Home / Romansa / Sebatas Teman Tidur / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Sebatas Teman Tidur : Chapter 11 - Chapter 20

32 Chapters

Part 11. Jantungmu Berdetak

”Shittt... Ini gila!!” Prang!!Serentak semua menoleh ke arahnya. Lea menjatuhkan gelas yang berisi air mineral hingga terjatuh, bahkan pakaiannya dan sepatunya sampai basah terkena minumannya.”Kenapa Lea?” Belum sempat Adrian bertanya Ben lebih dulu mengeluarkan suaranya.“Em... Maaf-maaf semua. Saya tidak sengaja menyenggol gelasnya,” cicitnya tak enak hati. “Saya akan bertanggung jawab membersihkannya.”“Rapat kita sampai sini. Kalian semua boleh keluar.” Adrian berakata seraya memandang tajam ke arah Lea. “Kecuali Lea..”Mereka semua keluar, dan mengira Lea akan mendapatkan hukuman. Sementara Ben menggelengkan kepalanya, menepuk pundak Adrian. “Ingat ini di kantor, jangan melakukan apapun. Kalian harus profesional.”“Aku mengerti bawel. Pergilah sana.”Sepeninggal Ben, Lea merasa aura ruangan ini terasa mencekam. Apalagi saat merasa tatapan Adrian kian lebih intens, seakan-akan ia telah melakukan kesalahan yang fatal. Juga suara langkah kaki lelaki itu yang kian mendekat. “Saya
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Part 12. Vitamin

Seperti apa yang telah dikatakan Adrian jika Lea harus menerima hukuman, akibat tidak mematuhi aturan perusahaan. Tentu saja sebagai karyawan yang teladan, Lea mematuhi perintah sang atasan. Lea melirik arloji di tangannya di mana waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, suasana kantor juga terasa sepi. Bahkan kopi di cangkirnya telah habis tak tersisa. Namun, kerjaannya belum selesai juga. Adrian benar-benar seperti tengah memanfaatkan dirinya. Bisa-bisanya ia diberi pekerjaan yang membludak. Susunan data iklan harus segera ia selesaikan, selain itu ada beberapa data statistik yang harus benar-benar ia teliti. Jika sampai salah sedikit saja, Adrian pasti tidak akan terima.“Pokoknya ini harus selesai. Kalau tidak bisa-bisa si boss killer itu akan terus menindasku dengan cara lembur terus.” Lea menyemangati diri meski sambil menggerutu jengkel akan sikap Adrian, ia tetap berusaha konsentrasi menyelesaikan kerjaannya.“Ehem, siapa bos killermu!” Suara dingin itu membuat Lea terke
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Part 13. Dih Emang Aku Cabe

“Aku tidak mau bangun.” “Bangun.” “Tidak mau.” “Bangun, Ian!” ”Tidak, sayang.” Lea mengerjap saat mendengar panggilan Adrian padanya, bahkan bibirnya sampai terbuka secelah. Detik berikutnya ia terkejut, saat Adrian mengecup bibirnya singkat. “Ian, apa-apaan sih kamu.” “Bibirmu terbuka tanpa suara, ku pikir itu suatu persetujuan untukku mencium dirimu.” “Ck! Menyebalkan sekali dirimu.” Lea memukul dan mendorong dada Adrian pelan. “Tak usah banyak merayu,” imbuhnya. Ia memutar kursinya berniat melanjutkan pekerjaannya. Namun, tiba-tiba ia tersentak saat tangannya ditarik oleh Adrian, membuatnya spontan berdiri menabrak dada bidang lelaki itu. Matanya terbelalak kala dengan cepat pria itu membungkam bibirnya dengan ciumannya. Sigap salah satu tangan Adrian menahan pinggangnya, seiring dengan lumatan yang terasa intens. Lea merasa tubuhnya lemas, hampir terdorong ke belakang, jika saja Adrian tak menahan pinggangnya. Darahnya berdesir, jantungnya berdetak lebih kencang dan
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Part 14. Mau Kamu

