All Chapters of Terjebak dalam Pernikahan Suami Kakakku: Chapter 21 - Chapter 30

30 Chapters

21. Hadiah Istimewa dari Suami yang Tidak Peduli

Zuri sama sekali tidak bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Axel sekarang. Dia terbaring di ranjang, tubuhnya lelah dan terhanyut dalam keheningan yang hanya diselingi suara langkah Axel saat pria itu keluar.Axel melangkah pergi, pundaknya sedikit terkulai—mungkin lelah, tapi tak ada tanda akan berbalik.Keesokan paginya, Zuri terbangun di saat matahari sudah tinggi. Sesaat, dia merasa bingung. Axel biasanya akan membangunkan Zuri dengan suara keras, namun kali ini tidak ada.Tidak ada teriakan pagi ini, tidak ada teguran. Zuri melirik ke sisi ranjang—kosong, hanya aroma samar Axel yang tertinggal.Ada apa dengan si suami? Apa karena ada rapat penting yang membuat pria itu terburu-buru? Atau, apakah Axel sedang menyimpan kemarahannya pada Zuri untuk nanti?“Nyonya.” Suara Dottie terdengar.Zuri mengalihkan pandangan ke sekitar. Rumah ini terasa lebih ramai daripada biasanya, banyak orang asing yang mondar-mandir. Apa yang sedang terjadi?“Ada apa ini, Dottie? Siapa mereka?” Zur
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

22. Kejadian Tak Terduga

Sesuatu telah terjadi.Lennox Fairfax menunggui Zuri di rumah sakit. Rupanya Zuri pingsan setelah dianiaya oleh orang tidak dikenal.Zuri terbaring di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat dengan luka-luka yang terlihat jelas, namun posturnya tetap anggun meski rapuh.“Biarkan aku yang bertanggung jawab atas kejadian ini,” ucap Lennox, nada penuh keyakinan, saat dia dan Axel duduk berhadapan di kantin rumah sakit.“Ini ulah para penggemarmu?” Axel menebak, dan sudah bisa merasakannya. Matanya menatap Lennox tajam, penuh tekanan yang tak terucapkan.“Menurutku begitu. Aku punya penggemar fanatik yang sering kali membuntuti ke mana pun aku pergi. Mereka tidak pernah berani muncul di hadapanku, tapi keberadaan mereka selalu mengintai dari jauh.” Lennox mulai menjelaskan panjang lebar. “Sepertinya mereka tak tahu kalau Zuri punya suami berpengaruh sepertimu ....”Axel hanya menatap pria itu dengan tajam. “Atau mereka tahu, dan tetap nekat mencelakai istriku.” Ucapan Axel meluncur tajam, men
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

23. Maaf Untuk Apa?

Axel hanya mengangguk. Rasa kesal semakin membuncah. “Aku tidak peduli. Temukan siapa pelakunya, Gideon. Kalau kau berhasil, aku pinjamkan kapal pesiarku seminggu untukmu.”“Hei, itu terlalu sedikit untuk pekerjaan ini. Dua minggu. Bagaimana?” Gideon menyeringai, alisnya terangkat penuh percaya diri.“Terserah kau,” jawab Axel dengan ketegasan yang tak terbantahkan. “Yang penting segera bawa mereka ke hadapanku. Kalau perlu paksa.”Gideon menatap Axel dengan tatapan yang lebih serius, mendekatkan wajahnya. “Kau yakin ini perbuatan berkelompok?”“Jika tidak, kenapa Zuri bisa sampai pingsan begitu?” Axel memiringkan kepala, seolah menimbang segala kemungkinan, matanya menyipit penuh perhitungan. “Meski Zuri tampak lemah, dia tidak akan kalah tanpa perlawanan. Lennox juga mengaku punya penggemar fanatik yang selalu mengawasinya.”Gideon menggeleng, tampak sedikit terkejut. “Wah, gila! Jangan sampai pesonamu dikalahkan oleh Lennox, Axel.”Axel mendengus, nada suaranya penuh penghinaan. “A
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

