Share

Bab 3

Penulis: Hasya Nazwa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 12:41:18
Hendi mengucapkan kata-kata manis yang membuat ibu mertuaku tertawa terbahak-bahak.

Sekeluarga terdengar begitu harmonis, hanya saja keharmonisan ini dibangun di atas penderitaanku. Mendengar tawa ibu mertua membuatku merasa tersiksa, seperti jarum halus menusuk-nusuk hatiku.

"Kamu juga jangan terlalu mempermasalahkan ibumu," ibu mertuaku terus memainkan perannya sebagai orang baik, "Meskipun dia dari muda suka menyimpan dendam, memang agak sempit hati, tapi bagaimanapun dia tetap ibumu. Ingat waktu kamu baru lahir dulu."

Ibu mertua berbicara sambil suaranya mulai serak lagi.

"Nenek pikir dia akan berubah, tapi siapa sangka selama bertahun-tahun, bukannya berubah malah makin parah."

Aku memasukkan pakaian terakhir ke dalam koper.

Ingatanku kembali ke hari itu.

Aku diam-diam memberi makan anjing liar dan ketahuan oleh ibu mertua. Dia marah besar, menganggap binatang kotor itu bisa membahayakan cucunya, lalu mengambil pisau dapur dan mengejar untuk membunuh anjing-anjing malang itu.

Aku mengejarnya sambil menangis dan memohon agar tidak menyakiti anjing-anjing itu karena mereka sudah sangat malang.

Namun, dia memaki aku sebagai "perempuan sok suci" dan "perempuan nggak tahu malu" yang memakai uang anaknya untuk memberi makan anjing liar. Saat dia mendorong-dorongku, aku terjatuh ke jalan dan tertabrak mobil yang melintas, menyebabkan Hendi lahir prematur.

Dadaku terasa sesak. Hendi yang kecil sekali dulu, berbaring di inkubator, kini telah tumbuh besar, tetapi sudah belajar ....

Aku menutup koper dan mendorongnya keluar menuju ruang tamu. Melihat orang-orang di ruang tamu, aku tidak bisa menahan diri untuk mencemooh.

"Waktu itu Ibu menyebabkan aku tertabrak mobil, Hendi lahir prematur, dan tinggal di ruang perawatan intensif selama sebulan penuh. Apa Ibu pernah sekali saja menjenguk?"

Saat itu, Hendi lahir prematur.

Ibu mertua menangis dan melarang Yoga membayar biaya rumah sakit, mengamuk di rumah sakit, memaki-maki, mengatakan rumah sakit menipu uang. Dia bilang melahirkan saja kenapa harus dirawat dan menghabiskan begitu banyak uang.

Dia membuat keributan di rumah sakit selama dua hari.

Akhirnya orang tuaku datang tergesa-gesa dari luar kota dan membayarkan biaya pengobatan.

Aku melihat ekspresi ibu mertuaku berubah, lalu melanjutkan, "Setelah orang tuaku membayar biaya rumah sakit, kenapa kamu tiba-tiba berhenti menangis?"

"Kenapa mendadak Ibu berubah sikap dan bilang harus mengikuti saran dokter?"

Wajah ibu mertuaku tampak bersalah. Aku tidak pernah menceritakan masa lalu ini kepada Hendi. Aku selalu merasa ini adalah masalah di antara orang dewasa dan tidak seharusnya dibebankan pada anak.

Namun, melihat sikap Hendi hari ini, aku sudah tidak peduli lagi.

"Hendi tinggal di rumah sakit selama sebulan, baru saja pulang ke rumah, siapa yang tidak rela menggunakan air panas, dan memandikan anak itu dengan air dingin di musim dingin yang beku sehingga dia terkena pneumonia begitu keluar dari rumah sakit?"

Tahun itu musim dingin sangat parah.

