Beranda / Romansa / Milik Sang CEO / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Milik Sang CEO: Bab 21 - Bab 30

39 Bab

Bukan Sekadar Permintaan

Ruangan terasa begitu sunyi setelah Kakek Hilman mengucapkan permintaannya. Aku bahkan bisa mendengar suara detak jantungku sendiri, yang rasanya berdetak lebih cepat dari biasanya. Rhino menatapku dengan pandangan kosong, seolah masih mencoba mencerna kata-kata Kakek barusan."Kakek serius?" tanya Rhino yang sempat diam beberapa saat, suaranya terdengar pelan namun penuh ketegasan.Kakek Hilman mengangguk pelan, meskipun tubuhnya tampak semakin lemah. "Kakek gak pernah sebercanda itu, Nak.""Tapi, Kek, ini terlalu mendadak," aku mencoba berkata meskipun suaraku bergetar. "Kami ... kami bahkan gak punya hub—""Kalian peduli satu sama lain, bukan?" potong Kakek lembut. "Rhino, Elea, Kakek gak meminta kalian menikah karena paksaan. Kakek meminta ini karena Kakek percaya kalian bisa saling melengkapi."Aku menunduk, tidak tahu harus berkata apa. Sementara Rhino hanya diam, kedua tangannya mengepal di atas lututnya. Tatapannya tidak lagi diarahkan pada Kakek, melainkan pada lantai di depa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Saat Kata 'Siap' Terucap

Pagi itu, aku tiba di rumah sakit lebih awal dari biasanya. Entah kenapa, ada firasat aneh yang membuatku merasa harus segera berada di dekat Kakek. Mungkin karena aku terlalu memikirkan kondisi Kakek.Namun, langkahku terhenti di depan pintu Kamar Kakek yang berhasil aku buka sedikit. Saat mendengar suara Rhino dari dalam, Aku tahu seharusnya aku tetap masuk, tetapi sesuatu dalam nada bicaranya membuatku memutuskan untuk diam di tempat."Kek, saya sudah memikirkannya," suara Rhino terdengar tenang, namun tegas.Aku menelan ludah, mencoba memahami apa yang sedang dibicarakan."Kakek tahu ini bukan hal kecil, Rhino," balas Kakek, suaranya terdengar lebih lemah dari biasanya. "Tapi Kakek gak mau memaksakan. Kakek hanya ingin kamu bahagia.""Saya tahu, Kek. Dan saya sadar, mungkin selama ini saya terlalu keras kepala. Tapi setelah berpikir panjang ... saya siap."Hatiku mencelos. Aku memegang gagang pintu erat-erat, mencoba memastikan apakah aku tidak salah dengar."Saya siap menikah den
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Di Balik Layar Pernikahan

Pagi ini terasa aneh. Aku berangkat ke Kantor seperti biasa, tapi tujuanku bukan menyelesaikan laporan atau menghadiri rapat kerja. Hari ini, aku harus duduk bersama tim yang Rhino bentuk untuk membahas pernikahan kami.Rasanya bahkan sampai sekarang, aku masih tidak percaya hal ini benar-benar terjadi."Bu Eleanor, semuanya sudah kami atur," kata Bu Mira, Manajer acara yang bertanggung jawab atas persiapan pernikahan kami. Senyumnya ramah, tapi entah kenapa aku merasa seperti orang luar di ruangan ini.Aku hanya mengangguk pelan. Di sebelahku, Rhino duduk dengan sikap tenang seperti biasa, seolah semua ini adalah hal wajar yang tidak perlu diributkan."Venue sudah dipilih," lanjut Bu Mira sambil membolak-balik beberapa dokumen. "Kita akan menggunakan Ballroom Hotel tempat Pak Hilman biasa mengadakan acara besar."Aku mengangkat kepala sedikit. "Bagaimana dengan dekorasinya?" tanyaku, mencoba menunjukkan bahwa aku juga peduli."Saya ingin sesuatu yang sederhana tapi tetap elegan, gak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Rain

