Semua Bab BERAS LIMA RIBU: Bab 21 - Bab 30

36 Bab

PERHATIAN

"Mbak, itu yang nganter belanjaan ganteng banget. Orang mana?" tanya wanita bernama Ayu itu terlihat sangat antusias.Tadi siang, Rasti memang sempat berkenalan dengan beberapa tetangga, meski belum bisa menghapal satu persatu nama mereka.Ibunya Faiz itu lalu tersenyum tipis. Arfan memang tampan. Namun, entah kenapa dia merasa risih mendengar tetangganya bilang begitu."Tokonya di mana, Mbak?" Kali ini wanita bernama Nita. Seorang ibu muda dengan bayi kecil di pangkuannya ikut bertanya mengenai Arfan."Di perumahan sebelah, Mbak.""Nanti saya minta nomornya juga, ya. Siapa tahu butuh buat beli gas.""Masa beli gas ambil dari perumahan sebelah, Mbak? Kamu nggak kasihan sama yang antar?" Bu Zaenal yang menyimak percakapan mereka sedari tadi ikut nimbrung juga."Kan, nggak cuma beli gas, Bu. Sama yang lainnya juga," sahutnya membela diri.Melemparkan senyumnya lebar, Rasti kemudian pamit untuk masuk ke dalam dan membiarkan mereka melanjutkan obrolannya. Selain ada hal yang harus segera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

PENYESALAN

"Kok dia jadi bilang begitu, Fan?" tanya Ahmad kecewa sambil terus memerhatikan punggung Wita yang perlahan menghilang."Kamu salah penyampaian, Mat. Akhirnya dia malah mengira saya yang salah paham."Ahmad menggaruk kepalanya. Sia-sia saja dia mengirimkan pesan pada Wita, kalau pada akhirnya malah berujung seperti ini."Nggak perlu terburu-buru, nanti ilfeel jadinya!" sindir Arfan. Menyisakan kekesalan yang begitu kentara di wajah temannya.Di tempat lain, ada Santi yang masih menahan Wandi pulang karena keinginannya belum disetujui. Padahal, sudah hampir tengah malam.Mak Saroh sampai terkantuk-kantuk menunggu di teras rumah agar tidak menjadi fitnah tetangga."Kamu pikirkan dulu baik-baik, San. Daripada uangnya untuk pesta, kenapa nggak ditabung saja untuk beli mobil?" bujuk Wandi."Mas nggak boleh egois. Masalah mobil kan bisa nyicil nanti. Mas itu baru cerai sama Rasti. Orang sini taunya dia istri Mas. Kalau nggak ada pesta besar-besaran, selamanya orang akan berpikiran begitu."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-20
Baca selengkapnya

PERTANYAAN WITA

Wandi bertanya tepat di dekat telinga Rasti hingga membuat mantan istrinya itu merasa tidak nyaman."Apa kamu melihat penyesalan di wajahku, Mas?" Rasti balik bertanya. "Dan Faiz ... aku percaya kalau dia akan memiliki rezekinya sendiri."Kamu pikir, biaya hidup hanya sebatas untuk makan hari ini?" Wandi mengejek Rasti hingga menerbitkan bulir-bulir bening di sudut matanya.Rasti sadar, dia memang memiliki banyak keterbatasan. Tapi dia akan berjuang sekuat tenaga demi bisa membahagiakan Faiz."Mas!""Jangan angkuh hanya karena kerja di sini, Ras! Kamu nggak akan pernah mendapatkan suami seperti saya. Coba pikir, siapa laki-laki yang yang bisa menerima kamu? Sudah janda, tidak sekolah, keluarga juga nggak punya. Siapa yang mau sama kamu, hah?""Saya!" sahut Arfan sambil menghampiri keduanya. "Saya yang akan menikahinya."Tak ayal, pengakuan Arfan membuat ketiganya terkejut dan tertuju padanya.Wandi tertawa mengejek. Seolah tidak percaya apa yang baru saja didengarnya."Kamu mau sama d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

