Home / Romansa / Dr. Vampire: Who is the Predator? / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dr. Vampire: Who is the Predator?: Chapter 21 - Chapter 30

41 Chapters

21 - There's something weird here.

BRUKKK!Callista menaruh setumpukan arsip yang dibawanya ke hadapan Malvin. Setelah melalui diskusi yang cukup panjang, mereka kini akhirnya sepakat untuk saling bekerjasama satu sama lain.“Ini semua adalah rekapitulasi data dan salinan hasil autopsi jasad dari korban kasus pembunuhan berantai yang sedang kupecahkan,” kata gadis itu seraya bertolak pinggang.Malvin ternganga. “Sebanyak ini?!”“Yeah, kurang lebih ada lima belas arsip. Kenapa?”Ia menatap tumpukan arsip tersebut dengan wajah penat. “Sepertinya aku membutuhkan waktu untuk mempelajari semua dokumen ini.”“Oke, tidak masalah. Aku juga sebenarnya malas membaca ulang semua ini. Isinya terlalu rumit untuk orang awam yang kurang mengerti tentang hal-hal medis sepertiku,” ujarnya. “Well, di mana si pria narsis?”“Pria narsis?” Malvin mengangkat satu alisnya. “Alaric maksudmu?”“Ya, apa dia sedang jogging?”“Tidak, dia—nah, itu dia baru pulang.”Callista menoleh ke belakang dan tepat saat itu pintu sekonyong-konyong terbuka. Te
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

22 - I got the clue from the puzzle piece.

“Kandungannya memiliki kesamaan hingga sebesar 96,7% ...?” Alaric menyangga pipi sembari memutar-mutar pena yang sedang dipegangnya. Pria itu sejak tadi hanya duduk melamun, tenggelam dalam pikirannya sendiri ketimbang memperhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh dr. Herbert—salah satu dokter ahli bedah Rumah Sakit Caldwell—di depan podium.Pagi ini para dokter yang tergabung dalam tim penelitian satu wajib mengikuti rapat koordinasi dalam rangka persiapan untuk pelaksanaan program kesehatan baru. Rumah Sakit Caldwell memang terkenal memiliki banyak program yang bagus, baik dari segi inovasi maupun pelayanan pada pasien dan masyarakat.“dr. Theodore?” panggil dr. Herbert, membuat Alaric tersadar dari lamunannya.“Ya?” Ia terkesiap dan spontan beralih menatap lawan bicaranya.“Apa ada hal yang ingin kau tanyakan mengenai materi ini?” tanya pria berkacamata kotak itu sambil memperlihatkan slide presentasi yang ada di layar proyektor.Alaric segera membenarkan posisi duduknya menghadap
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

23 - I'm not a monster.

Sore harinya, setelah semua tugas hari ini selesai Alaric langsung pergi ke depan ruang radiologi. Jam kini sudah menunjukkan pukul empat kurang lima menit. Ini adalah waktu pergantian antar shift pagi dan sore.Setibanya di sana, Olive terlihat sudah menunggu. Wanita itu tampak gelisah karena jika sampai ketahuan, profesi dokternya lah yang menjadi taruhan. Ia bisa dipecat jika Profesor Ignatius sampai tahu kalau ada pihak tak bersangkutan lain yang mengetahui tentang penelitian rahasia ini.“Bagaimana? Apa kondisinya sudah memungkinkan?” tanya Alaric.“Ya, kita harus cepat. Jangan sampai ada yang mencurigai kita.”Mereka berdua pun lantas segera pergi menuju gedung tiga. Alaric sendiri belum pernah pergi ke sana karena memang tak boleh ada siapa pun yang keluar-masuk sembarangan tanpa memiliki kepentingan khusus. Aksesnya juga tidak semudah di gedung-gedung lain. Tatkala hampir sampai, Olive meminta Alaric untuk bersembunyi dulu selagi ia mengalihkan perhatian dua orang petugas keam
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

24 - This time I was sure of what I saw.