Kemarahanku melonjak ketika Ayah mengatakan bahwa ada ada tamu yang menungguku. Tamu yang tak lain Ibu dan tentu saja seseorang yang hendak Ibu kenalkan padaku. Rasanya ingin menghilang saat itu juga. Bukan hanya karena tidak ingin bertemu seseorang yang akan Ibu kenalkan, tapi aku juga enggan bertemu Ibu yang sampai hari ini masih seegois itu.Melangkah menuruni tangga yang langkahnya terasa berat, serta dada yang terasa panas karena amarah yang sudah mencapai puncak. Walau seperti itu, aku masih mencoba bersikap layaknya seorang putri yang menghormati Ibu-nya di depan orang lain.Saat aku sedikit lagi berada di tengah-tengah mereka, Ibu yang semula duduk, menarik tanganku lembut, membawaku duduk di salah satu sofa single. Kemudian, Ibu kembali duduk di sofa single sebelumnya. Ibu memperkenalkan wanita berambut hitam lurus setelinga dengan pakaian yang terlihat berkelas dan anggun, serta lelaki dengan wajah sedikit China, kulit putih-bersih, sedikit kurus."Kenapa Ibu gak bilang seh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bahu untuk Bersandar

Rhino tidak menjelaskan apa-apa, hanya menyetir dengan fokus, sementara aku duduk diam di kursi penumpang. Aku masih basah kuyup, tapi hangat dari pemanas mobil sedikit mengurangi rasa dingin di tubuhku. Suara hujan yang mengetuk kaca mobil seolah menjadi latar pengiring perjalanan kami yang sunyi."Mau ke mana?" tanyaku pelan, memecah keheningan."Kamu akan tahu nanti," jawabnya singkat, tanpa menoleh.Aku mendesah, terlalu lelah untuk mendebatnya. Aku bersandar di kursi, memandangi tetesan hujan di kaca jendela. Dalam hati, aku bertanya-tanya ke mana Rhino membawaku malam ini.Setelah sekitar 1 jam 30 menit, mobil berhenti di sebuah jalan kecil yang tampaknya jarang dilalui. Aku melihat sekeliling dan menyadari bahwa kami berada di tempat yang agak tinggi. Hujan sudah mulai reda, hanya menyisakan rintik kecil yang hampir tidak terasa.Rhino keluar dari mobil dan berlari ke sisi pintu penumpang untuk membukakan pintu. "Ayo, ikut saya."Aku mengerutkan kening. "Ke mana?""Gak jauh. Pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Jejak Masa Lalu

Ketika Luna menghilang bersama Rhino, aku hanya berdiri terpaku di dekat meja makan. Ada sesuatu tentang Luna yang membuat dadaku terasa sesak—entah karena caranya melangkah masuk begitu percaya diri, atau mungkin karena tatapan matanya yang tajam seperti ingin menyampaikan sesuatu padaku.Aku mencoba melanjutkan sarapan, tapi setiap gigitan terasa hambar. Tatapan mataku terus mengarah ke arah pintu tempat mereka menghilang. Penasaran mulai menguasai pikiranku apa yang akan mereka lakukan selepas fakta bahwa kepergian Rhino karena Keponakan Luna yang begitu dekat dengan Rhino. Keponakan Luna yang saat itu di bawa ke Bioskop.Apakah Luna adalah seseorang yang penting bagi Rhino? Dan... kenapa kedatangannya membuatku merasa seolah aku tidak benar-benar memiliki tempat di sini?Belum apa-apa, Luna datang dengan alasan Keponakannya yang sedang sakit ingin sekali bertemu Rhino, rasanya hati sudah sesakit itu. Tidak bisa tenang. Bagaimana jika Luna bisa kembali ke posisinya, El? Akan sehanc
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Ring

Jaehan melepaskan pelukanku dan tersenyum lembut. "Aku harus pergi sekarang, ada rapat yang gak bisa ditunda. Tapi nanti kita harus bicara lebih banyak, Elea."Aku mengangguk, masih diliputi rasa haru karena melihat kakakku setelah sekian lama. "Tentu, Kak. Hubungi aku nanti, ya?"Jaehan mengusap kepalaku sekali lagi sebelum melangkah pergi. Aku menatapnya hingga menghilang di pintu Restoran. Saat berbalik, aku mendapati Rhino berdiri dengan tatapan tajam, rahangnya terlihat mengeras."Siapa dia?" tanya Rhino lagi setelah sebelumnya sempat aku abaikan, dengan suara rendah, namun terdengar jelas nada tidak sukanya.Aku terdiam sejenak, tidak tahu harus menjawab apa. "Hanya seorang kenalan," jawabku akhirnya, mencoba terdengar santai.Rhino mengangkat alis, matanya menyempit. "Hanya seorang kenalan? Sepertinya kalian cukup dekat untuk hanya 'kenal.'"Aku menunduk, tidak berani menatapnya langsung. Tatapan mata itu begitu tajam dan dingin."Nanti saya ceritakan."Rhino menatapku beberapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

