Semua Bab Suami dan Anak Membakarku Demi Wanita Lain: Bab 1 - Bab 10

14 Bab

Bab 1

Aku mengernyit menatap jasad yang setengah tertimpa oleh reruntuhan dinding. Tangan kanan yang terbakar hingga hangus dijulurkan ke arah pintu, sedangkan tangan kiri melindungi perut. Pemandangan aneh ini membuatku ketakutan hingga mundur.Saat rohku menembus dinding, aku baru menyadari bahwa diriku sudah mati. Wanita yang terbakar hingga wajahnya tidak bisa dikenali ternyata adalah aku.Setengah jam lalu, aku pulang dengan membawa hasil tes kehamilan. Hatiku sungguh gembira. Akan tetapi, aku tiba-tiba melihat vila terbakar.Aku teringat pada putraku yang tertidur lelap di kamar. Tanpa sempat berpikir panjang, aku langsung membasahi sapu tangan yang selalu kubawa, lalu menyerbu masuk.Begitu tiba di ruang tamu, sekujur tubuhku terasa panas. Kulitku bengkak dan melepuh. Aku benar-benar kesakitan.Napasku juga terasa sesak. Leherku seolah-olah dicekik oleh seseorang, makanya tidak bisa berteriak minta tolong. Air mata terus berlinang, membuatku ingin sekali meninggalkan tempat ini.Namun
Baca selengkapnya

Bab 2

Aku hampir lupa, suamiku, Alde, adalah seorang pemadam kebakaran. Sementara itu, kakak yang dipanggil oleh putraku tadi adalah Tasya, wanita yang diakui sebagai rekan kerja oleh suamiku.Selama setengah bulan terakhir, putraku tidak lagi dekat denganku ataupun membutuhkanku. Dia terus mengatakan ingin bermain di tempat kerja ayahnya dan selalu membahas tentang Tasya.Aku awalnya tidak peduli dan merasa wajar jika putraku menyukai wanita muda yang cantik seperti Tasya. Namun, aku lupa bahwa Alde juga seorang pria. Dia juga menyukai wanita muda dan cantik.Alde sering ditelepon pada malam hari, bahkan keluar pada dini hari. Aku semula mengira dia keluar karena ada pekerjaan. Aku pun tidak melarang karena nyawa manusia sangat berharga.Sampai suatu saat aku tidak sengaja melihat bahwa orang yang menelepon malam-malam adalah orang yang sama, aku mulai merasakan firasat buruk. Aku sudah lalai. Setelah melihat nama kontak yang tertera, aku tidak bisa menipu diri sendiri lagi.Suatu hari sete
Baca selengkapnya

Bab 3

Ketika aku menginterogasi Alde dengan menunjukkan bukti-bukti di ponsel, dia malah memakiku, "Siapa suruh kamu lihat isi ponselku? Ini privasiku! Kamu nggak bisa memberiku sedikit ruang?"Padahal saat kami pacaran, Alde bilang dia senang melihatku memeriksa ponselnya. Dengan begini, dia bisa menunjukkan bahwa tidak ada wanita lain di dalam hatinya.Sepuluh tahun kemudian, pria ini malah memarahiku bertindak tidak masuk akal. Pertengkaran kami membangunkan putraku yang tidur di kamar sebelah.Putraku yang masih mengantuk, menatapku dengan takut. Katanya, dia mau ayahnya dan Kak Tasya. Dia hanya tidak mau ibu yang telah membesarkannya dengan susah payah.Seketika, kegetiran menyelimuti hatiku. Aku sampai tidak bisa berkata-kata. Sesaat kemudian, aku menatap putraku yang bersembunyi di belakang Alde dan bertanya, "Winston, kamu mau Ayah atau Ibu?"Alhasil, putraku menjawab dia tidak mau ibu yang galak. Dia mau Tasya menjadi ibunya. Aku sungguh kecewa dan akhirnya berkemas untuk meninggalk
Baca selengkapnya

