Home / Rumah Tangga / Upik Abu Mertua / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Upik Abu Mertua: Chapter 71 - Chapter 80

82 Chapters

Bab 71. Kedekatan Yang Berlanjut

Hafidz dengan lembut berkata pada Hafizah yang baru mendekatinya, "Kamu terlihat sangat alami saat baru bangun tidur."Hafizah masih mencoba menepuk-nepuk wajahnya, berusaha memahami situasi di depannya. "Apakah ini benar-benar kamu?""Aku di sini, kenapa meragukan kehadiranku?" jawab Hafidz.Hafizah mencubit tangan Hafidz dengan keras, membuatnya berteriak kesakitan. "Hafizah! Lepaskan cubitanmu!"Hafizah tertawa kecil dan mengendurkan cubitannya. "Maaf, sekarang aku percaya ini memang kamu. Bisakah kamu jelaskan kenapa kamu ada di rumah ini?"Hafidz berdiri dekat Hafizah yang menunggu jawaban. "Aku memaafkan mu, tapi seharusnya kamu bangunkan Putri. Sudah saatnya dia berangkat sekolah," katanya, mencoba mengalihkan pembicaraan dari kepulangannya."Kamu belum menjawab ku, Hafidz. Tapi Putri pasti sudah siap sendiri kalau memang waktunya," kata Hafizah, yakin bahwa Putri mandiri atau bisa minta bantuan orang rumah."Benar, Putri sudah di meja makan. Apakah kamu mau sarapan bersama kam
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 72. Empat Bulan Kemudian

Hafizah menggenggam tangan Putri setelah melepaskan pelukannya, lalu mereka berjalan beriringan menuju Hafidz yang tersenyum di depan. Hari itu menandai awal kehidupan baru bagi mereka.Tiga bulan berlalu dengan cepat, dan hari-hari indah yang dilalui bersama Putri dan Hafidz terasa begitu singkat. Namun, di hari ini, Hafizah merasakan kegugupan yang luar biasa, jantungnya berdegup kencang saat semua orang memandang ke arahnya dan Hafidz. Mereka berdua kini berdiri saling berhadapan, siap untuk mengucapkan janji suci pernikahan.Tempat yang indah itu dihiasi dengan bunga-bunga beraneka warna, menciptakan suasana seperti taman yang mempesona."Apakah kamu sudah siap, Hafizah?" tanya Hafidz."Iya, aku siap menjadi istrimu," jawabnya.Keduanya saling menggenggam tangan dan melangkah menuju meja di depan, di mana penghulu telah menunggu dengan sabar."Kamu sangat cantik, Hafizah. Aku merasa beruntung bisa bersamamu.""Terima
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more

Bab 73. Tertusuk

Hafizah sedang berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Pisau yang dipegang oleh Lestari kini terarah kepadanya meskipun Hafizah sudah memohon untuk dilepaskan. Namun, Lestari tetap tidak bergeming."Ibu, tolong lepaskan aku. Tidak puas kah Ibu selalu menyiksa sejak aku memasuki hidup Mas Hamid di rumah ini? Aku tidak kuat untuk melawan seseorang yang sudah aku anggap sebagai ibu sendiri."Lestari tetap waspada terhadap Hafidz yang memerhatikan setiap gerakannya saat menyandera Hafizah. Dia enggan mendengarkan ucapan Hafizah yang diutarakan dengan nada lantang."Kamu diam, Hafizah! Kamu telah menghancurkan hidupku. Karena kamu anakku meninggal, dan aku masuk penjara sehingga kini menjadi buronan polisi. Dan kamu masih merasa menjadi korban?"Hafizah menarik napas dalam mendengar jawaban penuh kebencian dari Lestari. Dia tidak berharap lagi bahwa mantan mertuanya akan berubah baik padanya."Bu, itu semua bukan salahku. Apakah Ibu tidak
last updateLast Updated : 2025-04-22
Read more