“Jangan aneh-aneh, Ian.” “Apa sih yang aneh-aneh. Kakiku kram makanya minta tanganmu, biar ditarik.”Mendecak sebal, Lea pun mengulurkan tangannya. Namun, bukannya ia yang menarik Adrian, justru dirinya yang ditarik, membuatnya jatuh dan ikut masuk ke dalam kolong meja. Adrian sigap menendang kursi yang menghalanginya. “Ian, apa-apaan sih kamu!” protes Lea yang tak juga didengarkan, tubuhnya justru dibalik membuatnya terkunci di bawah lingkungan Adrian. Tampak lelaki itu menyeringai senang. “Lepasin. Ayo bangun.”“Gak.”“Ih, Ian. Kamu itu mau apa sih!”“Mau kamu.” Jawaban Adrian selanjutnya membuatnya terperangah. ”Jangan macam-macam.” Lea menepuk Adrian, mencoba mendorong dada lelaki itu. “Gak macam-macam. Cuma semacam aja,” katanya menggoda. Nadanya terdengar serak seperti menginginkan sesuatu.“Apaan sih, Ian.”Adrian mengangkat sebelah alisnya menggoda. “Kayaknya kalau kita lakukan di sini menantang Lea. Ganti suasana baru. Kamu mau gak?”Lea melotot mendengarnya. “Kamu mau ca
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Part 14B. Intrik Jalinan Bisnis

Mobil yang dikemudikan Adrian baru tiba di rumah usai sebelumnya mengantarkan Lea pulang. Memang hanya sampai gang tempat tinggal Lea. Perempuan itu selalu menolak ketika dirinya ingin mampir ke rumahnya, sejauh ini bahkan ia tidak tahu seperti apa dan bagaimana rumah Lea. Membuka pintu rumahnya, melangkah masuk sampai di ruang keluarga ia terkejut melihat ibunya masih terjaga. “Mama belum tidur?” tanyanya mencoba mengingat mobil di garasi. “Nunggu siapa? Perasaan Papa sudah pulang.”“Nunggu kamu.” Dea meletakkan majalah yang tengah ia baca, beralih menatap sang putra. “Aku.” Adrian menunjuk ke arah dirinya. “Tumben.”“Tadi siang Belinda ke kantor mengajakmu makan siang. Kenapa kamu menolaknya. Bahkan terang-terangan mengusirnya. Iya kan, Adrian?” cecar Dea tanpa jeda. Membuat Adrian berdecak sebal.“Dasar kang ngadu.”“Belinda itu bukan mengadu Adrian. Tapi, ia hanya memberi tahu.”Adrian menarik sudut bibirnya, membentuk seringai kecil. “Itu sama saja. Karena intinya ingin membua
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Part 15A. Kangen?

Adrian tersentak saat mendengar suara lembut di balik ponselnya, ia jauhkan ponselku demi melihat siapa yang tengah berbicara dengannya. “L—lea.”Ucapannya terbata-bata, ada kegugupan yang mendera, diam-diam ia merasa takut jika kekasih gelapnya itu akan marah karenanya. Mendesis pelan, ia merasa konyol di sini dia yang lebih berhak atas Lea, kenapa jadi ia yang takut pada perempuan itu. Aneh bukan, pikirnya.“Maaf kalau aku mengganggumu, Ian.” Suara Lea terdengar rendah ada nada takut di dalamnya, membuat Adrian segera tersadar. “Ada apa? Kangen?” tanya Adrian menggoda yang sudah kembali ke mode awal. “Makanya gak usah sok-sokan nolak, aku ajak main di mobil tadi gak mau. Kan akhirnya baru sampai rumah langsung telepon,” lanjutnya.Ada apa dengan dirinya? Kenapa semudah itu moodnya berubah hanya karena mendengar suara Lea. Sesespesial itukah gadis itu untuk dirinya? Tidak! Adrian menggelengkan kepalanya berusaha menepis apa yang ada dalam benaknya. Semua yang terjadi hanya kerena ia
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Part 15B. Kurang Belaian

Aditya melirik arloji di tangannya. “Ah elah udah jam segini juga. Wajarlah dia tidur. Emangnya kau pikir robot melek terus.”“Kalau butuh banget kenapa gak samperin aja ke rumahnya,” saran Ben kemudian yang dibalas anggukan kepala oleh Aditya.“Gila! Itu namanya cari mati. Bisa-bisanya ayahnya yang sakit itu langsung kejang-kejang lihat aku nyosor anaknya.” Adrian tidak habis pikir dengan saran temannya, yang terdengar konyol. Menurutnya sama saja ia cari mati. Apalagi mendengar cerita Lea kalau ayah gadis itu tengah sakit-sakitan. “Ha... Ha.. ha....” ledakan tawa kedua sahabatnya itu membuat ia tak berhentinya mengumpat.“Mukamu tuh terlihat mengenaskan Adrian. Seperti kurang bela ian, dan butuh pele pasan,” seloroh Ben kemudian, merasa senang bisa mengolok-olok sahabatnya tersebut, pasalnya jika tengah di dalam kantor, mereka akan berlaku seperti atasan dan bawahan, membuat ia tak dapat berkutik saat diperintah atau ditindas. “Settan!” umpat Adrian yang benar-benar merasa kacau k
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