Di luar sedang turun salju lebat. Aku baru saja pulang dari pusat perbelanjaan membeli susu formula dan botol bayi, lalu melihat ibu mertua memandikan Hendi dengan air dingin di dalam rumah berpenghangat.

Aku sangat terkejut, mendorong ibu mertuaku dan memeluk Hendi yang tubuhnya dingin, lalu segera membungkusnya dengan selimut untuk menghangatkannya.

Namun, ibu mertuaku malah berkata aku berlebihan, bahkan menegaskan bahwa anak harus dikeraskan sejak kecil agar tubuhnya kuat.

Dia menggunakan air dingin dengan alasan untuk melatih daya tahan tubuh anak.

Akibatnya, hari itu juga Hendi demam tinggi. Aku ingin membawanya ke rumah sakit, tetapi ibu mertua mencegahku dengan paksa, mengatakan demam itu karena terkena roh jahat. Bersama Yoga, mereka merebut anak itu dari tanganku dan membawanya ke kuil untuk membakar kertas jimat, membuat tiga mangkuk air jimat, lalu memaksanya meminum air itu.

Ketika aku tiba, yang kulihat adalah Hendi yang hampir kehilangan nyawa.

Hendi mendengar ceritaku dan ekspresinya menjadi kosong, lalu menoleh ke arah ibu mertuaku.

"Nenek."

"Apa yang dikatakan Ibu itu benar?"

Tentu saja benar.

Aku menatap mata ibu mertuaku yang penuh rasa bersalah. Ketika dia hampir menyerah, Yoga keluar dari ruang kerja. "Sudah berapa lama kejadian itu berlalu, kenapa kamu masih saja mengungkitnya?"

"Pada akhirnya, bukannya itu karena kamu sendiri yang nggak bisa berkomunikasi dengan baik dengan Ibu?" Yoga menyalahkanku.

"Ibu juga sangat menyayangi anak-anak. Di matamu, itu seperti dosa besar, ya?"

Dengan beberapa kata, Yoga membela ibunya sepenuhnya.

Hendi tampak tersadar.

"Bu, Ibu juga jangan menyalahkan Nenek," dia mulai berbicara dengan nada mendamaikan. "Nenek nggak berpendidikan, jadi tidak paham soal ini. Ibu terus membahas ini juga nggak ada gunanya. Lagi pula, Nenek lagi sakit."

"Jadi, Ibu jangan terus-menerus terjebak pada masalah-masalah itu."

Aku memandang ibu mertuaku, yang kini telah bangkit kembali. "Benar, Yana, bagaimanapun kita ini satu keluarga."

Ibu mertuaku melirik koper di tanganku, lalu mengubah nada bicara.

"Kamu bawa koper ini untuk apa?"

"Kamu nggak mungkin mau meninggalkan rumah lagi, 'kan?" Ibu mertuaku sengaja mengungkit masa lalu, "Dulu kamu pakai cara ini untuk memaksa Yoga mengusirku. Apa kamu sekarang juga ...."

Ibu mertuaku mulai menangis lagi.

"Pada akhirnya ini salah Ibu. Ibu nggak seharusnya datang. Ibu pergi saja!"

Ibu mertuaku bahkan belum menggerakkan tubuhnya, tetapi aku sudah melihat Hendi berdiri di depannya, dan wajah Yoga penuh dengan kemarahan. Tiba-tiba, aku merasa semua ini tidak ada artinya lagi.

Sepanjang hidupku, aku telah berkorban untuk keluarga ini.

Yang kudapatkan ....

Hanya tuduhan bahwa aku terlalu perhitungan.

Kalau begitu ....

Aku ingin melihat, tanpa aku yang dianggap suka menghitung-hitung kesalahan ini, bagaimana mereka bisa hidup harmonis.

"Ibu nggak perlu pergi."

Aku memotong drama ibu mertuaku, lalu menatap Yoga dengan dingin di bawah ekspresi terkejut ibu mertua. "Kita bercerai."