Bab 74. Menyelamatkan Putri

"Lihatlah Ayahmu, Putri! Dia tidak mau mengangkat telepon dariku. Apakah aku harus bersikap kasar padamu?"Saat Lestari sedang marah pada Hafidz, Putri tampak tidak sadarkan diri, matanya terpejam ketika Lestari kembali ke ruangan itu."Putri! Apakah kamu mendengar ku? Ini tidak sopan! Tidur di saat seperti ini? Aku rasa kamu pantas mendapatkan hukuman yang setimpal karena Ayahmu mengabaikan ku."Lestari menggoyang tubuh Putri yang terasa dingin, dan wajah anak itu terlihat pucat."Ada apa ini? Apakah dia sakit? Atau mungkin kelaparan? Dasar anak manja, bagaimana bisa kamu seperti ini? Aku tidak akan membawamu ke dokter, jangan harap aku akan membawamu ke sana. Nanti kamu sembuh dan bisa bertemu dengan Ayahmu dengan mudah."Hafidz menatap jam, menyadari bahwa Putri seharusnya sudah meminum obatnya di rumah. Dia merasa cemas memikirkan apa yang akan terjadi pada anaknya jika tidak mengonsumsi obat dari dokter seperti biasanya."Pu
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more

Bab 75. Hafizah, Putri Berada Di Rumah Sakit

Hafidz berlari menuju mobilnya setelah melihat wajah Putri yang sangat pucat. Dia menyadari bahwa penyakit yang diderita anaknya mulai kambuh dan segera memerlukan penanganan."Putri, jangan tinggalkan Ayah, ya. Ayah tidak akan sanggup hidup tanpamu, sayang. Kita akan pergi ke rumah sakit, kamu pasti akan sembuh. Ayah akan melakukan segalanya untukmu, anak Ayah yang cantik."Setelah Putri masuk ke dalam mobil, Hafidz segera mengemudikan kendaraan menuju rumah sakit, meninggalkan Lestari yang merasa kesal karena kehilangan uang yang sudah dia impikan untuk mengubah masa depannya dan melarikan diri dari masalah yang dihadapinya."Hafidz, kamu salah jika berurusan denganku. Aku pasti akan datang untuk mengambil uang itu, dan aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan semua yang aku inginkan."Lestari bertekad untuk tidak menyerah dan berjanji untuk tidak lagi berbuat jahat kepada Hafidz, Hafizah, dan Putri. Bagi Lestari, mereka adalah sarana untuk meraih kekayaan tanpa harus berusaha kera
last updateLast Updated : 2025-04-24
Read more

Bab 76. Masih Gagal

"Apa yang kamu lakukan di sini, Lestari?"Hafidz memergoki wanita tua itu berdiri dekat pintu ruang perawatan tempat Hafizah dan Putri dirawat. Keberadaannya mengisyaratkan bahwa Lestari mungkin memiliki maksud buruk terhadap kedua wanita yang tengah berusaha untuk sembuh."Hafidz, kamu juga di sini? Apakah kamu tahu betapa aku menikmati permainan ini? Aku akan melaksanakan apa yang sudah seharusnya.""Apa maksudmu?""Putri akan mati, Hafidz!"Ucapan Lestari terucap tegas di depan Hafidz, yang tengah dilanda kemarahan. Mereka saling menatap serius, tatapan tajam Hafidz memperlihatkan kemarahannya atas ancaman Lestari terhadap anaknya."Tidak akan kubiarkan! Semua ucapanmu hanya buntut dari amarahmu belaka. Aku takkan membiarkan itu terjadi dan akan melindungi Putri serta Hafizah.""Tidak! Yang aku katakan akan jadi kenyataan, mungkin bukan saat ini, tapi jika kamu gagal memenuhi permintaanku, kamu akan menyesal. Kamu akan melihatnya sendiri, Hafidz."Hafidz merespons dengan senyum sin
last updateLast Updated : 2025-04-25
Read more

Bab 77. Menutupi Dari Hafizah

Hafidz terus berdoa dengan penuh harapan dan air mata, memohon agar Putri tidak meninggalkannya. Ia telah berjuang keras agar anaknya tidak sakit, meskipun kenyataannya Putri menderita penyakit yang sangat serius."Putri, Ayah tidak akan pernah bisa memaafkan diri sendiri jika kamu pergi. Bangunlah, sayang. Kamu tahu betapa besar kasih sayang Ayah padamu, dan Ayah tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja."Di tengah kecemasannya, Hafidz juga ingin menjenguk Hafizah, yang telah dipindahkan ke ruangan lain yang tidak jauh dari tempat Putri dirawat. Dengan perlahan, ia memasuki ruangan dan melihat Hafizah yang masih terbaring tak sadarkan diri."Hafizah, bangunlah. Aku tidak akan kuat menghadapi semua ini sendirian, terutama saat anakmu berjuang melawan rasa sakitnya sejak kecil. Aku sudah berusaha, tapi kali ini aku tidak tahu harus berbuat apa."Hafidz menangis sambil memegang tangan Hafizah, diliputi rasa takut akan hidup tanpa anaknya.
last updateLast Updated : 2025-04-26
Read more