“Iya, Ayah. Kau tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja di sini. Kemarin Bibi Alwen sudah memberikan kunci rumah yang kau titipkan untukku.” Callista menjepit ponselnya di pundak sembari memasukkan semua barang-barang bawaannya ke dalam tas.Baru saja berangkat ke London tiga hari yang lalu, Robert sudah menelepon Callista lebih dari sepuluh kali hanya untuk menanyakan apakah putrinya ini sudah pulang belum? Sudah makan belum? Atau sudah tidur belum? Ia tak henti-hentinya mengingatkan gadis itu untuk jangan berkeliaran di luar rumah, apalagi sampai larut malam.Samantha yang sudah selesai merapikan meja kerjanya pun mencolek lengan Callista dan memberi kode. “Cale, aku pulang duluan.”Callista mengangguk lalu kembali menjawab pertanyaan ayahnya di telepon. “Baiklah, aku akan selalu ingat pesanmu, Ayah. Sampai nanti. I love you!”Selesai menelepon, Callista pun lekas meraih kunci mobilnya untuk pulang. Ia mematikan lampu ruang kerja timnya kemudian berjalan menuju tempat parkir. Tingg
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

25 - Chronology of tonight's case.

Sekembalinya di kantor polisi untuk perlindungan sementara, Callista pun memberikan teh hangat dan selimut agar anak itu bisa lebih tenang sebelum diajukan berbagai macam pertanyaan krusial. Ia lantas menghubungi Alaric selagi menunggu. “Halo?” panggil Callista cepat saat pria itu mengangkat panggilannya.“Ya, halo, Nona Cale. Ada apa kau tiba-tiba menghubungiku malam-malam begini?” sahut Alaric. Suaranya terdengar penasaran.“Well, maaf kalau aku mengganggumu. Tapi apakah kau bisa datang ke kantor polisi sekarang?”“Ke kantor polisi? Kenapa?”“Barusan ada percobaan pembunuhan pada anak remaja berumur 14 tahun. Aku sempat melihat wajah pelakunya sekilas. Dan ternyata, dia bukanlah manusia. Dia adalah seorang vampir sepertimu.”“Sungguh?!”“Ya. Aku yakin aku tidak salah lihat,” balasnya dengan intonasi yakin.“Oke, kau tunggu di sana. Aku ke kantor polisi sekarang,” ujar Alaric lalu mengakhiri panggilannya.Selang lima belas menit, pria itu pun betul-betul datang. Ia langsung turun da
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

26 - How could he?

Callista memegangi lengannya yang mendadak terasa nyeri seraya menggeleng pelan. “Entahlah. Gerakan vampir itu cepat sekali. Aku tidak terlalu memperhatikan, tapi yang jelas tidak ada luka cakaran.”Alaric pun menghela napas gusar. “Baiklah, buka blazermu. Biar kulihat ....”Gadis itu membulatkan mata. “Buka?”“Yeah. Kenapa? Kau tidak memakai dalaman?”“Enak saja. Aku pakai tahu!” Callista berdecak. Kemudian, dengan gerakan canggung melepas blazernya. Wajahnya mendadak terasa panas karena kali ini ia hanya memakai tank top putih berikut bra merah jambu sebagai dalaman. Kalau tahu begini seharusnya aku pakai tambahan kaos saja tadi, batinnya, menahan malu.Alaric tersenyum miring. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari mengatupkan bibir ke dalam—berusaha menahan tawa.“Hei, kenapa kau senyum-senyum? Jangan berpikir ngeres atau kucolok matamu!”“Ya-ya. Lagi pula, siapa juga yang senyum-senyum?”“Cih! Kau pikir aku tidak lihat?” Callista memutar bola mata sementara pria itu cu
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

27 - Stay with him?

Vampir itu menggeram marah dan segera bangkit berdiri. Ia menyeka setetes darah dari pipinya yang sobek akibat terkena pecahan gelas kaca. Namun, hanya dalam waktu sepersekian detik luka di pipinya itu langsung merapat kembali. Callista menyipitkan mata, tercengang menyaksikan hal tersebut.“Kau mencari mangsa yang salah, Dasar amatir!” ejek Alaric. “Mau kuajari bagaimana caranya berburu yang benar?”“Berburu?” Sudut mulutnya terangkat. “Cih, simpan saja bakat sampahmu itu! Hanya vampir pengecut yang meminum darah hewan!”Alaric mendengkus kemudian berjalan ke sisi lain, sedikit menjauh dari Callista. “Oh, aku jadi kasihan padamu, diperbudak oleh hawa nafsu yang tidak bisa dikendalikan,” katanya seraya menyentuh sebuah vas bunga hias yang berada di atas televisi. “Sekarang aku penasaran, siapa komplotanmu? Kau pasti tidak berburu sendirian, bukan?”“Kenapa? Kau juga ingin bergabung dengan kami?”“Ugh, jangan salah paham. Justru aku ingin membenahi otak miring kalian satu per satu. La
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

28 - There are things I don't know yet.

