“Damar!!” Laras menjerit, mencoba menariknya. Pria yang tadi bersuara, segera berlari mendekat. Tanpa ragu, ia mengayunkan benda di tangannya—sebuah golok tajam untuk memutus jeratan sulur. Sepertinya, pria itu sudah menyiapkannya, dan akhirnya kaki Damar bisa terlepas dari lilitan. Setelah Damar mampu berdiri kembali, kembali pria itu mengangkat obor dengan nyala api berwarna biru. Api itu menyala aneh, berdesir seolah hidup. “Sialan kalian! Pergi!” pria itu mengayunkan obor ke udara, dan seketika, suara jeritan panjang terdengar. Damar tak menunggu lebih lama. Ia berdiri, menarik Rani dan Laras, lalu berlari menjauh bersama pria itu. Begitu melewati ambang pintu, hawa dingin yang menusuk langsung menghilang, digantikan oleh udara malam yang jauh lebih segar. BRAK! Pintu rumah tertutup sendiri dengan keras di belakang mereka. Hening... Pocong-pocong yang tadi memenuhi halaman kini menghilang, seolah tak pernah ada. Rumah itu kembali sunyi, gelap, berdiri di antara pepo
Terakhir Diperbarui : 2025-02-08 Baca selengkapnya