Bab 78. Ketahuan

"Hafizah, aku harus pulang sekarang. Sepertinya kamu sudah merasa lebih baik. Aku perlu mengganti pakaian, tapi nanti aku akan kembali ke sini. Apakah kamu baik-baik saja jika aku pergi?"Hafidz berusaha mencari kesempatan untuk melihat anaknya di ruangan lain, sementara Hafizah masih berjuang untuk membuka diri."Baiklah, kamu bisa pulang dulu. Aku melihat wajahmu yang sangat lelah. Pergilah sekarang," jawab Hafizah.Meskipun Hafizah tidak ingin menahan Hafidz untuk tetap bersamanya, ada rasa curiga yang menggelayuti pikirannya tentang alasan di balik kepergian Hafidz."Kalau begitu, aku akan pergi. Kamu bisa menghubungiku jika membutuhkan sesuatu, atau aku bisa menugaskan seseorang yang aku percayai untuk menjagamu di sini.""Sepertinya itu tidak perlu, Hafidz. Di sini masih ada dokter dan perawat. Kamu bisa pergi sekarang, tidak perlu berlebihan menjagaku."Hafizah sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan saat sakit, tidak ada yang menemaninya sep
last updateLast Updated : 2025-04-27
Read more

Bab 79. Kemarahan Hafidz Pada Lestari

Hafidz menggendong anaknya dan memasuki rumah. Mereka telah tiba dan berencana melanjutkan ke kamar Putri. Saat itu, Hafidz merasa tenang karena rumahnya cukup aman dengan banyak penjagaan di luar.Namun, ia keliru. Seseorang sedang mengendap-endap dari samping, memasuki rumah melalui jendela yang terbuka, dan bergerak di dalam mencari ruangan dengan niat yang tidak baik."Di mana kamar, Hafidz?"Lestari berjalan perlahan di dalam rumah, bertekad untuk mengambil apa yang diinginkannya. Dia tidak melihat Hafidz di sekitarnya, tetapi yakin bahwa Hafidz dan Putri sudah ada di sana.Sementara itu, Hafidz masih sibuk di dalam kamar, memberikan obat kepada anaknya agar bisa beristirahat. Tiba-tiba, dia mendengar suara aneh dari luar kamar, sesuatu jatuh dengan keras, meskipun suara itu tidak akan terdengar dari luar rumah. Hafidz membuka sedikit pintu kamar anaknya dan melihat tidak ada orang di luar. Namun, dia mulai curiga bahwa seseorang telah masuk
last updateLast Updated : 2025-04-28
Read more

Bab 80. Menjebak Lestari

Ketika Lestari berusaha melarikan diri dari kamar Hafidz, tiba-tiba tiga orang polisi masuk dan mengepungnya di hadapan Hafidz, yang telah merencanakan semua ini."Menyerah lah, Lestari! Polisi sudah datang untuk menjemputmu, dan aku pastikan kamu tidak akan bisa bebas. Di sana adalah tempatmu," kata Hafidz dengan tegas.Hafidz tidak ingin melihat wajah Lestari lagi, apalagi membiarkannya masuk ke rumahnya. Ini adalah yang terakhir kalinya."Dasar licik, Hafidz! Kamu telah menjebak aku di sini, padahal kamu sendiri yang berniat mencuri barangku," Lestari berusaha memfitnah mantan menantunya."Apa lagi yang ingin kamu lakukan, Lestari? Memfitnah lagi? Itu tidak akan berhasil, karena bukti-buktinya sudah ada. Polisi juga mendengar percakapan kita di luar tadi. Jadi, jika kamu ingin memfitnahku, lebih baik bicarakan semua itu kepada dokter jiwa yang akan memeriksa kejiwaanmu."Lestari tampak sangat ketakutan saat polisi mengarahkan pistol ke
last updateLast Updated : 2025-04-29
Read more
PREV
1
...
456789
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status