PENGAKUAN ARFAN

Rasti menghela napas sambil menatap adik iparnya itu."Kamu percaya, Wit?""Ya nggak juga, sih." Jawaban WITA terdengar datar. "Soal perasaan Bang Arfan, Mbak juga baru tahu. Mbak juga masih nggak yakin. Mungkin saja dia ingin membela Mbak tadi." Rasti terpaksa berbohong agar Wita tidak merasa sedih. "Tapi kalau soal perselingkuhan, Demi Allah Mbak nggak melakukannya. Di sana Mbak hanya niat kerja.""Iya, Mbak. Aku percaya sama Mbak Rasti.""Soal perasaan Bang Arfan, Mbak juga nggak yakin soal itu. Kamu nggak perlu khawatir." Lagi, Rasti mencoba meyakinkan."Lho, kok Mbak jadi ngomong kaya gitu?" Wita malah memicingkan matanya, meninggalkan kebingungan dalam benak Rasti. Bukankah ini yang ingin dia dengar?"Mbak nggak ada perasaan apapun sama dia. Percaya deh!""Masya Allah, Mbak ... di saat seperti ini, kayanya Mbak masih mikirin aku? Kalau Bang Arfan punya perasaan sama Mbak, aku nggak masalah. Artinya, dia memang bukan jodohku. Ya ... walaupun ada sedikit rasa iri, aku tetap tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

ANCAMAN SULASTRI

Tanpa basa-basi lebih dulu, Arfan mengatakannya dengan tegas dan berani. Tentu saja hal itu membuat Rasti terkejut mendapat 'serangan' tiba-tiba."Ma-maksudnya? Saya nggak ngerti." Saking gugupnya, Rasti sampai tak bisa memilah kata yang tepat.Arfan lalu berdiri sambil mengangkat kursi plastik yang digunakannya, lalu menyeretnya lebih dekat ke samping Rasti. Khawatir karena ramainya pengunjung, wanita itu tidak mendengar jelas apa yang dia sampaikan barusan. Arfan salah. Rasti begitu jelas mendengar semua detail yang dia katakan. Dan jarak yang kini semakin dekat, membuatnya semakin berdebar."Saya suka sama kamu. Dan niat yang saya sampaikan kemarin, adalah niat dari hati saya. Bahwa saya akan menikahi kamu dan menerima Faiz."Untuk kedua kalinya Rasti dibuat kaget oleh lelaki di hadapannya. Dia berusaha mengangkat wajah, meski tak sanggup.Setidaknya dia harus melihat bagaimana Arfan menyampaikannya."Ta-tapi ...." Bukan hanya suara Rasti yang gemetar, tapi tangannya juga. Dia ben
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

PELUANG USAHA

"Aww!" Rasti memekik kencang saat kuah sayur mengenai tangannya akibat kurang konsentrasi. Mungkin juga karena sedang memikirkan Arfan yang saat ini sedang mengantar Inka dan maminya ke mall. Katanya, mereka ada janji dengan saudaranya di sana."Kenapa, Ras?" tanya Sulastri menghampiri."Nggak apa-apa, Bu.""Hati-hati, Ras! Jangan terlalu memikirkan mantan suami kamu!" duga Sulastri asal. Atau memang sengaja untuk memancing respon perempuan yang ditaksir putra sulungnya itu.Rasti sendiri, sudah lama tak lagi peduli dengan apapun tentang Wandi setelah penghinaan yang terus-menerus diterimanya.Sulastri lalu pergi ke ruang tengah untuk mengambil seduatu. Dia lalu kembali menghampiri Rasti dengan satu kantong plastik besar di tangannya."Semalam Ibunya Ahmad ngajakin beli daster buat salinan sama buat Rani biar gampang menyusui bayinya. Nah, tiba-tiba Ibu ingat sama kamu, jadi Ibu beliin juga. Kamu pilih aja empat setel yang kamu suka!""Alhamdulillah, terima kasih banyak, Bu. Tapi apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

SIKAP ARFAN

Kembali berjalan menyusuri jalan yang belum lama dilaluinya, kaki Rasti melangkah gontai. Baru jam sepuluh, sementara Faiz akan pulang jam sebelas. Hanya satu jam. Jadi demi menghemat tenaga, dia memilih menunggunya di sana."Tumben ditungguin, Bun?" tanya salah satu orang tua murid."Iya, Bun. Lagi sempet nungguin."Baru kelar Rasti menjawab pertanyaan itu, Santi datang dari arah belakang. Sekarang, dia kelihatan berbeda dengan penampilan yang lebih mencolok dari biasanya.Melihat adanya Rasti, Santi memilih duduk di tempat yang agak jauh. Padahal, di dekat Rasti masih tersisa bangku kosong.Pikiran yang sedang kacau, ditambah sikap Santi seperti itu membuat Rasti semakin kalut. Merasa pernah dekat, tentu saja dia tidak enak dengan situasi seperti ini. Apalagi, sekarang Faiz dan Zafran satu kelas. Yang sewaktu-waktu saling membutuhkan untuk bertukar informasi."San!" tegur Rasti sambil beranjak menghampirinya. Awalnya, Santi pura-pura tidak mendengar. Tapi setelah kedua kalinya Ras
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