Bab 4

Ketika ketiga orang itu masih larut dalam kebahagiaan, para tetangga yang ketakutan pun menelepon pemadam kebakaran. "Ada kebakaran besar di Kompleks Emerald. Kenapa kalian cuma mengirim satu mobil pemadam kebakaran? Kalian kira ini masalah sepele?"Staf yang menjawab panggilan termangu sesaat sebelum menjelaskan, "Kami nggak menerima panggilan dari Kompleks Emerald. Apa terjadi kebakaran di sana? Aku akan segera mengirim anggota ke sana."Tidak berselang lama, ponsel Alde berdering. "Kompleks Emerald ya? Aku lagi di sini kok. Nggak ada korban. Kalian nggak usah repot-repot kemari."Orang di ujung telepon masih ingin berbicara, tetapi Alde mengatakan bahwa dirinya yang akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Setelah memastikan tidak ada korban, orang itu mengakhiri panggilan dan mengurungkan niat untuk mengirim anggota.Karena Alde menyalakan pengeras suara, Tasya mendengar jelas perdebatan mereka. Dia mengernyit dan berpura-pura menyesal. "Pak, kamu nggak bakal dihukum karena mas
Baca selengkapnya

Bab 5

Jelas sekali, Alde merasa risau setelah membaca pesanku. Setidaknya, ekspresinya tidak terlihat senang sepanjang perjalanan. Alisnya terus berkerut. Dia tampak tidak bisa diganggu.Winston yang cerewet sekalipun tahu ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara. Sementara itu, Tasya menyentuh lengan Alde dengan hati-hati dan bertanya, "Kamu kenapa?"Pertanyaan Tasya yang dipenuhi perhatian membuat ekspresi Alde membaik. "Nggak apa-apa. Cuma ada sedikit masalah yang buat aku kesal."Bagus! Aku senang melihatnya tidak senang! Atas dasar apa dia bisa bercanda dengan rekan kerja wanitanya, sedangkan aku hanya bisa melayani ayah dan anak ini di rumah? Aku berbohong tentang perselingkuhanku, tetapi aku ingin membuat Alde tidak bisa tidur nyenyak."Kamu bilang teriak saja kalau lagi kesal. Kemudian, hadapi dan atasi masalahmu. Kenapa sekarang malah kamu yang kesulitan melakukannya?" Ketika mendengar ucapan Tasya ini, aku sontak merasa sesak, seolah-olah akan mati sekali lagi.Saat Alde berparti
Baca selengkapnya

Bab 6

Karena tugas lebih penting, Alde yang ingin makan bersama Tasya terpaksa kembali ke Kompleks Emerald dengan tergesa-gesa.Api belum padam sepenuhnya. Sebelum petugas pemadam kebakaran tiba, vila telah terbakar oleh lautan api. Jendela pecah dan hancur berkeping-keping. Perabotan di dalam pun rusak.Teriakan para tetangga bersatu dengan sirene mobil pemadam kebakaran. Komandan yang datang lantas menghardik Alde karena tidak becus belakangan ini."Sebenarnya kamu ngapain saja belakangan ini? Banyak rekan bilang kamu nggak fokus bekerja! Memangnya kamu nggak tahu betapa bahayanya api yang belum padam? Apalagi, ini vilamu! Kamu seharusnya introspeksi diri!""Pak Alde nggak sengaja ...," bela Tasya saat melihat Alde yang disukainya dibentak habis-habisan."Kamu juga sama! Kamu lambat seperti kura-kura! Sebelum kamu datang, orang sudah mati duluan! Waktu adalah uang. Makin cepat, makin banyak orang yang tertolong," sergah komandan yang sama sekali tidak peduli pada tingkah manja Tasya.Ketik
Baca selengkapnya

Bab 7

Alde membungkuk untuk memungutnya, lalu berkata, "Aku bantu simpankan cincin ini dulu. Nanti kukembalikan kepada anggota keluarganya."Alde seperti menyadari sesuatu. Dia buru-buru mendekati reruntuhan dan memandang rumah yang ditempatinya sekitar tujuh tahun. Sambil menggigit bibirnya, tatapannya terlihat linglung.Kemudian, Alde menatap seorang rekan kerjanya yang masih membersihkan lokasi kebakaran dan bertanya dengan serius, "Apa rumah ini masih bisa direnovasi?"Tatapan Alde seketika menjadi agak getir. Sebelum rekan kerjanya menjawab, Tasya mendekat dan bertanya, "Kamu ngapain? Semua sudah beres. Kita sudah bisa pergi makan, 'kan?"Perkataan Tasya yang dipenuhi semangat ini jelas terdengar aneh di tengah suasana berduka. Max menegur Tasya dengan mata memerah, "Ada yang meninggal karena kebakaran ini. Apa kamu nggak bisa menghargai korban sedikit?"Tasya malah tidak merasa bersalah. Dia mendongak, meskipun para petugas menatapnya dengan tatapan kesal. "Apa urusannya denganku? Pak
Baca selengkapnya

