“Ada apa, Mas?” tanya Sekar dengan nada datar, namun sorot matanya mengandung letih yang sulit disembunyikan.“Sekar, sudah aku bilang dari awal. Tolong jaga Amara dan kandungannya selama aku nggak ada. Tapi kenapa kamu malah terus membuat masalah? Kenapa kamu melempar Amara dengan kain basah?” Suara Wira meninggi, sarat emosi dan kekecewaan.Sekar menarik napas panjang, mencoba menahan gejolak dalam dadanya. “Apa Mas masih punya sedikit saja rasa percaya padaku?”“Jangan berusaha membela diri, Sekar,” balas Wira tegas, dingin.Sekar terdiam, akhirnya menyerah pada keadaan. “Sekarang, Mas mau aku apa?” Nada suaranya melemah. Ia tidak ingin memperpanjang keributan.“Buatkan makan untuk Amara,” perintah Wira.“Baiklah,” ucap Sekar lirih.“Dan berikan kembali ponselnya.”Tanpa sepatah kata, Sekar menyodorkan ponsel Amara lalu melangkah ke dapur dengan kepala tertunduk.Sementara itu, Amara menyeringai sinis, penuh kemenangan. Ia masih melanjutkan obrolannya dengan Wira dengan nada manja y
Last Updated : 2025-04-16 Read more