Sepulang kerja, begitu membuka pintu, aku melihat ibu mertuaku duduk di sofa, bersila sambil mengunyah biji bunga matahari, menyapaku sambil tersenyum."Nak, kamu sudah pulang."Ekspresiku langsung kaku.Belum sempat mencerna kenapa dia ada di sini, dia sudah bangkit dari sofa, berjalan mendekat, "Kaget, ya? Nggak sangka, ya?""Ibu ini diundang langsung oleh suami dan anakmu.""Kesal, 'kan?"Ibu mertuaku berkata bangga, "Kamu tahu yang disebut hubungan darah? Aku kasih tahu ya, Ibu, anak, dan cucu Ibu punya ikatan darah yang nggak bisa dipisahkan, kamu sebagai orang luar nggak akan pernah bisa masuk ke dalamnya!"Wajahnya tetap seperti dulu, membuatku muak.Baru melihat dirinya saja sudah membuat perutku terasa tidak enak. Sebelum sempat bertanya, aku melihat suami dan anakku keluar dari kamar.Suami dan anakku, yang tadi sedang tertawa, langsung terdiam begitu melihatku.Ruang tamu yang tadi hidup seketika dipenuhi keheningan yang mencekam.Ibu mertuaku, yang tadi masih menyombongkan
Baca selengkapnya