Home / Romansa / PURA PURA JADIAN / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of PURA PURA JADIAN: Chapter 11 - Chapter 20

26 Chapters

BAB 11: Kehadiran Sosok Baru

---Segalanya tampak berjalan lancar setelah aku dan Reyhan resmi pacaran. Hubungan kami penuh dengan tawa, canda, dan keanehan—Reyhan yang selalu membuat aku tertawa dengan tingkah konyolnya, dan aku yang kadang tidak tahu apakah aku harus marah atau hanya tertawa melihat kelakuannya. Tapi, seperti yang orang bilang, kebahagiaan jarang datang tanpa ujian.Hari itu, kelas kami kedatangan seorang murid baru. Namanya Clarissa, seorang pindahan dari kota besar yang katanya punya banyak prestasi di bidang seni dan akademik. Rambutnya tergerai rapi, wajahnya dihiasi senyum manis, dan dia langsung menarik perhatian banyak orang, termasuk beberapa cowok di kelas kami yang langsung saling tatap dengan ekspresi terpesona.Hana, sahabatku yang biasanya selalu santai, langsung berbisik keras di telingaku saat Clarissa berjalan masuk. "Nail, cewek ini levelnya beda. Aura-aura Queen Bee banget, ya nggak?"Aku hanya melirik sejenak. "Ya, tapi masih baru, kok. Jangan-jangan besok dia bawa sekumpulan
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

BAB 12: Ketidaknyamanan yang Tumbuh

---Hari-hari berikutnya, kehadiran Clarissa mulai terasa seperti bayangan yang selalu ada di mana-mana. Dia duduk dekat Reyhan saat belajar kelompok, memberikan komentar soal "betapa cerdasnya Reyhan," bahkan sengaja datang ke lapangan basket saat Reyhan latihan. Alasannya? "Penasaran dengan gaya permainan Reyhan."Aku yang melihat semua itu hanya bisa menahan napas panjang. Awalnya aku mencoba berpikir positif, tapi lama-lama perasaan kesal ini seperti mendidih tanpa bisa aku kendalikan.Suatu sore, saat Reyhan dan aku duduk di kantin menikmati semangkuk bakso kesukaan kami, aku mencoba membicarakan masalah ini."Rey, kamu sadar nggak sih kalau Clarissa suka sama kamu?" tanyaku dengan nada datar, berusaha terlihat santai meskipun di dalam hati aku seperti ingin menggebrak meja.Reyhan mengangkat wajahnya dari mangkuk bakso dan menatapku bingung. "Hah? Enggak lah, Nail. Dia cuma ramah kok."Aku menyipitkan mata, menatapnya tajam. "Ramah? Kamu yakin? Sebutkan, siapa lagi di sekolah in
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

BAB 12: Ketidaknyamanan yang Tumbuh

---Hari-hari berikutnya, kehadiran Clarissa mulai terasa seperti bayangan yang selalu ada di mana-mana. Dia duduk dekat Reyhan saat belajar kelompok, memberikan komentar soal "betapa cerdasnya Reyhan," bahkan sengaja datang ke lapangan basket saat Reyhan latihan. Alasannya? "Penasaran dengan gaya permainan Reyhan."Aku yang melihat semua itu hanya bisa menahan napas panjang. Awalnya aku mencoba berpikir positif, tapi lama-lama perasaan kesal ini seperti mendidih tanpa bisa aku kendalikan.Suatu sore, saat Reyhan dan aku duduk di kantin menikmati semangkuk bakso kesukaan kami, aku mencoba membicarakan masalah ini."Rey, kamu sadar nggak sih kalau Clarissa suka sama kamu?" tanyaku dengan nada datar, berusaha terlihat santai meskipun di dalam hati aku seperti ingin menggebrak meja.Reyhan mengangkat wajahnya dari mangkuk bakso dan menatapku bingung. "Hah? Enggak lah, Nail. Dia cuma ramah kok."Aku menyipitkan mata, menatapnya tajam. "Ramah? Kamu yakin? Sebutkan, siapa lagi di sekolah in
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

