***“Pelan-pelan, sakit,” keluh Mary.“Tahan sebentar,” jawab Victor, berusaha tenang.“Iya, tapi tetap sakit,” protes Mary, mencengkram pergelangan tangan Victor yang kekar, berusaha menahan gerakan pria itu yang tengah membersihkan luka di sudut bibirnya.“Sedikit lagi selesai. Tahan!” Victor menjauhkan tangan Mary dari dirinya dan melanjutkan membersihkan luka memar di bibir wanita itu.“Sudah, nanti saja,” tolak Mary lagi, kali ini mundur sedikit dan menciptakan jarak antara mereka. “Sangat perih, aku tidak tahan. Pipiku juga nyeri.”Victor menatapnya dengan jengkel. “Dan membiarkan lukamu seperti itu? Bagaimana kalau nanti infeksi?” Ia mendekat lagi, meraih tangan Mary untuk membawanya kembali ke pinggir wastafel.Mereka berada di apartemen Mary, baru saja tiba beberapa menit yang lalu. Sebelumnya, Mary melarang Victor untuk masuk, tetapi pria itu tidak menghiraukan larangannya dan tetap memaksa masuk. Akhirnya, Mary menyerah karena merasa percuma melanjutkan protes. Victor tidak
Terakhir Diperbarui : 2025-01-08 Baca selengkapnya