Beranda / Romansa / Dr. Vampire: Who is the Predator? / 24 - This time I was sure of what I saw.

Share

24 - This time I was sure of what I saw.

Penulis: D lyncie's
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 19:12:23

“Iya, Ayah. Kau tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja di sini. Kemarin Bibi Alwen sudah memberikan kunci rumah yang kau titipkan untukku.” Callista menjepit ponselnya di pundak sembari memasukkan semua barang-barang bawaannya ke dalam tas.

Baru saja berangkat ke London tiga hari yang lalu, Robert sudah menelepon Callista lebih dari sepuluh kali hanya untuk menanyakan apakah putrinya ini sudah pulang belum? Sudah makan belum? Atau sudah tidur belum? Ia tak henti-hentinya mengingatkan gadis itu untuk jangan berkeliaran di luar rumah, apalagi sampai larut malam.

Samantha yang sudah selesai merapikan meja kerjanya pun mencolek lengan Callista dan memberi kode. “Cale, aku pulang duluan.”

Callista mengangguk lalu kembali menjawab pertanyaan ayahnya di telepon. “Baiklah, aku akan selalu ingat pesanmu, Ayah. Sampai nanti. I love you!”

Selesai menelepon, Callista pun lekas meraih kunci mobilnya untuk pulang. Ia mematikan lampu ruang kerja timnya kemudian berjalan menuju tempat parkir. Tingg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   25 - Chronology of tonight's case.

    Sekembalinya di kantor polisi untuk perlindungan sementara, Callista pun memberikan teh hangat dan selimut agar anak itu bisa lebih tenang sebelum diajukan berbagai macam pertanyaan krusial. Ia lantas menghubungi Alaric selagi menunggu. “Halo?” panggil Callista cepat saat pria itu mengangkat panggilannya.“Ya, halo, Nona Cale. Ada apa kau tiba-tiba menghubungiku malam-malam begini?” sahut Alaric. Suaranya terdengar penasaran.“Well, maaf kalau aku mengganggumu. Tapi apakah kau bisa datang ke kantor polisi sekarang?”“Ke kantor polisi? Kenapa?”“Barusan ada percobaan pembunuhan pada anak remaja berumur 14 tahun. Aku sempat melihat wajah pelakunya sekilas. Dan ternyata, dia bukanlah manusia. Dia adalah seorang vampir sepertimu.”“Sungguh?!”“Ya. Aku yakin aku tidak salah lihat,” balasnya dengan intonasi yakin.“Oke, kau tunggu di sana. Aku ke kantor polisi sekarang,” ujar Alaric lalu mengakhiri panggilannya.Selang lima belas menit, pria itu pun betul-betul datang. Ia langsung turun da

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   26 - How could he?

    Callista memegangi lengannya yang mendadak terasa nyeri seraya menggeleng pelan. “Entahlah. Gerakan vampir itu cepat sekali. Aku tidak terlalu memperhatikan, tapi yang jelas tidak ada luka cakaran.”Alaric pun menghela napas gusar. “Baiklah, buka blazermu. Biar kulihat ....”Gadis itu membulatkan mata. “Buka?”“Yeah. Kenapa? Kau tidak memakai dalaman?”“Enak saja. Aku pakai tahu!” Callista berdecak. Kemudian, dengan gerakan canggung melepas blazernya. Wajahnya mendadak terasa panas karena kali ini ia hanya memakai tank top putih berikut bra merah jambu sebagai dalaman. Kalau tahu begini seharusnya aku pakai tambahan kaos saja tadi, batinnya, menahan malu.Alaric tersenyum miring. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari mengatupkan bibir ke dalam—berusaha menahan tawa.“Hei, kenapa kau senyum-senyum? Jangan berpikir ngeres atau kucolok matamu!”“Ya-ya. Lagi pula, siapa juga yang senyum-senyum?”“Cih! Kau pikir aku tidak lihat?” Callista memutar bola mata sementara pria itu cu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   27 - Stay with him?