UNDANGAN PERNIKAHAN

"Bang, nggak bisa seperti ini!" Rasti masih terus berusaha, hingga dia menangkap Arfan mengedipkan matanya memberi isyarat pada Faiz.Kali ini Rasti tak boleh terkecoh. Dia harus terus berusaha menguatkan hatinya agar tidak terjebak perasaan yang semakin dalam."Faiz ke kamar lagi, ya? Nanti beli makanan sama Ibu," bujuk Rasti. Meski dia sebenarnya tak sampai hati melihat kekecewaan di wajah putranya.Meskipun menyukai Arfan, Faiz lebih mencintai ibunya. Dengan patuh, dia masuk ke dalam lagi dengan wajah ditekuk."Bang, saya belum resmi diceraikan. Ada banyak hal yang harus saya persiapkan untuk menerima semua ini. Tolong, untuk saat ini biarkan saya memilih jalan sendiri," pinta Rasti dengan suara tertahan. Bukan itu saja, dia juga mati-matian, berusaha mencegah airmatanya jatuh."Tapi kamu nggak harus berhenti kerja di toko, kan? Bersikap biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.""Sedikit banyak, Abang tahu bagaimana saya selalu direndahkan karena hanya lulusan SD. Saya punya impia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya

TAWARAN GILA

"Coba lihat, Fan! Ini bukannya mantan suami Mbak Rasti ya?" kata Ahmad sambil menyerahkan undangan pernikahan yang baru saja dibagikan ketua RT."Iya." Arfan menjawab datar tanpa menoleh sedikitpun dari nota-nota yang dia kerjakan."Kira-kira Mbak Rasti bakal datang nggak ya? Kangen juga aku sama si Faiz."Mendengar Ahmad menyebut nama Faiz dan Rasti, mata Arfan mengembun. Ada rindu yang tak bisa dia ungkapkan saat ini.Meski Rasti berjanji akan main ke toko, nyatanya malah selalu menghindar setiap kali Arfan datang. Selalu saja pemilik kontrakan mengatakan Rasti sedang mengantar cucian atau pergi keluar.Ketika Arfan berinisiatif menemuinya di tempat Faiz bersekolah, pun tak ditemuinya Katanya, Faiz tak lagi bersekolah di sana.Arfan mundur perlahan. Bukan ingin menyerah, dia hanya takut keberadaannya menjadi beban untuk wanita yang dia cintai. Karena sampai saat ini juga, Arfan belum mengetahui perasaan Rasti terhadapnya. Apakah Rasti merasa terganggu oleh kehadirannya?Apakah wani
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

BERTEMU LAGI

"Nggak tahulah, Mbak. Aku belum ada rasa.""Lebih baik dicintai daripada mencintai. Mbak yakin, Bang Ahmad orang yang baik."Semenjak mengetahui nomor teleponnya, Ahmad memang selalu mengirim pesan untuk sekadar memberi perhatian. Namun, Wita masih mengabaikannya begitu saja. Takut menghadirkan harapan palsu."Mbak, kenapa nggak diganti motor aja sih sepedanya? Kan lebih enak. Nggak capek juga." Wita mencoba mengalihkan. Begitu setiap kali membicarakan tentang Ahmad."Kamu kaya Bu Zaenal saja. Pasti nyuruh Mbak buat ganti motor terus. Mbak kan, nggak bisa naik motor, Wit!" "Belajarlah, Mbak! Aku kasihan lihatnya kalau lagi banyak kirim barang! Lagipula, kan lebih hemat waktu, Mbak. Kalau pakai motor jauh lebih cepat.""Nantilah Mbak pikir dulu. Tabungannya juga belum cukup untuk membeli motor. Mbak ada rencana mau sewa kios kecil di ujung jalan situ.""Wah ... makin besar usahanya, Mbak!""Alhamdulillah ... ini bisa juga jadi semangat juga supaya kamu nggak terlalu terpuruk karena la
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status