24. Aku di Sini Bersamamu

Bodoh. Begitu bodohnya Zuri. Axel yang sempat ingin marah, malah jadi diam, rasa bersalah mengalir begitu saja. Wajah Zuri yang lebam, penuh memar, seolah meruntuhkan segala kebencian yang sempat dirasakan oleh Axel. Dia menghela napas pelan, tapi wajahnya tetap tidak menunjukkan apa yang dipikirkannya.Axel harusnya lebih tegas, lebih bisa melindungi. Tapi kenapa dia merasa seperti seorang suami yang gagal? Dia hanya berdiri di sana, menatap Zuri yang kini menggenggam selimut lebih erat. Sikap yang tetap lembut meski penuh luka.Tidak bisa menunda lagi. Zuri tahu Axel terus menuntut agar dia jujur lewat semua tindakan dan akhirnya Zuri mengalah. Tidak ada gunanya juga menyembunyikan semua dari Axel—pada akhirnya Axel pasti akan tahu. Atau mungkin sudah tahu. Mungkin suaminya itu hanya ingin mendengar langsung darinya.Zuri menatap Axel dengan mata penuh ketakutan dan tangannya bergetar pelan.Beberapa jam sebelumnya.Zuri keluar dari toko bunga, membawa buket mawar pink tua yang dire
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

25. Tiga Tangkai Mawar

Axel bersandar ke kursi, menatap Zuri dengan tajam. “Bahkan meski kau keluarganya, mereka tetap tidak akan peduli. Bagi mereka, kau hanya orang asing yang tiba-tiba muncul di orbit Lennox.” Nada suaranya datar, tapi ada penekanan di setiap kata.Zuri menelan ludah, pikirannya mendadak penuh. Kenapa dia baru menyadarinya sekarang? Lennox Fairfax bukan sembarang pria. Pria itu sudah lama dikenal sebagai musisi berbakat dengan suara yang merdu, sosok yang dielu-elukan banyak orang. Meskipun lebih dulu diangkat sebagai putra bibinya. Zuri menunduk, raut wajahnya menjadi gelisah.Bagi siapa pun yang akhirnya tahu, Zuri hanya keponakan dari ibu angkatnya Lennox, bukan siapa-siapa.Seharusnya mereka memang orang asing satu sama lain. Tidak ada ikatan yang menghubungkan mereka selain kenangan samar tentang bibi Isolde.Tapi bagi orang-orang yang mengagumi Lennox, kehadiran Zuri mungkin terlihat berbeda. Sesuatu yang harus disingkirkan.Axel masih sibuk dengan ponselnya. Keningnya berkerut, je
last updateLast Updated : 2025-04-11
Read more

26. Pembalasan

Zuri mengangguk pelan. Tidak akan dia permasalahkan perhatian Axel sebagai bentuk lain, selain karena Axel pasti tidak ingin melihatnya celaka, jangan sampai dia membuat Axel mendapatkan malu. Reputasi, penting untuk seorang Axel Nightvale. Zuri menatap si suami dengan ketakutan yang kembali muncul.Sekarang, Zuri meraih mawar kedua dan memberikannya lagi pada Axel. Masih bergetar. “Ini rasa terima kasihku karena kau mau membantuku untuk segera hamil. Kau meminta Dottie menyiapkan segala hal untuk itu. Terima kasih, Axel.” Suaranya lembut, berusaha penuh kehangatan.Axel menerima mawar kedua tanpa menjawab. Jadi Zuri menunggu. Mungkin Axel berusaha berpikir sebelum mengutarakannya. Ekspresi wajah yang tetap tidak berubah, hanya ada kerutan kecil di keningnya.Hening.“Yang terakhir, apa itu juga untukku?” Axel menunjuk mawar yang masih di samping Zuri. Sisa satu tangkai lagi.“Oh, ya. Ini untukmu juga. Atas rasa terima kasihku karena kau membangun butik yang luar biasa bagus. Aku bahk
last updateLast Updated : 2025-04-15
Read more

27. Yang Paling Menyiksa

Jadi, Axel tidak suka menunggu.Dia juga tidak suka membuang waktu untuk sesuatu yang tidak memberikan dampak sepadan.Dari itu dia akan bergerak cepat. Sendirian.Meninggalkan kantor lebih awal, Axel menemukan Zuri di butik, sibuk dengan penjahitnya. Tertawa, berbincang, seakan dunia mereka aman-aman saja. Seakan pekan lalu tidak terjadi apa-apa.Tentu saja, istrinya Axel itu tidak perlu tahu apa yang sedang dirancangnya.Axel mengambil ponsel dan menghubungi Caden. Satu panggilan, satu eksekusi.“Tawarkan posisi tetap di cabang. Fasilitas setara kepala divisi, tapi ada satu syarat,” kata Axel.“Ya, Tuan?” jawab Caden.“Hanya bisa diisi oleh pria lajang.”Caden diam sejenak. Tapi dia cukup pintar untuk tidak mempertanyakan maksud Axel. “Baik, Tuan. Ada instruksi tambahan?”“Beri dia waktu dua hari untuk berpikir. Jika setuju, urus semuanya. Kontrak, fasilitas, keberangkatan—semua harus siap dalam hari yang sama. Dan pastikan dia mengerti, kesepakatan ini hanya berlaku selama statusny
last updateLast Updated : 2025-04-15
Read more