BAB 13: Konfrontasi Tak Terduga

--- Siang itu di kantin, semuanya tampak biasa saja. Aku sedang duduk bersama Hana sambil mengaduk-aduk es teh yang sudah mulai mencair. Hana sedang sibuk membicarakan soal ujian mendatang, tetapi aku tidak bisa fokus. Mataku terpaku pada sosok di ujung kantin. Clarissa. Lagi. Dan tentu saja, dia tidak sendirian. Di depan Reyhan, ada sebuah bekal berbentuk kotak yang dihias dengan sangat rapi. Bahkan dari jarak jauh, aku bisa melihat ada telur dadar yang dilipat seperti bunga dan sosis yang dibentuk seperti gurita kecil. “Aku nggak percaya!” Aku bangkit dari kursi dengan penuh emosi. Hana yang sedang asyik memakan bakso gorengnya, langsung menatapku kaget. “Eh, Nail? Mau ke mana?” “Mau menyelamatkan pacarku dari perangkap bento maut!” jawabku sambil melangkah cepat menuju meja Reyhan dan Clarissa. Saat aku sampai di depan mereka, Reyhan sedang memandangi isi bekal itu dengan ekspresi bingung, sementara Clarissa tersenyum lebar seperti kucing Cheshire. “Reyhan,” aku memanggilnya
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

BAB 14: Kesetiaan Reyhan

---Setelah drama di kantin, aku pikir segalanya akan sedikit mereda. Tapi tentu saja, harapan itu terlalu optimis. Clarissa tidak menyerah. Malah, dia seperti menggandakan usahanya.Setiap ada kesempatan, Clarissa selalu mendekati Reyhan dengan berbagai alasan konyol. Mulai dari "mau pinjam catatan," "butuh bantuan fisika," sampai "aku lupa cara pakai kalkulator, Rey, ajarin dong!" yang membuatku hampir muntah mendengarnya.Sore itu, aku duduk bersama Reyhan di taman sekolah. Matahari sudah mulai turun, memberikan cahaya keemasan yang biasanya membuat suasana jadi romantis. Tapi kali ini, aku terlalu sibuk merutuki Clarissa dalam hati untuk menikmati pemandangan.“Rey,” aku memulai dengan nada tajam sambil memainkan ujung kerah seragamku, “kamu nggak merasa aneh sama Clarissa? Dia itu terang-terangan lho, Rey.”Reyhan menatapku bingung sambil menggigit gorengan yang baru dibeli. “Terang-terangan gimana? Dia kan cuma ngajak ngobrol biasa.”Aku hampir terbangun dari tempat dudukku. “Ng
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

BAB 15: Resolusi Tak Terduga

---Hari-hari berjalan dengan tenang setelah kejadian-kejadian yang penuh ketegangan itu. Meskipun Clarissa masih ada di sekolah, dia tidak lagi mencoba mendekati Reyhan dengan cara yang mengganggu. Ada semacam kesepakatan tak tertulis di antara kami—Clarissa tahu bahwa Reyhan adalah pacarku, dan aku juga tahu bahwa dia memiliki perasaan yang sama terhadap Reyhan. Jadi, kami mencoba untuk tetap bersikap baik-baik saja meski tidak menjadi teman dekat.Suatu hari, saat jam istirahat, aku berjalan menuju kantin bersama Hana. Aku sedang tertawa tentang betapa lucunya kejadian di kelas matematika tadi pagi, ketika tiba-tiba Clarissa menghampiriku.“Aku perlu bicara sama kamu, Nail,” katanya dengan wajah serius, berbeda dari biasanya yang selalu ceria.Aku melirik Hana, yang terlihat kebingungan. "Ehm, oke, aku dengar dulu, ya?" jawabku, meskipun hati sedikit ragu.Clarissa mengangguk dan melangkah sedikit menjauh dari keramaian. Hana, yang cerdik, langsung mundur dengan dalih ingin membeli
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

BAB 16: Ujian Kepercayaan

---Setelah Clarissa mundur dan aku merasa hubungan kami dengan Reyhan kembali tenang, aku pikir drama sudah berakhir. Ternyata, masalah baru muncul, dan kali ini bukan dari luar—tetapi dari dalam diriku sendiri. Sebuah perasaan yang selama ini kupendam mulai mencuat ke permukaan: rasa insecure.Suatu sore, kami duduk di taman sekolah. Reyhan sedang sibuk mengunyah cemilan, sementara aku melamun, menatap langit yang tampak biru cerah. Namun, entah mengapa, pikiranku melayang pada hal-hal yang membuatku merasa cemas."Rey, menurut kamu, aku ini cukup baik buat kamu nggak?" Tiba-tiba, aku mengajukan pertanyaan itu tanpa sengaja. Aku bahkan tidak tahu kenapa pertanyaan itu keluar begitu saja.Reyhan menoleh padaku dengan tatapan bingung. "Hah? Kok nanya gitu?" Dia tertawa kecil, tampak sedikit bingung. "Ya jelas kamu lebih dari cukup. Aku nggak akan milih orang lain kalau aku udah punya kamu. Kamu ini lebih dari apa yang aku harapkan."Mendengar jawabannya, seharusnya aku merasa lega. Ta
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

