Home / Rumah Tangga / BERAS LIMA RIBU / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of BERAS LIMA RIBU: Chapter 11 - Chapter 20

36 Chapters

Adik Ipar

Pagi ini, Wandi menyiapkan keperluannya sendiri. Dia begitu kelimpungan saat menyadari seragam kerjanya tidak ada di tempat biasa Rasti menggantungnya.Berjalan ke dapur, dia juga berencana untuk membuat kopi. Sayang, gulanya habis.Matanya lalu menangkap setumpuk cucian piring kotor di atas wastafel. Ada beberapa gelas bekas kopi, juga mangkuk bekas semalam dia membeli kwetiau rebus. Aroma yang tidak sedap menguar dari sana dan membuat indera penciumannya merasa terganggu.Tak sampai di situ, kesabaran Wandi diuji saat dia hendak menuangkan air putih dari dalam teko sebagai penggantinya minum kopi. Kosong. Tidak ada setetes air pun di sana.Karena Wandi tak pernah memberi uang untuk membeli air kemasan galon, Rasti menyiasatinya dengan memasak air sepanci besar untuk seharian. Tapi pagi ini, tak ada lagi yang tersisa.Emosi Wandi memuncak. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Wita untuk meminta berbi
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Sosok Pengganti

Rasti mengangguk sambil tersenyum. Begitu juga dengan Arfan."Iya, ini adik saya. Cantik, ya?'"Cantik, Mbak ...." Ahmad menjawab datar. Sementara Arfan diam saja."Sebentar lagi selesai, Wit. Kamu màu nunggu atau pulang?"Wita melirik Arfan yang menunduk sambil menyibukan diri. Sikap dingin seperti inilah yang membuat Wita canggung sekaligus penasaran."Aku pulang aja, Mbak. Sekalian mau nyiapin baju kerja," putusnya. Setelah itu dia mengucapkan salam dan meninggalkan warung."Kangkung kamu, Fan!' sungut Ahmad kesal.Sontak hal itu membuat Rasti menoleh ke arah mereka berdua."Apa itu, Bang?'"Tukang tikung!" jawab Ahmad judes.Tak ayal, Rasti tergelak. Arfan juga."Aku udah lama naksir Wita. Kenapa salamnya buat dia?" Telunjuk Ahmad menunjuk Arfan yang masih tak mampu menahan tawanya."Oh ... jadi Bang Ahmad su
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Ternyata Benar

"Assalamualaikum!""Waalaikumusalam ....""Lemes banget, Mbak? Sudah sarapan?""Sudah Bang Ahmad.""Iz, sini!" Arfan memanggil Faiz dan mengajaknya ke dalam. Tak lama berselang, mereka kembali datang dengan mobil mainan remote control di tangan Faiz."Ya Allah, Bang. Bagus sekali ... punya siapa itu?""Punya Faiz, sengaja saya beli biar dia nggak bosan main di sini.""Jadi ngerepotin, Bang. Itu pasti mahal?""Nggak, kok. Faiz seneng, nggak?" Arfan bertanya sambil berjongkok dihadapan Faiz.Bocah kecil itu mengangguk sambil terus memutar-mutar mainan barunya."Ini belum nyala, Iz. Kita pasang baterai dulu, ya."Faiz mengangguk lagi. Dia benar-benar kebingungan karena selama ini tidak pernah memiliki mainan sebagus itu.Arfan kemudian mengambil beberapa baterai di dalam etalase kaca dan kembali untuk memasangnya. S
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Tanggung jawab yang tertukar