Bab terkait

  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 4

    "Yoga," aku melemparkan surat perjanjian cerai yang sudah kusiapkan kepadanya, "tandatangani saja.""Setelah itu, bagaimana caramu mengabdi pada ibumu, itu bukan urusanku lagi."Yoga melihat surat cerai di tangannya, suaranya menjadi tajam."Yana, kamu kira aku akan mengalah padamu, ya!"Dia marah besar. "Jangan pikir karena kamu merasa agak menderita dulu, kamu bisa menginjakku seenaknya! Aku kasih tahu, kalau kamu benar-benar bercerai, kamu cuma jadi barang bekas yang nggak diinginkan, sampah!""Kamu pikir kamu itu sehebat apa?"Yoga memaki-maki tanpa henti, sementara aku hanya melihat ekspresi puas yang jelas terpancar dari wajah ibu mertuaku. Lalu, anakku pun ikut-ikutan menyalahkanku dengan wajah tidak senang."Kalau kamu benar-benar mau bercerai dengan ayah cuma karena hal ini, aku menyesal kenapa aku dilahirkan dari rahimmu."Mata Hendi dipenuhi kebencian terhadapku."Bagaimana aku bisa punya ibu sejahat kamu!""Memalukan!"Jika itu dulu ....Hendi mengatakan hal seperti itu unt

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 5

    Aku duduk di tepi jendela sambil tersenyum, memandang jembatan kecil dan aliran air, teringat saat ibu mertuaku membawa seorang pria kasar masuk ke kamarku, mencengkeram leher Hendi sambil mengancam dengan kejam."Yana, kalau kamu nggak menurutinya, akan kubunuh anakmu."Ibu mertuaku menggunakan nyawa Hendi untuk memerasku. Aku melihat anakku yang menangis keras ketakutan di pelukan ibu mertua, lalu melihat pria kasar itu tersenyum menjijikkan dan menjorok. Pada akhirnya, aku menyerah demi anakku, membuang gunting di tanganku, dan membiarkan pria kasar itu mendekatiku.Untungnya, hal itu tidak sempat terjadi karena Yoga pulang.Dia mengambil pisau dapur dari dapur, membantingnya ke pintu, dan mengusir pria kasar itu. Dari tangisan air mata buaya ibu mertuaku, dia mengetahui semuanya.Ibu mertuaku kalah berjudi, tidak bisa menutup utangnya, lalu memikirkan ide yang tidak bermoral ini. Wanita itu menangis sambil berlutut memohon maaf dan bersumpah tidak akan mengulangi perbuatannya.Baga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 6

    Ibu mertuaku terdiam.Aku melanjutkan, "Kalau kamu benar-benar membuatku marah, aku nggak keberatan mengirimmu ke penjara untuk menghabiskan masa tuamu.""Kalau aku jadi kamu, setiap hari aku akan rajin berdoa, dan hidup dengan rendah hati. Kalau memang nggak bisa jadi manusia, jadilah binatang, jangan ganggu aku lagi!"Ibu mertuaku berteriak, "Yana, aku akan melawanmu sampai mati!"Belum selesai ibu mertuaku memaki, aku kembali melancarkan serangan."Dulu kamu mencekik Hendi untuk mengancamku, juga mengarang cerita tentang gagal ginjal untuk menyalahkan keluargaku. Apa kamu benar-benar mau aku buka semua aib itu?"Aku belum selesai bicara.Telepon langsung ditutup.Tanpa perlu berpikir, aku tahu ibu mertuaku ketakutan.Aku tertawa.Ketika aku menoleh ke sahabatku, dia tersenyum sambil mengacungkan jempol, "Kamu luar biasa, Sayang."Aku menyibakkan rambut di dahi, "Lumayanlah."Tidak cukup hanya memblokir nomor Keluarga Kiswari, aku mengakhiri perjalanan lebih awal, langsung pergi ke k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 7

