Home / Romansa / Aku Hanya Gadis Ternoda / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Aku Hanya Gadis Ternoda: Chapter 21 - Chapter 30

38 Chapters

21. Like Father, Like Son

“Gue nggak nyangka Mas Rian sebadas itu di depan orang-orang. Ya ampun, Ra. Untung gue nggak kena serangan jantung tadi.”Aku mengabaikan ocehan Renata, berjalan cepat meninggalkan restoran dan kafe berlantai dua yang membuatku sesak napas rasanya. Tatapan Dika, Dion, dan pria itu membuatku tidak leluasa melakukan apa pun.“Lo beneran jadian sama Bang Rian?” tanya Dion setelah briefing selesai. Dia menuntut penjelasan saat Renata pergi ke gudang menukar seragamnya yang kebesaran. Gadis itu memang selalu memakai baju pas badan yang menampilkan lekuk tubuhnya.“Kalau aku jawab itu cuma lelucon, kamu percaya?”“Ra ….” Dion sudah membuka mulutnya, tapi tak mengatakan apa pun. Pertama, dia syok dengan nada bicaraku yang dingin dan tanpa perasaan. Kedua, aku mempertahankan bahasa aku-kamu, bukan lo-gue seperti saat kami masih berpasangan dulu.“Mbak Sera, dipanggil Pak Bagas. Suruh ke ruangannya sekarang.”Aku menghela napas. Belum selesai urusan dengan Dion, Dika sudah memanggil. Pasti dia
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Unqualified - Tidak Memenuhi Syarat (1)

“Kacau, Ra. Kacau!”Aku menyeruput kopi di cangkir, membiarkan Renata berjalan ke sana kemari seperti setrikaan. Lebih baik membiarkannya seperti itu sampai dia lelah daripada mendengar ocehannya yang tidak lebih merdu dari tukang obat herbal di pinggir jalan.“Dion nanya ke gue terus gimana lo sama Mas Rian bisa jadian. Udah gue tinggal pergi, tetep aja chat gue, tanya lagi.”“Ya udah biarin aja, sih. Nggak usah dibalas.”“Nggak dibalas gimana? Gue kan pengen ngobrol yang lain.”“Bilang ngga boleh cerita sama gue.”“Udah. Tetep tanya juga kenapa.”Aku menarik napas dalam, sedikit menundukkan kepala menatap kutek di kaki yang belum kering. Pikiranku melanglang buana, mengingat Dika juga terus menanyakan hal yang sama. Mereka tidak percaya pada pernyataan pria itu, tapi tidak berani bertanya secara langsung.Seminggu telah berlalu sejak launching restoran. Aku sendiri bingung bagaimana menjelaskannya. Pada Dion, aku bisa saja jujur dan dia mungkin bisa memaklumi alasanku tidak menyangk
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Unqualified - Tidak Memenuhi Syarat (2)

"Punya hair dryer?"Bahuku turun, kembali bernapas lega saat pria itu tak melakukan apa pun. Tanganku sigap membuka laci dan mengambil benda bulat warna hitam dari sana. Tanpa aba-aba, dia mencari stop kontak dan mulai mengeringkan helai rambutku yang agak basah.“Hari ini mau ke mana?” tanyanya di sela dengung pengering rambut di tangan.“Terserah.”“Yakin terserah? Berarti kalau kubawa ke hotel La Luna, nggak masalah?”Mataku memelotot tajam dan mengundang tawa renyah di mulutnya. Dia sengaja melakukan itu agar aku marah. Astaga. Kenapa aku selalu mudah tersulut oleh satu dua kalimat ambigu darinya, ya? Sepertinya aku harus membersihkan otakku yang terkontaminasi cerita dewasa ala Renata.“Aku mau ajak Aiden ke taman bermain, mungkin dia suka. Di dalamnya ada restoran Jepang kesukaan kamu. Kita makan siang di sana nanti.”Lagi-lagi aku tidak peduli. Kalau saja bukan permintaan Aiden yang ingin kami pergi bersama, aku juga malas meladeni pria ini. Hari libur lebih baik digunakan untu
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Mantan Calon Suami (1)