BAB 17: Gosip yang Menghebohkan

---Hari itu, aku merasa segalanya baik-baik saja. Pagi yang cerah, tugas sekolah yang ringan, dan donat cokelat favoritku yang tampak menggoda di atas piring plastik. Aku duduk di kantin bersama Hana, sahabatku, menikmati suasana istirahat dengan tenang. Sampai kemudian, suara Vira dari meja sebelah menghancurkan kedamaian itu seperti batu jatuh ke kolam yang tenang."Eh, denger-denger Reyhan ketemuan sama Clarissa di kafe, lho," katanya dengan nada penuh sensasi, seperti pembawa acara gosip di televisi.Aku yang sedang mengunyah donat langsung berhenti. Gigi terhenti di tengah cokelat yang meleleh, dan hampir saja aku tersedak. Dengan mata melebar, aku menoleh ke arahnya. "Apa? Siapa yang bilang?" tanyaku nyaris panik, donat masih tertahan di tangan.Vira menatapku seolah aku baru saja bertanya sesuatu yang jelas. "Katanya anak kelas sebelah yang lihat. Mereka kelihatan ngobrol serius, gitu," jawabnya sambil mengaduk es teh manisnya dengan gaya santai seolah dia baru saja mengumumka
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

BAB 18: Konfrontasi Penuh Emosi

---Malam itu, aku tidak bisa lagi menahan diri. Pikiran tentang Reyhan dan Clarissa terus menghantui kepalaku seperti soundtrack horor yang terus berulang. Setelah makan malam, aku menatap ponselku, menimbang apakah harus meneleponnya atau tidak. Tapi, semakin lama aku berpikir, semakin mengerikan skenario yang muncul di kepalaku. Jadi, dengan napas panjang dan mental yang belum sepenuhnya siap, aku menekan nomor Reyhan.Telepon berdering beberapa kali sebelum akhirnya dia menjawab. Suaranya terdengar santai, terlalu santai untuk seseorang yang sedang berada dalam radar kecurigaan. "Halo, Nail. Ada apa? Kok telepon malam-malam gini?"Aku mencoba menjaga nada suaraku tetap tenang. "Rey, aku denger kamu ketemu sama Clarissa di kafe. Itu benar?" tanyaku langsung, tanpa basa-basi.Hening.Detik-detik berlalu seperti adegan slow motion di film drama. Akhirnya, Reyhan bersuara, terdengar sedikit ragu. "Iya, tapi aku bisa jelasin."Aku mengernyit. "Jelasin apa? Kamu nggak bilang apa-apa soa
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

BAB 19: Klarifikasi yang Menyentuh

---Keesokan harinya, aku sedang duduk di bangku taman sekolah sambil menatap daun-daun yang berguguran. Pikiran tentang perbincangan semalam dengan Reyhan masih berputar di kepalaku. Sebagian besar diriku merasa lega, tapi ada bagian kecil yang masih kesal. Apakah aku terlalu cemburu? Atau apakah Reyhan yang terlalu santai?Tidak lama kemudian, Reyhan datang dengan langkah cepat, wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya. Dia langsung duduk di sebelahku tanpa banyak bicara. "Nail, aku tahu aku salah karena nggak bilang dulu soal ketemuan sama Clarissa. Tapi aku nggak mau ada kesalahpahaman antara kita."Aku mengangkat alis. "Oh, jadi sekarang kamu mau klarifikasi, ya? Apa ini episode 'Reyhan Minta Maaf: Versi Diperpanjang'?" tanyaku dengan nada sinis, meskipun dalam hati aku tahu aku hanya berusaha menyembunyikan rasa bersalahku.Reyhan menghela napas, kemudian mengeluarkan sebuah buku catatan dari tasnya. "Ini," katanya, menyerahkan buku itu kepadaku. "Ini alasan aku ketemu dia.
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status