Ada sebuah rasa yang tidak bisa Rasti ungkapkan begitu mendengar tetangganya bilang begitu. Ternyata kebersamaan mereka bukan hanya omong kosong. Wandi begitu serius menjalin hubungan dengan Santi."Oh ....""Kok biasa saja? Mbak Rasti beneran udahan sama bapaknya Faiz?"Tampaknya tak mungkin lagi Rasti menutupi semuanya, kalau Wandi sendiri sudah terang-terangan dengan pasangan barunya."Iya, Bu," jawabnya lirih."Sudah resmi?" Yang lain ikut terkejut mendengarnya."Be-belum.""Kok sudah berani bawa mamanya Zafran ke rumah? Aduh ... kalau saya jadi Mbak Rasti , udah saya labrak itu!""Maaf Bu. Mereka berhubungan setelah kami berpisah ...." Meski di dalam hatinya, Rasti meragukan hal ini."Mbak, sudah disakiti kok masih membela, sih?" pancing yang lainnya lagi.Tidak ingin terjebak semakin jauh dalam perbincangan ini, Rasti memilih mundur d
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Penasaran

Berusaha menghibur diri, Rasti mencoba berpikir positif kalau Wandi mungkin saja tengah menyejahterakan Zafran karena dia anak yatim.Setelah berpamitan dengan Mak Saroh, kembali dia menggandeng tangan Faiz untuk melanjutkan perjalanannya ke warung yang berjarak sekitar tiga ratus meter dari kontrakan Wita.Walaupun hanya diam sambil terus melihat Zafran, Rasti yakin, Faiz bisa mencerna apa yang dikatakan Mak Saroh tadi.Namun sesampainya di sana, suasana warung terasa lebih ramai. Rupanya Arfan tengah mengobrol dengan seseorang di dalam. Seorang wanita."Bang Ahmad, nggak bilang kalau lagi ada tamu?" gumam Rasti sambil melongok sedikit ke arah pintu yang terbuka lebar."Itu ibunya Arfan. Ibuku juga ada, tapi lagi di tempat Bang Abdul. Baru datang, semalam dijemput di bandara.""Oh, lagi berkunjung ya?""Iya, kan sebentar lagi istrinya Bang Abdul mau melahirkan. Kemarin sudah
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

PERTANYAAN FAIZ

Rasti gugup. Bahkan saat ini, dia tak berani untuk sekadar mengangkat wajah menatap Arfan."Mbak nggak perlu tahu. Yang jelas saya hanya ingin terus melihat orang itu bahagia."Berkali-kali Rasti berusaha menepis bahwa wanita yang sedang dibicarakan Arfan adalah dia sendiri. Tidak ada alasan yang kuat. Dia merasa hanya seorang perempuan sederhana yang tidak memiliki pesona apa-apa. Yang menyedihkan lagi, sekarang malah menyandang status sebagai seorang janda beranak satu."O-oya. Maaf, Bang Arfan ... seharusnya saya tidak punya hak untuk tanya-tanya.""Nggak perlu minta maaf. Mbak nggak salah.""Ta-tapi bukankah sia-sia saja, kalau memang Abang tidak bisa memiliki perempuan itu?" Rasti kembali memberanikan diri untuk bertanya lagi. Dia penasaran dengan jawaban Arfan kali ini. Meski masih belum yakin kalau perasaan itu untuknya, setidaknya dia bisa tahu bagaimana lelaki itu menyikapinya."Ini perasaan
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

LEMBARAN BARU

Senyum lebar menghiasi wajah perempuan dengan jilbab yang warnanya sudah memudar itu."Nanti kalau Faiz sudah besar pasti mengerti. Sekarang, kita tinggal di sini dulu, ya!" bujuknya lagi.Faiz mengangguk pasrah. Sejujurnya dia masih bingung, kenapa ibunya terus membawanya tinggal ke tempat yang berbeda?Tak lama kemudian, istri pemilik kontrakan datang dengan membawa kunci. Dia lalu mengajak Rasti dan Faiz untuk mengikutinya."Berdua aja, Neng?" tanyanya sambil memerhatikan Faiz."Iya, Bu.""Barang-barangnya banyak, nggak?""Hanya pakaian saja, Bu. Belum ada apa-apa."Bu Zaenal terdiam sambil memandang Rasti dan Faiz."Nanti tidurnya bagaimana? Kontrakan ini nggak ada kasurnya.""Kami bisa tidur di karpet, Bu. Nanti saya beli.""Ya Allah ... ayo masuk, sini lihat-lihat dulu."Mata Rasti berkeliling. Meski hanya sepetak, bangunannya terlihat rapi. Dia langsung yakin menempatinya, begitu juga dengan Faiz."Gimana?""Iya, Bu. Saya mau."Rasti lalu merogoh saku celananya. Mencari dompet
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

