Home / Romansa / Milik Sang CEO / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Milik Sang CEO: Chapter 11 - Chapter 20

39 Chapters

Perfect Man

Lebih tepatnya sesuatu yang aku butuhkan. Dengan menyuruhku duduk di kursi tepat di samping brankar, Rhino sembari duduk sedikit menundukkan kepala ke arahku yang sejujurnya sedang panas-dingin berkat perhatian yang sedang Rhino berikan. Bukannya kekeh mengobati luka sendiri, aku membiarkan Rhino melakukannya untukku.Dengan lembut Rhino mengoleskan sebuah salep pada ujung bibirku yang terasa lebih perih terkena obat. Rasanya tidak bisa bernafas dengan benar. Manusia seperfect Rhino apa mungkin bisa menjadi milikku? Biasanya si perfect akan berakhir dengan si perfect juga."Lain kali jangan biarkan diri kamu terluka," ucap Rhino selesai mengobati lukaku.Tiba-tiba sebuah pemikiran terlintas. Aku masih tidak paham kenapa Luna bisa meninggalkan Rhino. Lelaki sebaik dan seperhatian Rhino seharusnya tidak disia-siakan. Tak ada yang tahu pasti alasan retaknya hubungan mereka. Hanya beberapa rumor seperti 'Luna sudah tidak cinta Rhino, Rhino yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada Luna
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Hug

Akhirnya aku membiarkan Rhino ikut. Saat dalam perjalanan aku bingung sendiri mau mencari ke mana karena Jakarta luas. Tanpa meminta bantuan Rhino, telinga ini mendengar bahwa Rhino meminta seseorang memeriksa semua cctv yang ada mulai dari depan Rumah Ibu, melalui telepon. Pantas saja Rhino sempat bertanya alamat Rumah Ibu."Kamu tenang saja kita pasti akan menemukannya." Entah kenapa kalimat itu sedikit menenangkan.Tidak tahu mau ke mana aku pun mengitari jalanan dekat Rumah. Siapa tahu bertemu Laura yang mungkin berjalan kaki. Sudah sekitar setengah jam mengendarai mobil tidak juga aku melihat Laura sampai Rhino memintaku berhenti depan Minimarket.Aku hanya diam di mobil sementara Rhino masuk ke dalam. Jika aku datang mungkin Laura tidak akan menghilang, bukan? Rasanya ini semua salahku.Rhino masuk dengan membawa kantong kresek kecil yang dia berikan padaku. Dapat aku lihat isinya hanya satu kaleng kopi dan satu botol teh kesukaanku. "Saya gak bisa membukanya, kamu bisa bukain."
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Film Horor

Sedang ingin masak jadi makan malam hari ini makan masakanku. Rhino membantuku menata meja, setelahnya kami duduk di kursi, berhadapan. Dapat aku lihat Rhino yang memperhatikan setiap hidangan di meja. Akankah Rhino menyukainya? Karena ini kali pertama aku memasak untuk Rhino. Jika masakanku tidak sesuai lidahnya, tidak sampai dipecat kan?Kuambil piring yang berada di hadapan Rhino. Menyendok nasi dengan porsi sedang. "Bapak mau yang mana? Biar saya ambilkan.""Semuanya, tapi sedikit-sedikit saja."Aku pun mengambilkan perkedel kentang, telur gulung dengan saus pedas, dan semangkuk sup ayam. Kuperhatikan Rhino yang makan dengan perlahan karena kurang nyaman menggunakan tangan kiri. "Gimana?""Enak."Mendengar pujian itu sontak aku tersenyum dan mulai menyendok makananku sendiri.Lebih banyak diam saat makan, aku dan Rhino pun cepat menyelesaikan acara makan kami. Bukannya istirahat, Rhino justru berdiri di sampingku yang sibuk mencuci piring bekas makan kami. "Kalau tangan saya gak
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Goresan Kecil