    Vampir itu menggeram marah dan segera bangkit berdiri. Ia menyeka setetes darah dari pipinya yang sobek akibat terkena pecahan gelas kaca. Namun, hanya dalam waktu sepersekian detik luka di pipinya itu langsung merapat kembali. Callista menyipitkan mata, tercengang menyaksikan hal tersebut.“Kau mencari mangsa yang salah, Dasar amatir!” ejek Alaric. “Mau kuajari bagaimana caranya berburu yang benar?”“Berburu?” Sudut mulutnya terangkat. “Cih, simpan saja bakat sampahmu itu! Hanya vampir pengecut yang meminum darah hewan!”Alaric mendengkus kemudian berjalan ke sisi lain, sedikit menjauh dari Callista. “Oh, aku jadi kasihan padamu, diperbudak oleh hawa nafsu yang tidak bisa dikendalikan,” katanya seraya menyentuh sebuah vas bunga hias yang berada di atas televisi. “Sekarang aku penasaran, siapa komplotanmu? Kau pasti tidak berburu sendirian, bukan?”“Kenapa? Kau juga ingin bergabung dengan kami?”“Ugh, jangan salah paham. Justru aku ingin membenahi otak miring kalian satu per satu. La

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   28 - There are things I don't know yet.

    Tuk ... tuk ... tuk …Seorang pria bersetelan biru dongker duduk bertumpang kaki di tengah ruangan sembari mengetuk-ngetukkan ujung jari telunjuknya ke sandaran tangan sofa. Ia memegang segelas cairan berwarna merah pekat yang sebelumnya telah disesap beberapa kali. Digoyangkannya sedikit gelas itu kemudian kembali menghirup aroma manis dari darah segar tersebut; sementara di sisi lain alunan musik klasik era 90-an mengalun merdu dari gramofon.Di hadapannya, seseorang mengenakan jubah hitam bertekuk lutut. Ia adalah Xavier, vampir baru ciptaannya yang sialnya bertemu dengan Callista. Vlad dan Draco—si kaki tangan yang paling setia—langsung menyeretnya kemari setelah tahu apa yang barusan dilakukan oleh vampir baru itu.“Apa kau tahu alasan mengapa mereka membawamu ke sini?”“Ya, aku tahu. Maafkan aku, Tuan. Aku janji tidak akan pernah mengulangi kesalahanku lagi,” mohonnya dengan sungguh-sungguh.Profesor Ignatius membuang muka. Ia menarik kakinya ke belakang, enggan disentuh. “Selam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   29 - Warning letters again and again.

    Samantha mematikan siaran radio yang sejak tadi diputar selama perjalanan ketika mobil yang dikendarainya sudah sampai di kantor polisi. Selesai parkir, gadis itu kemudian meraih tas dan kuncinya untuk segera keluar. Di waktu yang sama, Leon juga kebetulan baru datang. Lelaki itu turun dari mobil seraya memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.“Pagi, Sersan!” sapa Samantha duluan. Ia tersenyum sopan sembari memberi hormat.“Ah, ya. Pagi juga, Sam!” Leon balas tersenyum. “Ngomong-ngomong, kau hanya sendirian? Di mana Callista?”“Entahlah. Kurasa dia belum datang. Mungkin sebentar lagi.”Tepat saat itu, mereka berdua sama-sama menoleh sewaktu melihat ada sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik yang berhenti di depan kantor polisi. Callista turun dari dalam sana bersama Alaric. Samantha yang menyaksikan pemandangan tidak biasa itu spontan mengernyitkan wajah heran.“Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, Nona Cale. Hubungi aku kalau kau sudah selesai bekerja,” ujar Alaric dan langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   30 - Just as I thought.

    Leon mengerjap beberapa kali setelah remasan bola kertas yang barusan menimpuk wajahnya jatuh ke lantai. Gerakannya terhenti di tempat berbarengan dengan suasana yang tiba-tiba saja berubah menjadi hening.“O-ow!” gumam Andrew dengan sangat lugunya.“S-sersan, kau tidak apa-apa?” Callista tergagap seraya menatap lelaki itu dengan sorot tegang. “Aku benar-benar minta maaf. Sungguh. Aku tidak sengaja.”Ia lalu buru-buru mengambil remasan bola kertas itu lagi dan langsung menyembunyikannya ke dalam saku belakang celana.Leon pun berdeham pelan. “Oh, ya ... tidak apa-apa. Seharusnya aku mengetuk pintu dulu tadi.”“Tidak, Sersan. Aku yang salah. Kau berhak menghukumku.”“Menghukummu?” Ia membulatkan mata sementara Callista menunduk, merasa bersalah atas tindakan tidak sopan yang barusan dilakukannya.“Aku bersedia menerima hukuman apapun darimu.”Samantha dan Andrew yang ada di sana pun hanya bisa saling lirik. Mereka berdua lantas ikut menundukkan kepala.“Kurasa itu tidak perlu. Ini hany

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   31 - Dare to lie? Get ready for execution.