Cinta yang Hampa

Aku mengangguk pelan. "Ini bagus."Rhino tersenyum tipis, lalu meminta pegawai Toko untuk mengambil ukuran kami. Aku merasa aneh saat dia mengambil tanganku untuk mencoba cincin itu. Sentuhannya lembut, tapi tidak ada kehangatan di sana. Ketika cincin itu melingkar sempurna di jariku, aku merasa seperti sedang mencoba sesuatu yang bukan milikku."Cocok sekali," komentar pegawai toko. "Pasangan yang sangat serasi."Aku hanya tersenyum kecil, sementara Rhino mengangguk tanpa berkata apa-apa. Setelah beberapa saat, kami akhirnya sepakat dengan cincin itu dan menyelesaikan proses pembeliannya.Ketika kami keluar dari toko, Rhino berjalan di sampingku tanpa berkata apa-apa. Aku menggigit bibir, mencoba mencari kata-kata untuk memecah keheningan."Terima kasih, Pak," ujarku akhirnya.Rhino melirikku. "Untuk apa?""Untuk cincinnya."Dia hanya mengangguk, lalu menatap ke depan lagi. "Ini hanya formalitas, Elea. Jangan terlalu dipikirkan."Kata-katanya membuat dadaku terasa sesak, meskipun aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Lelaki Misterius

Aku mengikuti langkah Rhino memasuki Ballroom Hotel tempat kami akan melangsungkan pernikahan. Dekorasi sudah hampir selesai. Lampu gantung kristal besar menggantung megah di tengah langit-langit, memantulkan cahaya ke seluruh ruangan. Meja-meja bundar dengan kain putih dan emas tertata rapi, lengkap dengan bunga-bunga mawar putih dan baby’s breath yang tersemat di tengahnya. Pelaminan di bagian depan tampak elegan dengan latar berwarna krem dan aksen emas, dikelilingi oleh karangan bunga yang hampir menyerupai taman kecil."Bagaimana menurutmu?" tanya Rhino, memecah keheningan.Aku memandang sekeliling ruangan yang tampak seperti diambil langsung dari sebuah cerita dongeng. "Sangat indah."Dia mengangguk pelan, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. "Saya akan pastikan semuanya sempurna pada hari itu."Aku ingin bertanya, untuk siapa dia ingin segalanya sempurna? Untuk keluarganya? Untuk perusahaannya? Atau... untukku? Tapi aku menahan diri."Apakah ada sesuatu yang perlu diperba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

Dalam Pengawasan Rhino

Aku menatap Rhino yang masih mondar-mandir. Raut wajahnya penuh ketegangan, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda-seperti rasa takut yang berusaha dia sembunyikan di balik sikap tegasnya."Pak Rhino," panggilku pelan.Dia berhenti melangkah, menatapku dengan mata yang sulit dibaca."Saya nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi saya nggak bisa hidup seperti ini terus-menerus merasa diawasi atau dikejar," lanjutku, berusaha membuat suaraku tetap tenang."Ini bukan soal pilihan, Elea. Ini soal keselamatan kamu," jawabnya tanpa ragu."Tapi saya bukan tahanan, Pak," balasku sedikit lebih keras dari yang aku maksudkan. "Saya nggak mau hidup di bawah pengawasan sepanjang waktu."Rhino mendekat, duduk di kursi di samping tempat tidurku. Dia menghela napas berat sebelum berkata, "Ini bukan hanya tentang kamu. Kalau sesuatu terjadi padamu, semuanya akan berantakan. Pernikahan ini, perusahaan, bahkan Kakek. Kamu nggak mengerti betapa pentingnya peranmu dalam semua ini."Kalimat itu membua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status