    "Kamu sudah berutang tamparan ini padaku selama lebih dari sepuluh tahun."Aku tidak menunggu reaksinya.Aku kembali menampar wajahnya, "Dengan tamparan ini, kita impas. Keluar dari rumahku, kalau nggak, aku akan mengirimmu ke penjara!"Aku berbalik dan pergi.Aku baru berjalan beberapa langkah.Hendi langsung mengejar, "Bu."Aku berhenti dan menatap anakku yang sudah begitu dekat, bertanya kepadanya, "Apa lagi yang mau kamu katakan?""Bu," ekspresi Hendi penuh emosi, "Aku nggak tahu.""Aku nggak tahu kalau Nenek seperti itu," Hendi mendekatiku, "Aku malu dengan dia. Bawa aku pergi.""Aku nggak mau Nenek yang seorang penjahat, dan ayah yang bahkan nggak punya rumah. Aku tahu Ibu yang paling mencintaiku. Bawa aku pergi."Saat Hendi mengatakan ini, dia tidak menyadari Yoga yang buru-buru datang. Aku tersenyum sinis, "Jadi, kamu merendahkan ayahmu?""Aku sudah nggak suka dia sejak lama."Hendi terus mengungkapkan, "Orang yang nggak mampu membelikan konsol gim seharga 8 juta, mana pantas j

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 8

    Aku melihat Yoga mendorong ibunya dengan kuat, sambil berteriak, "Pergi!"Sementara itu, darah mengalir deras dari bagian belakang kepala Hendi, tetapi dia masih sempat melotot penuh kebencian ke arah Yoga dan neneknya, "Semua ini salah kalian, aku benci kalian sampai mati!"Meski dibenci oleh Hendi, Yoga tetap harus membawanya ke rumah sakit.Mengenai bagaimana kondisi Hendi setelah dipukul,itu sudah tidak ada hubungannya denganku.Aku menghubungi perusahaan jasa pindahan, memanfaatkan waktu mereka pergi ke rumah sakit, langsung masuk ke rumah, mengemasi barang-barang mereka bertiga, lalu membuang semuanya keluar. Aku mengosongkan rumah, dan dengan cepat menandatangani kontrak dengan pembeli.Setelah menyelesaikan semuanya, aku juga menyempatkan diri melihat rumah baruku.Aku membeli sebuah rumah baru untuk diriku sendiri.Aku sibuk sepanjang hari. Belum sempat aku beristirahat, tiba-tiba rekan kerjaku mengabarkan bahwa mantan suamiku sekeluarga sedang menggelar spanduk di depan kant

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 1

    Sepulang kerja, begitu membuka pintu, aku melihat ibu mertuaku duduk di sofa, bersila sambil mengunyah biji bunga matahari, menyapaku sambil tersenyum."Nak, kamu sudah pulang."Ekspresiku langsung kaku.Belum sempat mencerna kenapa dia ada di sini, dia sudah bangkit dari sofa, berjalan mendekat, "Kaget, ya? Nggak sangka, ya?""Ibu ini diundang langsung oleh suami dan anakmu.""Kesal, 'kan?"Ibu mertuaku berkata bangga, "Kamu tahu yang disebut hubungan darah? Aku kasih tahu ya, Ibu, anak, dan cucu Ibu punya ikatan darah yang nggak bisa dipisahkan, kamu sebagai orang luar nggak akan pernah bisa masuk ke dalamnya!"Wajahnya tetap seperti dulu, membuatku muak.Baru melihat dirinya saja sudah membuat perutku terasa tidak enak. Sebelum sempat bertanya, aku melihat suami dan anakku keluar dari kamar.Suami dan anakku, yang tadi sedang tertawa, langsung terdiam begitu melihatku.Ruang tamu yang tadi hidup seketika dipenuhi keheningan yang mencekam.Ibu mertuaku, yang tadi masih menyombongkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 2