    Canggung—itulah yang saat ini Callista rasakan, terutama setiap berhadapan dengan seorang detektif polisi muda bernama Leon. Entah apa yang membuatnya menjadi kikuk. Tapi yang pasti, bukan karena ia juga menyukai lelaki itu. Melainkan, Callista lebih merasa segan dan menghormatinya sebagai atasan di tempat bekerja.Tengah hari ini, sesuai dengan apa yang telah disepakati tadi pagi gadis itu pun menjalani hukumannya. Mereka berdua makan siang bersama di sebuah restoran Jepang yang berjarak sekitar 500 meter dari kawasan kantor polisi. Restoran ini cukup terkenal dengan berbagai macam menu makanannya yang tergolong lengkap. Mulai dari hidangan utama hingga camilan ala kaki limanya.Callista suka makanan di sini. Namun, tidak pada suasana kali ini. Gadis itu sejak tadi hanya mencolok-colok Sushi-nya menggunakan sumpit dan sesekali melirik Leon yang sedang duduk di hadapannya dengan malu-malu. Kalau saja Samantha melihat, ia pasti akan mengejeknya habis-habisan. Seorang Callista canggung

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   32 - Did he start it?

    “Hei, apa yang mau kau lakukan? Cepat keluar dari rumahku sekarang!” teriak dr. Huggins, tapi tak dihiraukan. Alaric pura-pura tidak mendengar dan terus menjelajah ke setiap ruangan yang ada. Ia membuka semua pintu-pintu yang ditemuinya.“Di mana ruang autopsimu?” tanya pria itu seraya mengintip ke sebuah lorong di dekat dapur. “Kudengar kau sudah tidak bekerja lagi di rumah sakit, bukan? Jadi, setidaknya kau pasti punya lab pribadi atau ... ah, ini dia!”“Tunggu, sudah kubilang keluar! Aku akan menelepon polisi sekarang juga kalau kalian—”“Ssst! Jangan berisik.” Callista menarik kedua pergelangan tangan dr. Huggins ke belakang dan memborgolnya. “Apa kau lupa? Aku juga petugas kepolisian di sini. Biar aku yang mewakili rekan-rekanku yang lain.”“Apa-apaan ini? Lepaskan! Kalian tidak bisa memperlakukanku seperti ini!”“Diam! Ayo, cepat jalan!” perintah Callista kemudian mendorongnya untuk ikut masuk ke dalam ruang autopsi yang baru saja ditemukan oleh Alaric.Di dalam ruangan tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   41 - Escape? Unfortunately it's too late.

    Orang itu membuka tudung jubahnya sembari menyeringai. “Apa kabar, dr. Huggins? Kau masih ingat denganku? Sudah lama kita tidak bertemu sejak prosedur autopsi terakhir kali.”dr. Huggins berpegangan pada nakas di belakangnya. Mata merah dan kulit putih pucat kedua makhluk tersebut membuat tungkainya seketika lemas seolah tak bersendi. Salah satu vampir berambut pirang yang bernama Draco itu pun membuka buku kecil—bertuliskan BRITISH PASSPORT—yang sedang dipegangnya tadi. Ia mengambil tiket pesawat yang terselip di sana.ECONOMY CLASSFrom: Edinburgh – ScotlandTo : Bukares – Romania“Wah-wah, coba lihat! Sepertinya kau memiliki rencana liburan ke luar negeri hari ini. Apa kau tidak berniat mengajak kami?”dr. Huggins menggeleng cepat. “T-tidak. Kembalikan ... kembalikan benda itu padaku!”“Seharusnya kalau kau ingin pergi berlibur, kau tinggal katakan saja pada tuanku, dr. Huggins. Dia bisa membelikanmu tiket pesawat business class yang paling mahal dan kami juga akan dengan sangat s

  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   40 - I came late.

    128 Calton Road, Block 4A.Leon menatap secarik kertas yang dipegangnya dengan cermat. Laki-laki itu kemudian berjalan mendekati sebuah rumah bangunan kuno berlantai dua yang berjarak selang beberapa meter di hadapannya. Ia baru saja mendapatkan alamat tempat tinggal dr. Huggins dari Andrew dan memutuskan untuk segera menemui dokter forensik itu. Setelah menganalisis semua arsip yang diberikan oleh Samantha kemarin, Leon semakin yakin ada sesuatu yang tidak beres, terutama dengan seluruh laporan hasil autopsi yang ada.Menurutnya, laporan itu terkesan cukup tidak masuk akal serta patut dipertanyakan kembali keabsahannya. Semua orang yang bersangkutan harus diperiksa tanpa terkecuali. Dan karena sekarang kasus ini juga sudah menjadi tanggung jawabnya, ia tentu memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.RUMAH INI DIJUAL. SILAKAN HUBUNGI NOMOR PERANTARA DI BAWAH UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI LEBIH LANJUT.Leon mengerutkan kening ketika melihat plang bertuliskan FOR SALE

  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   39 - You perverted vampire!