28. Malam Ini Milikku

Dari dalam jaket, Axel mengeluarkan beberapa bungkus kokain murni yang sangat sulit didapat tanpa jaringan yang luas. Dia menyelipkannya di balik kasur, di dalam koper, dan yang terakhir—di dalam botol kosmetik mereka. Detail itu penting.Setelah memastikan semuanya terlihat alami, Axel keluar dengan tenang. Tidak ada jejak. Tidak ada suara. Seakan dia tidak pernah ada di sana.Lima belas menit setelah jam makan malam, Axel menekan nomor kontak yang sudah tersimpan di ponselnya.“Operator 911, ada yang bisa saya bantu?” tanya suara di seberang.“Saya ingin melaporkan aktivitas mencurigakan di Tara Cottage. Kamar 306. Saya melihat tiga wanita membawa paket mencurigakan, emm … seperti serbuk putih ke dalam kamar mereka,” kata Axel, suaranya datar, nyaris malas, tapi ada nada ragu-ragu. Sengaja. Biasanya, begitulah seorang warga baik yang kebetulan melihat sesuatu yang tidak beres.Kurang dari sepuluh menit, sirene meraung di kejauhan. Axel sudah dalam perjalanan pulang.Begitu tiba di r
last updateLast Updated : 2025-04-15
Read more

29. Aku Juga Akan Melindungimu

[Axel, bolehkah aku pergi mengantarkan gaun pesanan Nyonya Marina, istri pejabat yang tempo hari kukatakan padamu?]Pesan itu sudah dikirim Zuri beberapa menit lalu, tapi belum juga ada balasan. Dia menghela napas, jari-jarinya menggenggam ponsel lebih erat. Gelisah.Zuri ingin mengantarkan pesanan pertama butik ini sendiri. Dia ingin menjadi bagian dari keberhasilan pertama ini. Bukankah dia yang mendesain dan mengurus semuanya?Lima menit.Enam menit.Di menit ketujuh, notifikasi muncul di layar.Axel: Asal kau pergi bersama Cole dan biarkan dia menunggumu hingga selesai, itu tidak masalah.Zuri menahan napas. Berdebar, tapi juga sedikit lega. Axel sangat baik akhir-akhir ini. Terlalu baik.Zuri tidak bodoh. Dia tahu kenapa Axel seperti itu. Pria itu ingin dia dalam kondisi terbaik untuk hamil.Zuri tahu, mental seorang wanita yang menjalani program kehamilan harus stabil. Tidak boleh stres. Tidak boleh cemas. Harus bahagia. Tapi bukankah aneh jika dia justru merasa semakin terbeban
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more

30. Para Pengganggu

Ucapan Lennox terasa begitu menenangkan, seolah menghapus sisa kecemasan yang masih bersarang di dada Zuri. Entah kenapa, kali ini dia benar-benar percaya pada kata-kata pria itu.“Terima kasih, Lennox,” ucap Zuri.Lennox menatap Zuri, seperti biasa—dengan sorot yang bersahabat dan senyum lembut yang membuatnya tampak begitu dapat dipercaya. Wajahnya selalu memberi kesan nyaman untuk dipandang lama-lama. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini.Dua lingkaran gelap samar tampak di bawah matanya. Kurang tidur? Jadwalnya padat?“Jangan berterima kasih. Justru aku merasa sangat bersalah padamu. Aku berutang maaf,” ucapnya lirih.Zuri tertawa kecil. “Tidak perlu berutang. Aku sudah memaafkanmu. Lunas, Lennox.”“Sungguh?” Mata Lennox mengerjap cepat. Ada kilasan keterkejutan yang sekilas tampak menggemaskan.Zuri mengangguk, sengaja mengalihkan pembicaraan. Lennox memang kerap seperti itu. Senyum yang terukir untuknya selalu terlalu lembut seperti permen kapas, sehingga bisa jadi kelemahan
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status