    Tangisan ibu mertuaku membuat Yoga kesal.Dia tetap harus bersikap baik dan menghibur ibunya. Makin dihibur, makin puas ibu mertuaku, dan tatapannya kepadaku sangat menantang, meskipun nada suaranya terdengar sangat memelas."Nak, ayahmu meninggal begitu cepat. Ibu bersusah payah membesarkanmu seorang diri, itu sudah seperti sebuah pencapaian besar!""Sekarang, giliran Ibu, orang tua ini, yang akan mati.""Ibu nggak berharap diperlakukan sebaik ayahmu, tapi Ibu cuma ingin lebih banyak waktu bersamamu dan Hendi. Akhirnya ini semua salah Ibu, Ibu yang bikin kalian suami istri bertengkar. Ibu pergi, Ibu pergi!"Tentu saja aku tahu ibu mertuaku tidak akan pergi.Aku maju dan menarik Yoga, melarangnya ikut campur. Ibu mertuaku berjalan ke pintu. Melihat Yoga yang kutahan, dia pun mulai meraung dan menjatuhkan dirinya ke lantai sambil menangis histeris."Nggak punya hati nurani!""Nak, kamu nggak boleh melupakan ibumu hanya karena punya istri!""Huhuhu!"Ibu mertuaku tidak akan pergi. Ini bu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 8

    Aku melihat Yoga mendorong ibunya dengan kuat, sambil berteriak, "Pergi!"Sementara itu, darah mengalir deras dari bagian belakang kepala Hendi, tetapi dia masih sempat melotot penuh kebencian ke arah Yoga dan neneknya, "Semua ini salah kalian, aku benci kalian sampai mati!"Meski dibenci oleh Hendi, Yoga tetap harus membawanya ke rumah sakit.Mengenai bagaimana kondisi Hendi setelah dipukul,itu sudah tidak ada hubungannya denganku.Aku menghubungi perusahaan jasa pindahan, memanfaatkan waktu mereka pergi ke rumah sakit, langsung masuk ke rumah, mengemasi barang-barang mereka bertiga, lalu membuang semuanya keluar. Aku mengosongkan rumah, dan dengan cepat menandatangani kontrak dengan pembeli.Setelah menyelesaikan semuanya, aku juga menyempatkan diri melihat rumah baruku.Aku membeli sebuah rumah baru untuk diriku sendiri.Aku sibuk sepanjang hari. Belum sempat aku beristirahat, tiba-tiba rekan kerjaku mengabarkan bahwa mantan suamiku sekeluarga sedang menggelar spanduk di depan kant

  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 7

    "Kamu sudah berutang tamparan ini padaku selama lebih dari sepuluh tahun."Aku tidak menunggu reaksinya.Aku kembali menampar wajahnya, "Dengan tamparan ini, kita impas. Keluar dari rumahku, kalau nggak, aku akan mengirimmu ke penjara!"Aku berbalik dan pergi.Aku baru berjalan beberapa langkah.Hendi langsung mengejar, "Bu."Aku berhenti dan menatap anakku yang sudah begitu dekat, bertanya kepadanya, "Apa lagi yang mau kamu katakan?""Bu," ekspresi Hendi penuh emosi, "Aku nggak tahu.""Aku nggak tahu kalau Nenek seperti itu," Hendi mendekatiku, "Aku malu dengan dia. Bawa aku pergi.""Aku nggak mau Nenek yang seorang penjahat, dan ayah yang bahkan nggak punya rumah. Aku tahu Ibu yang paling mencintaiku. Bawa aku pergi."Saat Hendi mengatakan ini, dia tidak menyadari Yoga yang buru-buru datang. Aku tersenyum sinis, "Jadi, kamu merendahkan ayahmu?""Aku sudah nggak suka dia sejak lama."Hendi terus mengungkapkan, "Orang yang nggak mampu membelikan konsol gim seharga 8 juta, mana pantas j