Part 16A. Candu, Sayang

Adrian mengerang begitu hentakan terakhir ia berikan di dalam tubuh Lea. Sudah satu jam lebih mereka bergelut di ranjang apartemen tempat biasa keduanya memadu kasih. Ia merebahkan tubuhnya di samping tubuh polos Lea. Di pandangi lekat-lekat wajah berpeluh yang sudah sejam lebih ia nikmati. Lea memang mampu membuatnya gila dan lupa diri. ”Masih sakit?”Lea menoleh, mendapati sepasang mata uang menatapnya dengan tatapan memuja, ia tarik selimut tebalnya untuk menutupi tubuh polosnya. “Sedikit.” Ia menjeda ucapannya sejenak memandang lekat lelaki yang kini berbaring miring menatapnya. “Tapi, tak sesakit waktu di mobil, Ian.”Detik berikutnya tawa Adrian meledak. Lea memang perempuan yang ceplas-ceplos saat bersamanya, namun tak ia pungkiri perempuan itu terkadang terlihat begitu polos. “Emang kenapa waktu di mobil? Sensasinya enak kan?”Lea mengerucutkan bibirnya, mengambil jemari Adrian untuk ia genggam, lalu menggeleng. “Enggak. Aku gak suka. Karena kamu terburu-buru. Kesannya aku se
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Part 16B. Aku Malu

Adrian bahkan bisa mendengarkan detak jantungnya yang begitu kencang. “Gugup ya?” lanjutnya memberi kecupan kecil di daun telinga Lea, kemudian memutar tubuh gadis itu menghadapnya. Baru saja ia ingin merunduk mencium bibir yang sejak tadi terlihat menggoda, suara perut Lea menghentikannya. “Kamu lapar?” tanya Adrian membuat Lea meringis malu.“Aku lupa belum makan sejak siang. Maaf.” Adrian mengurai dekapannya, mengambil ponselnya untuk memesan makanan. Sambil menunggu pesanan tiba ke duanya hanya duduk saling terdiam canggung, tak berselang lama makanan tiba. Adrian meminta Lea untuk makan lebih dulu. Diam-diam ia mencuri pandang Lea. Gadis itu terlihat apa adanya, makan lahap tanpa niat kepura-puraan demi menjaga image di depan lawan jenisnya. Tak seperti Belinda yang selalu menjaga image, dan kerap membuang-buang makanan. “Maaf ya aku lapar. Jadi, makanannya aku habisin. Sayangkan mubadzir,” kata Lea usai menyelesaikan makanannya. “Gak apa-apa. Mau lagi?” Adrian mengelus pipi
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Part 17A. Apanya Yang Berakhir?

Dia seperti bulan. Indah ... Namun, sangat sulit untuk aku jangkau._Pluk!!Lamunan Adrian buyar ketika wajahnya tiba-tiba tertimpuk handuk basah, seketika ia mengerjap. “Apa sih, Lea!” protesnya sedikit kesal. Karena Lea tengah menganggu dirinya yang tengah mengingat momen kenangan manis itu. Itu suatu momen yang tidak akan pernah ia lupa. Lea benar-benar masih polos, sepolos kapas. Tak seperti sekarang yang lebih berani.“Kamu itu gak punya telinga apa gimana? Itu bel pintu dari tadi udah bunyi terus, gak kamu buka-buka, malah senyum-senyum gak jelas,” omel Lea membuat Adrian seketika tersadar jika sebelumnya ia memesan makanan, dan ia yakin itu pasti kurir yang mengantarkannya. “Oh iya. Itu pasti kurir antar makanan. Aku tadi memesannya. Kamu bukain pintunya ya. Aku mau mandi dulu.” Adrian beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, sambil senyum-senyum sendiri, membuat Lea menatapnya heran. “Dia pasti teringat momen tadi bersama Belinda. Sebelum sama aku, dia pasti telah
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status