Bukan merasa senang, aku justru kebingungan. Harus menerima perintah Rhino atau tidak. Jika aku menuruti masalah aku yang hanya 'kekasih palsu' tidak akan berakhir. Bukankah sudah waktunya aku tidak mengikuti semua mau Rhino? Terlebih yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.Arghhh, tidak tahulah...Aku pun memilih tidur di balik selimut yang menutupi seluruh tubuh dengan jea yang berada dalam pelukan.***Seperti biasa, selesai makan dan sudah berpakaian rapi aku membantu Rhino memakai dasi. Berada dalam posisi seperti itu sungguh membuat hati ini tak menentu. Adegan memakaikan dasi biasanya aku hanya melihat di drama dan saat ini semenjak tangan Rhino terluka, aku melakukannya. Di kehidupan nyata seperti suami-istri, bukan? Mikir apa sih kamu, El."Sehabis kerja, kita akan ke suatu tempat jadi saya harap kamu gak memiliki janji dengan siapa pun."Aku hanya diam di mana Rhino pasti tahu bahwa itu tanda aku menuruti perkataannya. Selesai memakaikan dasi, aku langsung melangkah per
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Sebuah Postingan

Setelah insiden pagi itu aku kira Rhino lupa membawaku "kencan". Ternyata Rhino masih ingat dengan apa yang dikatakannya. Ya, bahwa kami perlu membantah rumor yang tidak benar itu. Sudah kuduga bahwa Rhino tidak akan mengeluarkan uang sedikit untuk kencan kami. Membawaku ke sebuah Restaurant mewah yang pemandangannya luar biasa saat malam. Rhino memilih makan di Rooftop dengan beberapa lampu di luar yang menyala, membuatnya bagus untuk difoto.Aku biarkan Rhino memilihkan makanan untukku karena entah kenapa aku sedang malas memilih makanan yang terdapat di buku menu. Berdebar? Jika itu kencan sungguhan mungkin aku akan sangat bahagia, tapi ini kencan palsu.Selagi menunggu makanan tiba-tiba mengajakku foto. Aku pun ikut saja dengan kepala kami yang hampir menempel. Mencoba tersenyum ke arah kamera, seolah aku benar bahagia dan menantikan kencan itu. Dapat aku lihat juga Rhino yang mencoba memperlihatkan lengkungan manis yang menghiasi bibirnya, walau nampak kaku. Tidak cukup hanya sat
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Klarifikasi

Kalian tahu hal pertama apa yang aku jumpai saat diri ini menapakkan kaki di Kantor? Ada beberapa karyawati yang menghampiri, bertanya mengenai berakhirnya hubunganku dengan Rhino. Mereka ada yang percaya dan tidak. Bagi mereka yang tidak percaya karena bagaimana mungkin suatu hubungan selesai secepat itu, dan untuk yang percaya mereka berpikir bahwa aku hanya dijadikan pelampiasan. Bahwa sesungguhnya Rhino masih menyimpan rasa pada Luna.Percaya atau tidak, intinya mereka tetap menganggap Rhino red flag. Tidak langsung ke meja kerja, aku mampir ke Toilet yang ada di Lobi. Baru masuk ke dalam salah satu bilik, dapat aku dengar ada langkah kaki."Kasihan ya Bu Elea jadi korban pelampiasan. Kalau terjebak sama masa lalu lebih baik menata hati dulu, baru mencari orang baru. Ini mah hati masih berantakan sudah cari yang baru. Alhasil malah nyakitin," kata seorang perempuan yang tidak aku tahu siapa."Pantas saja mereka gak terlihat bucin. Ya, cuma sesekali Pak Rhino terlihat peduli. Pedul
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bangunan Kosong

Sadar-sadar aku sudah berada di sebuah bangunan kosong yang minim cahaya dengan terduduk di kursi, kedua tangan yang diikat ke belakang kursi serta kaki yang diikat juga. Kulihat 5 orang pria berbadan kekar dengan pakaian serba hitam yang berada di sekitarku.Kepalaku pusing. Ini pasti efek obat bius. Sial, bisa-bisanya aku diculik. Bukankah sudah jelas dalang di balik penculikan ini?! Siapa lagi kalau bukan Fahri. Tuh orang tidak ada takut-takutnya. Mengabaikan peringatan yang sudah aku berikan."Yak! Lepasin!" Orang-orang itu hanya menatapku tanpa berniat melepaskan.Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa membiarkan masalah ini sampai kepada Rhino. Rhino bisa dalam bahaya."Asal kalian tahu ya, gak ada gunanya menculik saya! Uang tebusan? Gak akan ada yang memberikan. Nyawa saya? Sekali pun kalian mengambilnya gak akan ada yang merasa kehilangan!"Orang-orang itu masih mengabaikanku. Jika seperti ini bagaimana cara aku kabur? Mulai frustasi. Biasanya lihat di film-film soal penc
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Realita Bukan Drama