Bab 8

Max sungguh kesal melihat tingkah mereka. Ketika dia masih ingin berbicara, Alde yang berdiri di samping menyela, "Sudahlah, aku sudah melapor sebelum pakai mobil pemadam kebakaran. Lagian, bukan cuma rumahku yang terbakar. Sebaiknya kamu periksa rumah orang lain."Alde menggendong Winston, lalu berkata kepada Tasya, "Semua sudah beres. Ayo kita pergi makan."Sikap mereka yang sombong membuat Max makin berang. Dia menendang tas di sampingnya yang tidak terbakar menjadi abu. Itu adalah tas yang terbuat dari bahan tahan api, yang diberikan Alde kepadaku saat melamarku."Nyla, sekarang aku belum bisa memberimu kehidupan kaya. Tapi, cintaku cuma untukmu. Cintaku akan seperti tas ini yang nggak akan pernah hancur." Ini adalah janji Alde saat melamarku.Tas itu memang tidak hancur, tetapi Alde sama sekali tidak memperhatikannya sejak tadi. Jika Alde benar-benar memperhatikan, dia akan tahu aku sempat pulang ke rumah ini. Namun, faktanya Alde tidak peduli.Tas itu pun bergelinding karena tend
Baca selengkapnya

Bab 9

Selesai makan, Tasya berterima kasih kepada Alde karena sudah membantunya. Kemudian, dia mengajak ayah dan anak itu menginap di rumahnya. "Kak Nyla lagi ngambek. Setelah suasana hatinya baik, dia bakal pulang. Nginap di rumahku saja."Winston melahap mangga dengan puas sambil menyetujui ajakan Tasya. "Kak Tasya, kamu benaran nggak bisa jadi ibuku? Ibuku nggak pernah kasih aku makan mangga.""Kenapa begitu? Pelit sekali. Lain kali makan di rumahku saja. Aku belikan banyak mangga untukmu," timpal Tasya.Ketika melihat suasana harmonis ini, aku merasa putraku benar-benar tidak tahu diri. Jelas-jelas aku melarangnya karena dia alergi terhadap mangga. Aku sudah mati, tetapi hatiku masih bisa merasakan sakit.Malam harinya, Alde dan Tasya tidak seranjang. Namun, aku yakin semua ini hanya karena Winston mengikuti mereka. Alde pasti malu jika putranya melihatnya melakukan sesuatu yang tidak senonoh.Pukul 3 dini hari, Alde masih tidak tidur. Di kamar yang gelap gulita, cahaya layar ponsel meny
Baca selengkapnya

Bab 10

Reaksi alergi akibat makan mangga akhirnya datang. Muncul sejumlah besar bintik merah pada tubuh Winston. Dia mulai merasa sesak napas, bahkan muntah.Alde menyadari kejanggalan ini. Dia segera menyalakan lampu, lalu menggendong Winston untuk membawanya ke rumah sakit.Sesudah keluar dari kamar, Alde tanpa sadar berteriak ke arah kamar utama, "Nyla, Winston sakit parah! Cepat keluar!"Namun, yang keluar malah Tasya yang wajahnya masih memakai riasan. Dia memakai piama tipis bertali. Saat melihat Tasya mengernyit, Alde baru menyadari dirinya salah bicara.Setelah meminta maaf, Alde menolak Tasya yang hendak pergi ke rumah sakit bersamanya. Untung saja, dia tidak terlambat dan nyawa Winston masih terselamatkan.Dokter menatap Winston yang tertidur lelap dengan tatapan iba, lalu menegur Alde yang tidak bertanggung jawab, "Anakmu sudah besar. Masa kamu nggak tahu dia alergi mangga? Kalau bukan karena muntah banyak, dia mungkin bakal kritis malam ini."Alde hanya menunduk dan minta maaf, ju
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status