudah, tapi jangan dipaksakan ya.”“Jadi aku boleh kan, potong-potong ini?” Ratu kembali memastikan.“Iya, boleh,” kata beliau kemudian. Setelah dipikir-pikir, hanya memotong sayuran saja mungkin tidak akan terlalu berat baginya.“Semuanya, Bu?”“Semua, Nak.”“Okee.” Ratu antusias melakukannya. Ternyata potong sayuran itu menyenangkan juga ya.“Lagi ngapain?” tiba-tiba Rangga muncul dari arah
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Enam Belas

“Nggak ada salahnya kan, Ma, kalau mama ngasih uang keanaknya sendiri walau dia kaya sekalipun. Justru dia akan senang karena merasa diperhatikan oleh orang tuanya,” balas Ratu.“Mama nggak kerja, Sayang. Kalaupun Mama harus kasih, ya, Mama harus minta dulu sama suami Mama. Tapi emangnya enak minta uang sama suami Mama buat anaknya yang masih punya ayah kandung? Tinggalnya masih barengan lagi. Enak di papa kamu, nggak enak di Mama dong. Bisa-bisa nanti Mama yang kena tuduh nafkahin mantan suami. Ah, Ratu nggak bakal ngerti kalau Ratu nggak ngalamin sendiri,” Asyifa menjelaskan panjang lebar.“Ya amit-amit, jangan sampai!” sahut anaknya.“Sama! Mama juga kalau bisa milih, nggak akan mau mama seperti ini. Ini takdir yang harus Mama terima. Mau nolak? Nggak bisa!”“Tapi tenang aja, aku juga nggak akan minta uang sama Mama, kok. Aku udah bisa kerja sendiri.”“Kan ada Papa, minta dong sama Papa. Emangnya Papa kamu nggak kerja?”“Nggak tau,” jawab Ratu pelan.Selama ini, Ratu tidak pernah t
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Tujuh Belas

“Tu, Ratu,” ujar Marcel karena dia yang lebih dulu mencapai adiknya. Mencoba mengguncang bahu gadis itu agar dia lekas tersadar dari kondisinya sekarang, yang sepertinya tengah mengalami gangguan kecemasan berlebih. “Nak,” balas mamanya, Asyifa, juga melakukan hal yang sama. “Ratu sayang, bangunlah!”Namun, Ratu tak merespons apa-apa. Hingga Marcel segera membantu sang adik untuk meletakkannya di ranjang.Barulah saat dia mendengar suara Rangga, “Ra, aku di sini ya, Ra.”Kesadaran Ratu seakan kembali.“Ngga,” sahutnya, “aku mau ikut pulang ke rumah kamu aja, Ngga. Aku mau sama ibu...” karena di sanalah dia bis merasakan kenyamanan. “Apa-apaan ini? Nggak bisa! Udah cukup Mama biarkan kamu di sini sampai kamu jadi rusak begini ya. Sekarang waktunya kamu ikut Mama. Biar Mama yang akan urus kamu!”“Mohon maaf, Tante,” sahut Rangga, “tapi saya sebagai suaminya nggak mengizinkan.”Mendengar hal itu tentu saja membuat Asyila semakin murka. Kedua matanya menajam, “Heh, emangnya kamu siapa?
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Delapan Belas

10 menit berlalu.Keduanya masih di ruang tamu, masih berada di posisi yang sama. Namun isakan Ratu yang tadinya keras kini sudah berangsur-angsur melemah.Akan tetapi, Rangga menyadari bahwa ada sesuatu yang terlupakan. Pintu utama di belakang mereka masih terbuka. Hal ini membuat orang-orang--pejalan kaki warga kampung Damai yang lewat dan secara kebetulan menoleh, melihat keduanya dalam keadaan seperti itu.“Ra,” ujarnya pelan, membuat Ratu kini merenggangkan jarak dan menatapnya penuh tanya. “Sebentar, aku tutup pintu dulu.”Ratu mengusap kasar pipinya. Terus terang, dia malu sudah bersikap sedemikian kacaunya di depan pria itu. Karena selama ini dia dikenal dengan pribadi yang kuat. Tapi mau bagaimana lagi? Memang inilah yang dia rasakan dan tak bisa lagi dibendung.Setelah menutup pintu, Rangga kembali dan mempersilahkan Ratu menuju ke ruang tengah. “Kamu udah makan belum? Atau barang kali mau ke kamar kecil dulu?”“Aku haus, pengen minum yang dingin-dingin,” balas Ratu menari
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Sembilan Belas

Pak Bandi membawa kemarahannya ke rumah besan. Ia ngebut dengan motornya melewati beberapa gang hingga tiba di depan rumah Bu Ratih yang cukup sederhana.Dalam angan-angannya dulu, Pak Bandi bisa menjodohkan putrinya dengan seorang pria yang lebih mapan dan memiliki masa depan yang cerah.Bukankah itu wajar bagi seorang ayah untuk menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya? Terutama anak perempuan.Pak Bandi ingin putrinya hidup bahagia dan hidup stabil, terutama dalam hal pasangan hidup. Meskipun putrinya, menolak rencana tersebut dan bersikeras untuk memilih jalannya sendiri—tak mau menikah dan childfree, Pak Bandi merasa perlu memaksanya.Namun kenyataannya kini berbeda. Ratu malah hamil anak dari pemuda biasa seperti Rangga. Pemuda yang tidak memiliki status sosial atau kekayaan yang diharapkan oleh Pak Bandi. Ini membuatnya khawatir dan bingung akan masa depan putrinya kelak.Pak Bandi tahu bahwa rezeki bisa dicari dan diraih melalui kerja keras. Tetapi ia percaya bahwa memulai
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Dua Puluh

Sudah berapa hari ya, Ratu tidak masuk kerja? Dia sampai merasa kehabisan tenaga hari ini sekaligus kesabaran. Karena ia pun harus menghadapi teman dekatnya, Sabila, yang sikapnya tampak berbeda dari biasanya.Namun untuk masalah yang satu itu, Ratu tak terlalu peduli, kok. Karena yang penting menurutnya, ia bisa menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan profesional.Ratu sudah bertekad datang ke sini untuk bekerja, kemudian kembali ke rumah dengan tenang tanpa drama.Saat jam istirahat tiba, harusnya Ratu bisa segera beranjak keluar seperti teman-temannya yang lain.Tapi dia harus tertinggal sendiri sebab tengahterjebak dalam tumpukan tugas yang harus segera dia selesaikan.Rangga yang khawatir pun menghampiri, “Belum selesai?”“Belum. Dikit lagi, Ngga,” jawab Ratu tanpa mengalihkan fokusnya dari sana.“Mau dibantu?” tawarnya.Namun Ratu menolak, “Apa yang mau dibantu? Udah nggak usah, sana duluan aja.”“Kalau gitu, kamu mau makan di bawah atau di sini aja? Nanti biar aku beliin
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status