Tuk ... tuk ... tuk …Seorang pria bersetelan biru dongker duduk bertumpang kaki di tengah ruangan sembari mengetuk-ngetukkan ujung jari telunjuknya ke sandaran tangan sofa. Ia memegang segelas cairan berwarna merah pekat yang sebelumnya telah disesap beberapa kali. Digoyangkannya sedikit gelas itu kemudian kembali menghirup aroma manis dari darah segar tersebut; sementara di sisi lain alunan musik klasik era 90-an mengalun merdu dari gramofon.Di hadapannya, seseorang mengenakan jubah hitam bertekuk lutut. Ia adalah Xavier, vampir baru ciptaannya yang sialnya bertemu dengan Callista. Vlad dan Draco—si kaki tangan yang paling setia—langsung menyeretnya kemari setelah tahu apa yang barusan dilakukan oleh vampir baru itu.“Apa kau tahu alasan mengapa mereka membawamu ke sini?”“Ya, aku tahu. Maafkan aku, Tuan. Aku janji tidak akan pernah mengulangi kesalahanku lagi,” mohonnya dengan sungguh-sungguh.Profesor Ignatius membuang muka. Ia menarik kakinya ke belakang, enggan disentuh. “Selam
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

29 - Warning letters again and again.

Samantha mematikan siaran radio yang sejak tadi diputar selama perjalanan ketika mobil yang dikendarainya sudah sampai di kantor polisi. Selesai parkir, gadis itu kemudian meraih tas dan kuncinya untuk segera keluar. Di waktu yang sama, Leon juga kebetulan baru datang. Lelaki itu turun dari mobil seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.“Pagi, Sersan!” sapa Samantha duluan. Ia tersenyum sopan sembari memberi hormat.“Ah, ya. Pagi juga, Sam!” Leon balas tersenyum. “Ngomong-ngomong, kau hanya sendirian? Di mana Callista?”“Entahlah. Kurasa dia belum datang. Mungkin sebentar lagi.”Tepat saat itu, mereka berdua sama-sama menoleh sewaktu melihat ada sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik yang berhenti di depan kantor polisi. Callista turun dari dalam sana bersama Alaric. Samantha yang menyaksikan pemandangan tidak biasa itu spontan mengernyitkan wajah heran.“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, Nona Cale. Hubungi aku kalau kau sudah selesai bekerja,” ujar Alaric dan langsung
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

30 - Just as I thought.

Leon mengerjap beberapa kali setelah remasan bola kertas yang barusan menimpuk wajahnya jatuh ke lantai. Gerakannya terhenti di tempat berbarengan dengan suasana yang tiba-tiba saja berubah menjadi hening.“O-ow!” gumam Andrew dengan sangat lugunya.“S-sersan, kau tidak apa-apa?” Callista tergagap seraya menatap lelaki itu dengan sorot tegang. “Aku benar-benar minta maaf. Sungguh. Aku tidak sengaja.”Ia lalu buru-buru mengambil remasan bola kertas itu lagi dan langsung menyembunyikannya ke dalam saku belakang celana.Leon pun berdeham pelan. “Oh, ya ... tidak apa-apa. Seharusnya aku mengetuk pintu dulu tadi.”“Tidak, Sersan. Aku yang salah. Kau berhak menghukumku.”“Menghukummu?” Ia membulatkan mata sementara Callista menunduk, merasa bersalah atas tindakan tidak sopan yang barusan dilakukannya.“Aku bersedia menerima hukuman apapun darimu.”Samantha dan Andrew yang ada di sana pun hanya bisa saling lirik. Mereka berdua lantas ikut menundukkan kepala.“Kurasa itu tidak perlu. Ini hany
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status