  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 6

    Ibu mertuaku terdiam.Aku melanjutkan, "Kalau kamu benar-benar membuatku marah, aku nggak keberatan mengirimmu ke penjara untuk menghabiskan masa tuamu.""Kalau aku jadi kamu, setiap hari aku akan rajin berdoa, dan hidup dengan rendah hati. Kalau memang nggak bisa jadi manusia, jadilah binatang, jangan ganggu aku lagi!"Ibu mertuaku berteriak, "Yana, aku akan melawanmu sampai mati!"Belum selesai ibu mertuaku memaki, aku kembali melancarkan serangan."Dulu kamu mencekik Hendi untuk mengancamku, juga mengarang cerita tentang gagal ginjal untuk menyalahkan keluargaku. Apa kamu benar-benar mau aku buka semua aib itu?"Aku belum selesai bicara.Telepon langsung ditutup.Tanpa perlu berpikir, aku tahu ibu mertuaku ketakutan.Aku tertawa.Ketika aku menoleh ke sahabatku, dia tersenyum sambil mengacungkan jempol, "Kamu luar biasa, Sayang."Aku menyibakkan rambut di dahi, "Lumayanlah."Tidak cukup hanya memblokir nomor Keluarga Kiswari, aku mengakhiri perjalanan lebih awal, langsung pergi ke k

  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 5

    Aku duduk di tepi jendela sambil tersenyum, memandang jembatan kecil dan aliran air, teringat saat ibu mertuaku membawa seorang pria kasar masuk ke kamarku, mencengkeram leher Hendi sambil mengancam dengan kejam."Yana, kalau kamu nggak menurutinya, akan kubunuh anakmu."Ibu mertuaku menggunakan nyawa Hendi untuk memerasku. Aku melihat anakku yang menangis keras ketakutan di pelukan ibu mertua, lalu melihat pria kasar itu tersenyum menjijikkan dan menjorok. Pada akhirnya, aku menyerah demi anakku, membuang gunting di tanganku, dan membiarkan pria kasar itu mendekatiku.Untungnya, hal itu tidak sempat terjadi karena Yoga pulang.Dia mengambil pisau dapur dari dapur, membantingnya ke pintu, dan mengusir pria kasar itu. Dari tangisan air mata buaya ibu mertuaku, dia mengetahui semuanya.Ibu mertuaku kalah berjudi, tidak bisa menutup utangnya, lalu memikirkan ide yang tidak bermoral ini. Wanita itu menangis sambil berlutut memohon maaf dan bersumpah tidak akan mengulangi perbuatannya.Baga

  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 4

    "Yoga," aku melemparkan surat perjanjian cerai yang sudah kusiapkan kepadanya, "tandatangani saja.""Setelah itu, bagaimana caramu mengabdi pada ibumu, itu bukan urusanku lagi."Yoga melihat surat cerai di tangannya, suaranya menjadi tajam."Yana, kamu kira aku akan mengalah padamu, ya!"Dia marah besar. "Jangan pikir karena kamu merasa agak menderita dulu, kamu bisa menginjakku seenaknya! Aku kasih tahu, kalau kamu benar-benar bercerai, kamu cuma jadi barang bekas yang nggak diinginkan, sampah!""Kamu pikir kamu itu sehebat apa?"Yoga memaki-maki tanpa henti, sementara aku hanya melihat ekspresi puas yang jelas terpancar dari wajah ibu mertuaku. Lalu, anakku pun ikut-ikutan menyalahkanku dengan wajah tidak senang."Kalau kamu benar-benar mau bercerai dengan ayah cuma karena hal ini, aku menyesal kenapa aku dilahirkan dari rahimmu."Mata Hendi dipenuhi kebencian terhadapku."Bagaimana aku bisa punya ibu sejahat kamu!""Memalukan!"Jika itu dulu ....Hendi mengatakan hal seperti itu unt