“Kenapa? Takut ketemu mantan calon suami kamu?”“Kamu pikir kita batal nikah karena siapa?”“Takdir. Kalian emang nggak jodoh!”Aku dongkol mendengar jawabannya. Mungkin benar kalau aku dan Dika memang tidak berjodoh. Mau diusahakan bagaimana pun juga, kami tetap akan terpisah. Tetap saja, kalau dia tidak sengaja membuat ulah, aku tidak akan sengsara diusir keluargaku sendiri.Dan seperti pertemuanku dengan pria ini, ditolak sekuat apa pun, dia dengan tidak tahu malu terus mendekatiku. Astaga. Aku benar-benar harus menambah stok kesabaran saat bicara dengannya. Semua keluhanku seolah bisa dia putar balik dengan mudahnya.Dia bersikap begitu lembut di depan Aiden, berperan sebagai malaikat. Namun, di saat hanya berdua saja denganku, mode iblis yang kembali dipasang olehnya. Sungguh menyebalkan. Aku benar-benar muak dan ingin berteriak. Sayangnya, aku masih waras dan tidak ingin membangunkan buah hatiku dari tidur lelapnya.“Kenapa diem? Aku bener, kan? Dika nggak cocok buat kamu. Kalau
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Mantan Calon Suami (2)

"Sera, ada masalah?"Detik itu juga aku menegakkan badan, berdeham untuk melegakan dada yang terasa sesak. Saatnya fokus bekerja dan tidak mencampuradukkan urusan pribadi di sini. “Nggak ada.” “Ok. Kita mulai sekarang.” Aku berdiri, menatap satu persatu karyawan yang duduk memenuhi kursi di sekitar meja berbentuk oval ini. Mereka menatapku dan Dika bergantian. "Ini laporan minggu pertama pembukaan restoran kita. Overall, sambutan orang-orang cukup baik. Mereka puas dengan layanan kita, juga suka sentuhan baru setiap menu yang ada. Give applause buat Dion dan kawan-kawan yang udah bikin terobosan baru!" Tanganku naik ke udara, bertepuk tangan mengapresiasi ide pemuda 20 tahun itu. Dia tersenyum canggung, mengangguk. “Tapi, target pencapaian kita tergolong masih jauh dari angka total penjualan bulan ini. Promosi yang kita lakukan belum menjangkau semua kalangan. Mereka datang ke sini karena memang biasa makan di sekitar sini.” Kulihat semua mengangguk setuju, termasuk pria dengan
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Mimpi Buruk (1)

Renata mengerjap beberapa kali, meneguk botol warna biru berisi minuman isotonik dari kulkas. Dia kesulitan mencerna penjelasan dariku sesaat lalu. Bahkan, walau kepalanya sudah dimiringkan sekali pun, tetap masih belum paham juga."Gue bilang mau nikah sama ayahnya Aiden dan minta Dika panggil gue Kakak ipar. Itu intinya. Bisa dimengerti tidak, Nona?" Aku mengetuk jidatnya tiga kali dengan jari telunjuk, berharap itu bisa sedikit melegakan isi kepalanya yang berantakan."Lo beneran ngomong gitu? Terus, respons Dika gimana? Dia kaget nggak?""Nggak kaget, tapi dia anggep aku lagi becanda.""Emang becanda, kan?"Aku menggeleng."Itu yang terbaik buat Aiden, Re. Selama dia bahagia, gue rela lakuin apa aja. Gue nggak mau dia tumbuh jadi anak yang kurang kasih sayang dan akhirnya lari ke hal-hal nggak bener. Udah cukup Gue aja yang dikecewakan sama Ayah, sama Ibu. Aiden jangan. Harusnya dia punya keluarga utuh yang bahagia."Gue udah mikir 27x, hasilnya sama. Belum ada laki-laki yang segi
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Mimpi Buruk (2)

"Kok gelap? Lampu di kamar gue rusak, ya, Re? Perasaan tadi masih nyala."Lagi-lagi tak ada jawaban. Bahkan lampu di kamar mandi pun ikut padam dan membuatku dalam kegelapan total. Untung saja aku bukan tipikal wanita yang akan berteriak-teriak histeris karena takut gelap."Renata, jangan main-main, deh. Nggak lucu. Nyalain lampunya, dong. Gue baru selesai mandi, nih."Ditunggu-tunggu, tetap tidak ada jawaban apa pun dari Renata. Aku mendengus kesal dan memutuskan keluar dari sana hanya dengan memakai kain basahan yang menutupi dada sampai paha. Tetesan airnya luruh ke lantai, akan kubersihkan nanti. Ibu selalu mewanti-wanti tidak boleh telanjang bulat meskipun mandi seorang diri dan aku masih menurutinya sampai sekarang meskipun hukumnya sunah saja."Kamu sengaja mau goda aku?"Langkahku terhenti, tubuhku menegang di tempat. Padahal, hanya tersisa dua langkah saja sebelum tanganku bisa meraih kain putih untuk mengeringkan tubuhku. AC yang menyala membuatku kedinginan."Kayaknya, aku
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Bertaubat