MANTAN SUAMI

"Emak nggak percaya kalau kamu nggak punya uang segitu. Emak tau gimana hematnya si Rasti selama  ini. Biar dia nggak cerita, Emak sering merhatiin. Kalau duitnya bukan buat ditabung, memangnya kamu kemanain?" cecar Mak Saroh gemas."Iya, Mak. Akan saya usahakan," putus Wandi. Terpaksa dia melakukannya, daripada terus-terusan dicecar Mak Saroh.***Wandi menatap layar ponselnya berkali-kali. Dia tak percaya uang gajinya bulan ini hanya tersisa dua ratus ribu. Padahal ini masih pertengahan bulan. Masih ada lima belas hari ke depan sampai menuju tanggal gajian.Biasanya, di akhir bulan, setidaknya paling kecil dia bisa menyisihkan satu juta rupiah untuk masuk ke rekening lainnya sebagai tabungan. Karena dulu, sebagian besar gajinya hanya digunakan untuk rokok dan top up game online. Sedangkan untuk Rasti dan Faiz, dia cukup dengan hanya menyisihkan lima ratus ribu. Dua ratus untuk token, gas dan minyak. Sementara tiga ratus ribu,
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

PINDAH RUMAH

Begitu Bu Angga pergi meninggalkan warung, semuanya masih terdiam. Mereka bingung harus memulai dari mana.Arfan dan Ahmad yang tidak menyangka bahwa selama ini Rasti menyimpan masalah rumah tangganya tanpa terlihat sama sekali.Sementara Rasti, tidak tahu harus memulai dari mana. Bukan kewajibannya juga untuk menjelaskan tentang perceraiannya."Jadi, kamu sudah bercerai, Ras?" tanya Sulastri pelan, melihat ketiganya membisu.Khawatir Rasti tak mau bicara, Ahmad dan Arfan memilih pura-pura sibuk. Meski begitu, keduanya tetap menyimak percakapan Rasti dan Sulastri."Iya, Bu ...," aku Rasti.Jawabannya tentu membuat Ahmad dan Arfan saling melempar pandangan. Seolah mereka berbicara melalui tatapan mata."Terus sekarang tinggal di mana?" lanjut Sulastri."Tadinya saya sama Faiz tinggal sama adik ipar saya, Bu. Tapi hari ini rencananya kami mau pindah ke kontrakan."
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

KEJUTAN

"Saya nggak tahu nomornya berapa, Bang. Di sini baru ada nomor Wita saja.""Eh, kebetulan. Boleh saya minta sekalian?" Ahmad begitu bersemangat."Silahkan Bang Ahmad! Jangan lupa perkenalkan diri dulu kalau mau menghubungi."Mata Ahmad bersinar. Tingkahnya seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan kesukaannya."Nah, ini nomor aku dan juga ada nomor Arfan. Yang namanya Faiz ini, itu nomor Mbak Rasti. Siapa tahu ada yang minta nanti. Asal jangan laki-laki, ada yang marah nanti."Untuk kesekian kalinya candaan Ahmad membuat situasi terasa canggung. Sulastri pun semakin yakin dengan pemikirannya. Siapkah dia menerima menantu yang tidak sesuai dengan kriterianya?***Di toko perabot, Rasti membuka amplop gaji yang dia terima. Tujuh ratus lima puluh ribu. Jumlah uang yang cukup banyak bagi Rasti yang selama ini jarang sekali memegang uang dalam jumlah besar
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status