    Callista pun menggelengkan kepala untuk mengenyahkan pikiran kotornya yang berkecamuk.“Nona Cale?” ujar Alaric membuat dirinya terkesiap.“Ugh, ya? Ada apa?”“Kau mau minum wine juga?”“Tidak.”“Lalu kenapa kau terus menatapku seperti itu?”“Aku ... aku tidak menatapmu,” sangkalnya panik. Ia mengerjap beberapa kali sambil mencari alasan. “Tadi aku cuma sedang ... eh ... anu ... gelas wine-mu bagus. Kau beli di mana?”Alaric memiringkan kepala dan menoleh ke gelas yang sedang dipegangnya. “Oh, ini aku memesannya secara khusus. Gelas ini terbuat dari kristal yang diproduksi oleh ahli profesional di Slovakia. Waktu itu aku beli satu buah gelas ini dengan harga sekitar £280 karena termasuk edisi spesial.”“Satu gelas ini harganya £280?!”“Yeah, kau mau beli?”Callista menggeleng cepat. “Sorry, aku tidak ingin menghabiskan uang gajianku hanya untuk sebuah gelas. Lagi pula, memangnya kau tidak mabuk minum wine terus-terusan?”Malvin tiba-tiba malah terbahak. “Tidak ada zamannya Alaric mabu

  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   38 - What kind is this?

    RINGGG!Suara alarm dari ponsel di atas nakas membuat Callista tersentak kaget mendengarnya. Gadis itu pun mengucek-ngucek mata dan mengerjap beberapa kali. Ia tertegun bingung sewaktu mendapati dirinya sekarang malah berada di atas kasur dengan balutan selimut hangat.“Loh, kenapa aku di sini?” gumamnya keheranan; teringat kalau terakhir kali ia tertidur di kursi meja kerja. Callista celingukan ke sana-kemari dan menemukan ada seseorang yang sedang berdiri di area balkon. Gadis itu cepat-cepat menyibak selimutnya lantas berjalan mendekat.“Alaric …?”Ia pun menoleh ke arah Callista dan tersenyum. “Kau sudah bangun?”“Ya, aku barusan terbangun. Kau sendiri sudah sembuh?” tanyanya seraya kembali memegang kening pria itu—terasa dingin seperti es. “Wow, kelihatannya obatnya bekerja dengan baik.”“Yeah, aku baik-baik saja sekarang. Terima kasih kau tadi sudah mau menolongku, Nona Cale.”Callista mengangguk, tetapi masih ada sedikit kekhawatiran yang terpancar dari matanya. “Kau sedang ap

  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   37 - He's not what I thought.

    “Bajingan kikir! Dia pikir nyawa orang bisa dibeli pakai uang?!” Callista menggulung lengan blazernya sembari mengumpat secara terang-terangan. Ia baru saja selesai memaki-maki seorang pria kaya sombong yang ditangkap karena mengendarai mobil ugal-ugalan di jalan. Sebenarnya menegur pelanggar lalu lintas bukanlah tugasnya, tapi gadis itu sudah terlanjur emosi duluan melihat kelakukan tengik pria itu.“Awas saja kalau aku sampai bertemu dia di jalan! Akan kuhajar wajah dungunya itu sampai babak belur!” makinya lagi. Ia menghembuskan napas kasar lalu melirik jam tangannya, sudah pukul lima sore sekarang. Callista pun memutuskan kembali ke ruang kerja timnya lagi untuk beberes. Marah-marah membuatnya jadi malas melanjutkan pekerjaan. Lebih baik sekarang ia pulang, mandi, dan tidur.Tapi sewaktu baru berjalan sekian langkah dari tempat berdiri tadi, ponselnya tahu-tahu berdering. Callista meraba saku celana belakangnya dan sontak menaikkan satu alis begitu melihat siapa yang menelepon.“V

  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   36 - Again and again.