  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 3

    Hendi mengucapkan kata-kata manis yang membuat ibu mertuaku tertawa terbahak-bahak.Sekeluarga terdengar begitu harmonis, hanya saja keharmonisan ini dibangun di atas penderitaanku. Mendengar tawa ibu mertua membuatku merasa tersiksa, seperti jarum halus menusuk-nusuk hatiku."Kamu juga jangan terlalu mempermasalahkan ibumu," ibu mertuaku terus memainkan perannya sebagai orang baik, "Meskipun dia dari muda suka menyimpan dendam, memang agak sempit hati, tapi bagaimanapun dia tetap ibumu. Ingat waktu kamu baru lahir dulu."Ibu mertua berbicara sambil suaranya mulai serak lagi."Nenek pikir dia akan berubah, tapi siapa sangka selama bertahun-tahun, bukannya berubah malah makin parah."Aku memasukkan pakaian terakhir ke dalam koper.Ingatanku kembali ke hari itu.Aku diam-diam memberi makan anjing liar dan ketahuan oleh ibu mertua. Dia marah besar, menganggap binatang kotor itu bisa membahayakan cucunya, lalu mengambil pisau dapur dan mengejar untuk membunuh anjing-anjing malang itu.Aku

  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 2

    Tangisan ibu mertuaku membuat Yoga kesal.Dia tetap harus bersikap baik dan menghibur ibunya. Makin dihibur, makin puas ibu mertuaku, dan tatapannya kepadaku sangat menantang, meskipun nada suaranya terdengar sangat memelas."Nak, ayahmu meninggal begitu cepat. Ibu bersusah payah membesarkanmu seorang diri, itu sudah seperti sebuah pencapaian besar!""Sekarang, giliran Ibu, orang tua ini, yang akan mati.""Ibu nggak berharap diperlakukan sebaik ayahmu, tapi Ibu cuma ingin lebih banyak waktu bersamamu dan Hendi. Akhirnya ini semua salah Ibu, Ibu yang bikin kalian suami istri bertengkar. Ibu pergi, Ibu pergi!"Tentu saja aku tahu ibu mertuaku tidak akan pergi.Aku maju dan menarik Yoga, melarangnya ikut campur. Ibu mertuaku berjalan ke pintu. Melihat Yoga yang kutahan, dia pun mulai meraung dan menjatuhkan dirinya ke lantai sambil menangis histeris."Nggak punya hati nurani!""Nak, kamu nggak boleh melupakan ibumu hanya karena punya istri!""Huhuhu!"Ibu mertuaku tidak akan pergi. Ini bu

  • Perceraianku Dimulai Saat Mertua Didiagnosis Kanker   Bab 1

    Sepulang kerja, begitu membuka pintu, aku melihat ibu mertuaku duduk di sofa, bersila sambil mengunyah biji bunga matahari, menyapaku sambil tersenyum."Nak, kamu sudah pulang."Ekspresiku langsung kaku.Belum sempat mencerna kenapa dia ada di sini, dia sudah bangkit dari sofa, berjalan mendekat, "Kaget, ya? Nggak sangka, ya?""Ibu ini diundang langsung oleh suami dan anakmu.""Kesal, 'kan?"Ibu mertuaku berkata bangga, "Kamu tahu yang disebut hubungan darah? Aku kasih tahu ya, Ibu, anak, dan cucu Ibu punya ikatan darah yang nggak bisa dipisahkan, kamu sebagai orang luar nggak akan pernah bisa masuk ke dalamnya!"Wajahnya tetap seperti dulu, membuatku muak.Baru melihat dirinya saja sudah membuat perutku terasa tidak enak. Sebelum sempat bertanya, aku melihat suami dan anakku keluar dari kamar.Suami dan anakku, yang tadi sedang tertawa, langsung terdiam begitu melihatku.Ruang tamu yang tadi hidup seketika dipenuhi keheningan yang mencekam.Ibu mertuaku, yang tadi masih menyombongkan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status