Suara tembakan itu menggema, begitu keras dan cepat, membuat semua orang terdiam seketika. Mataku langsung tertuju pada Rhino, yang jatuh ke lantai dengan darah mengalir dari bahunya."Pak Rhino!" Segera aku berjongkok, jantungku berdegup sangat cepat. Rasanya tubuhku terhenti, seolah dunia berhenti berputar sejenak. Ada begitu banyak darah. Tidak. Rhino harus baik-baik saja!Beberapa orang yang ada di ruangan itu langsung bergerak cepat. Faris, kepala keamanan, yang sebelumnya sudah berada di dekat pintu, berlari ke arah Rhino dan segera memberi instruksi. Beberapa tim medis yang bersiaga di luar, berjalan masuk. Langsung melakukan pertolongan pertama. Mencoba mengeluarkan peluru yang berhasil masuk ke dalam punggung belakang Rhino.Ditengah ketegangan yang ada, ada hal yang menenangkanku yaitu tatapan Rhino yang meskipun tampak lemah, masih memberikan senyuman tipis. "Jangan khawatir," bisiknya pelan, meski jelas ada kelelahan di wajahnya. "Saya baik-baik saja."Aku hanya bisa menat
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Kakek Hilman

Kedatangan kami di rumah sakit disambut dengan hiruk-pikuk suasana Ruang Gawat Darurat. Perawat dan Dokter terlihat sibuk berlarian, sementara aku mengikuti langkah cepat Rhino yang tampak lebih gugup dari biasanya."Kamar 302," ujar seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang IGD. Rhino tanpa berkata sepatah pun langsung melangkah menuju lift. Aku mengekor di belakang, mencoba meredam rasa cemas yang terus merayap di dada.Begitu kami tiba di lantai 3, pintu kamar itu sudah setengah terbuka. Aku bisa melihat sosok Kakek Hilman terbaring di ranjang Rumah Sakit, dengan selang oksigen terpasang di hidungnya. Wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya, namun masih ada senyum tipis di bibirnya saat melihat kami masuk."Kakek," panggil Rhino pelan, suaranya sedikit bergetar.Kakek Hilman mengangkat tangan dengan lemah, mengisyaratkan agar kami mendekat. Aku duduk di sisi ranjang, sementara Rhino mengambil kursi di sebelahku. "Kalian berdua datang cepat," ujar Kakek, suaranya pelan na
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Keputusan Besar di Ujung Waktu

Di kamar Kakek Hilman, hanya ada aku dan Rhino yang duduk di samping ranjangnya. Kami baru saja mendengar kabar dari Dokter tentang kondisi Kakek, dan kata-kata itu masih terngiang jelas di kepalaku."Usia Pak Hilman ... mungkin tinggal dua bulan lagi, jika tidak ada tindakan lebih lanjut. Penyakit degeneratif pada jantungnya sudah terlalu parah"Aku menatap wajah Rhino yang tampak beku sejak Dokter meninggalkan ruangan. Biasanya, Rhino adalah orang yang kuat, yang selalu bisa mengendalikan emosinya. Tapi kali ini, aku bisa melihat sisi lemahnya. Rahangnya mengeras, matanya menatap lurus ke depan, dan tangannya menggenggam kuat ujung brankar."Kakek, kenapa gak bilang kalau sudah separah ini?" suara Rhino terdengar parau, hampir seperti bisikan.Kakek Hilman, meskipun tubuhnya terlihat lemah, tetap tersenyum kecil. "Apa gunanya mengkhawatirkan sesuatu yang gak bisa diubah, Rhino?""Itu bukan alasan!" Rhino bangkit dari kursinya, suaranya sedikit meninggi. "Kakek bisa memberitahu saya
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status