    “Maaf, Honey. Saat ini masih belum ada perkembangan yang signifikan lagi. Setelah disuntikan virus yang genetiknya sudah kami rekayasa, orang-orang itu seperti kehilangan kendali atas diri mereka sendiri,” kata Olive ketika Alaric menanyakan tentang keadaan manusia yang digunakan untuk objek eksperimen pada siang hari di rumah sakit.Alaric menghela napas resah. “Aku tidak habis pikir. Sebetulnya apa tujuan Profesor Ignatius melakukan eksperimen ini, dr. Rodriguez? Kau tahu bukan, apa yang kalian lakukan itu sangat tidak manusiawi?”“Ya, aku tahu. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Semua anggota tim penelitian ini sudah terlanjur menandatangani perjanjian kontrak. Kalau kami melanggar, kami bisa dipecat atau bahkan dipenjara.” Olive menundukkan kepala, sedangkan Alaric menyentuh pelipisnya berpikir.“Apa kalian juga membuat obat untuk menyembuhkan orang-orang yang sudah terinfeksi itu?”“Sudah, tetapi tidak ada yang berhasil. Setiap kami merekayasa genetik virus itu, kami juga

  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   35 - What an annoyance!

    “Malvinnn! Apa kau lihat di mana sepatuku?” Alaric berteriak dari ruang tengah dengan suara lantang. Sejak tadi ia terus sibuk mondar-mandir hanya untuk mencari sepatunya yang hilang. Ini adalah kebiasaan buruknya—menaruh barang sembarangan dan ketika hilang, Malvin lah yang terkena imbasnya.Pagi ini pria itu sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Ia sudah memakai kemeja, dasi, celana panjang, bahkan sampai kaos kaki. Akan tetapi, tinggal satu hal yang kurang, yaitu sepatu. Ia sudah mencari ke mana-mana, namun anehnya tetap tidak ketemu.Di area dapur Malvin yang baru saja ingin menuang teh spontan menyahut, “Tidak tahu! Waktu pulang kerja kemarin kau taruh di mana?”“Aku taruh di sini, tapi kenapa sekarang malah tidak ada?”“Ck! Cari dulu yang benar,” balasnya. “Coba lihat juga di kamar! Barangkali ada di sana.”“Tidak ada …!”“Ya Tuhan!” Malvin pun menutup toples gulanya dan pergi menghampiri Alaric. “Kau ini kebiasaan. Hampir setiap pagi selalu ribut masalah sepatu.”“Ya maa

  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   34 - I'm confused about what to say.

    “Ini kuncinya, Miss. Mobilmu sudah selesai diperbaiki. Kau bisa langsung menggunakannya lagi setelah ini,” kata seorang montir dari bengkel setempat seraya mengembalikan kunci mobil milik Callista.Gadis itu segera meraihnya dan mengucapkan terima kasih. “Thank you, Sir!” imbuhnya, sedangkan montir tersebut membalas dengan murah senyum.Setelah memastikan kendaraannya selesai diperbaiki, Callista dan Leon pun pergi menuju kasir untuk membayar biaya service. Mereka mengantre sebentar sebelum giliran membayar. “Total semuanya jadi £250, Miss. Sudah termasuk potongan 10% karena kau adalah salah satu pelanggan tetap kami.”“Oh, okey. Thank’s a lot.” Ia membuka tasnya dan mengeluarkan dompet. Namun, Leon yang sedang berdiri di sampingnya dengan gerakan cepat berhasil menempelkan kartunya di mesin kasir duluan. Callista sontak melongo, menatap lelaki itu dengan ekspresi terkejut bercampur bingung. “Sersan, aku baru saja ingin membayarnya ....”“Tidak apa-apa. Tagihannya sudah kubayar.”Ia

  • Dr. Vampire: Who is the Predator?   33 - Am I jealous? Seriously.

    Drrt ... Drrt ...Langkah kaki Malvin sontak terhenti ketika ia tak sengaja mendengar ada suara ponsel yang bergetar. Pemuda itu refleks merogoh saku celananya dan melihat menu kotak pesan masuk. Ternyata bukan ponsel miliknya yang bergetar. Ia pun memasukkan telepon genggamnya kembali kemudian lanjut berjalan ke arah kulkas, mencari bahan-bahan untuk membuat Hotpot sebagai sarapan pagi.Hotpot merupakan hidangan yang terdiri dari daging, bawang merah, serta irisan kentang yang dipanggang dengan api kecil. Ia sering membuat makanan itu karena mudah dibuat dan juga praktis.Drrt ... Drrt ...Suara ponsel itu terdengar kembali. Malvin pun menutup pintu kulkas dan memutuskan untuk mencari dari mana sumber suara itu berasal. Di atas meja marmer seberang kabinet dapur, terlihat ada sebuah ponsel yang tergeletak begitu saja. Layar ponsel tersebut berkedip-kedip menyala setiap ada pesan yang masuk.—Sersan Leon: “Callista, aku sudah ada di depan rumahmu.”“Callista?” gumam Malvin yang membac

DMCA.com Protection Status