"Maksudnya, dia yang gendong gue dari kamar mandi?"Renata meringis, tidak berani bersuara. Hanya anggukan kepalanya saja yang terlihat sebagai jawaban. Aku menariknya keluar dari selimut setelah memastikan Aiden kembali terlelap."Kok bisa?""Jadi, sekitar jam 10 malem Mas Rian dateng anter Aiden dan nyariin lo. Pas gue ketuk-ketuk, nggak ada jawaban. Karena khawatir, akhirnya gue minta tolong dia buat dobrak pintu kamar mandi.""Dobrak?" Aku bergegas mengecek pintu putih yang slot kuncinya sudah rusak karena didorong dengan paksa."Kan ada kunci cadangan di laci, Re. Kok main dobrak aja?" Bibirku mengerucut, sebal dengan sikapnya yang seringkali terlalu spontan tanpa berpikir lebih dulu."Aduh, sorry. Gue panik, Ra. Mana sempet mikir kunci cadangan. Takutnya lo bunuh diri kayak—""Sembarangan!" Aku keluar dari kamar, meraih gelas di atas meja dan mengisinya dengan air bening dari dispenser. Dalam hitungan detik, aku duduk di kursi sambil menyesap air hangat perlahan.Sejujurnya, ak
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Ketakutan yang Tersembunyi

"Kapan Ibu terakhir bertemu dengan ketiga orang yang ada dalam mimpi?" Wanita dengan lesung pipi di kedua sisi wajahnya itu tersenyum, berusaha membuatku nyaman."Sekarang setiap hari bertemu. Mungkin itu yang membuat mimpi saya jadi aneh. Campur aduk."Lagi-lagi dia tersenyum. Kali ini mengangguk lagi sambil menyodorkan botol air mineral yang masih tersegel."Betul. Saya juga memikirkan hal yang sama. Silakan Ibu, diminum dulu biar sedikit rileks."Aku menurut, meneguknya untuk membasahi kerongkongan yang terasa kering setelah bercerita panjang lebar. Melalui ujung mataku, kulihat arloji di pergelangan tangan menunjukkan pukul 10.45 WIB. Tiga perempat jam aku habiskan untuk menceritakan beban karena mimpi buruk itu."Bisa kita mulai analisanya, Ibu?"Aku mengangguk, memperbaiki posisi duduk."Kasus yang Anda alami, cukup banyak terjadi dewasa ini. Pertama-tama, saya turut berduka untuk kisah pilu tiga tahun lalu. Saya tahu pasti berat rasanya. Bersyukur sekali Anda sudah berhasil mel
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Satu Keping Puzzle Terbuka

"Kamu ngapain masih di sini?" Aku terkejut saat melihat Dion tiba-tiba muncul mendekatiku dan Dika yang baru keluar dari restoran. Seharusnya, dia sudah pulang sejak satu jam yang lalu."Biasa, disuruh jadi bodyguard ukhti cantik. Amanat dari calon suami tercinta, Bang Adrian Mahendra."Sekali lagi aku melihat Dika membuang muka. Seminggu ke belakang dia benar-benar bersikap dingin padaku, membuatku overthinking. Lagi-lagi tanpa sapa atau sekadar ajakan basa-basi, dia melenggang begitu saja. Mobil SUV miliknya melesat cepat seperti ingin melampiaskan kemarahan."Jyaa, Pak Bagas marah. Cemburu nih, ye," celoteh Dion yang selalu ceplas ceplos, ditambah gerakan kakinya yang seolah ingin menendang udara kosong sekuat tenaga."Dipecat baru tahu rasa kamu!" Aku mencubit lengan atasnya yang tertutup jaket warna biru, senada dengan skuter matik yang terparkir di pelataran restoran, bersebelahan dengan milikku yang berwarna hitam. Demi memudahkan mobilisasi, aku memutuskan membeli kendaraan ro
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status