Home / CEO / Tukar Ranjang / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Tukar Ranjang: Chapter 11 - Chapter 20

25 Chapters

Bab. 11

"Dia minta harta gono-gini padamu?" teriak Asna tak percaya. Leya hanya menjawab dengan anggukan kepalanya yang lemah. Kepalanya sudah mau pecah dengan segala permasalahan yang ada. Belum lagi urusan pekerjaan yang semakin membuatnya tertekan. Leya menenggak orange jus yang masih tersisa di gelas panjangnya. Menu makan siang yang menjadi vaforitnya kini tak begitu menggugah selera. "Benar-benar lelaki tak tahu malu. Aku heran seberapa bodohnya dirimu. Apa yang kamu lihat darinya dulu hingga bersedia menerimanya menjadi suamimu?" celetuk Asna mengungkit masa lalu. Leya menghela napas panjang. Cinta membutakan mata hati dan pikirannya. Dulu leya pikir dengan saling mencinta saja sudah cukup untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Ekonomi tak menjadi tolak ukur untuknya karena sebagai wanita mandiri dirinya memiliki karier yang bagus, bisa menjadi penunjang ekonomi rumah tangga mereka jika Abram tak mampu untuk memenuhinya. Nyatanya Abram tak cukup setia untuk menjaga janji suci
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab. 12

Ibarat perang, Leya hanya mempunyai dua pilihan. Pergi laksanakan perintah atasan atau mundur dan mempersiapkan surat pengunduran diri. Tentu Leya memilih untuk tetap maju daripada menjadi pengangguran. Gedung pencakar langit dengan sembilan anak cabang yang tersebar di beberapa kota dan berkembang pesat. Gedung yang dia masuki menjadi gedung yang paling di impikan sebagian masyarakat terutama kaula muda. Setiap tahunnya selalu ada ribuan surat pelamar yang datang ke perusahaan itu walaupun perusahaan tersebut tidak membuat lowongan pekerjaan. "Ada apa, Bu? Kenapa wajah ibu Leya terlihat kusut?" tanya Kevin. Hari ini lelaki itu ditugaskan untuk menjadi asistennya. "Tidak ada. Ayo lanjut jalan." Leya tak ingin menjawab pertanyaan lelaki berambut ikal itu. Mempresentasikan proposal yang dia buat di hadapan lelaki bermata elang yang menatapnya tajam itu. Tatapannya begitu menusuk membuatnya tak nyaman. Waktu terasa berjalan begitu lambat. Dirinya seakan tengah menunggu e
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab. 13

Arsya bergegas mendekati Leya. Tangannya terasa begitu ringan terayun ke wajah mulus wanita cantik yang tengah mengenakan kemeja biru langit dengan belahan dada yang cukup rendah. Size pres body dipadu rok span selutut memamerkan lekuk tubuhnya yang indah. Amarah Arsya semakin meradang, dia menganggap Leya sengaja mengenakan pakaian itu untuk menggoda mantan suaminya. Leya memegang pipi kanannya yang kini terasa panas, tapi belum sepanas hatinya yang kian mengelegak. Atas dasar apa dirinya harus menerima tamparan yang menjatuhkan harga dirinya. Baru saja Nirwan hendak bertindak, skor satu sama antara dua wanita itu pun tercetak setelah tangan Leya dengan cepat terayun membalas perlakuan Arsya padanya. "Kau berani menamparku?" Arsya tak terima. Dia menatap Nirwan sekilas berharap mantan suaminya masih memiliki rasa kasihan padanya. Tapi sayang, harapannya langsung sirna saat lelaki itu justru bergeming menatap Leya khawatir. "Tentu, bahkan aku berani memberikan sepuluh kali
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab. 14

"Kenapa belum pergi!" Suara Nirwam yang cukup tajam menarik kesadaran Leya. Entah apa yang dipikirkan gadis itu. "Tentang pengajuan dari perusahaan Saya?" "Pergilah!" Nirwan mengibaskan tangannya tanpa berbalik sebagai kode untuk mengusir Leya dari ruangannya. Dirinya sedang tak berminat membahas pekerjaan, apalagi pekerjaan yang sudah dia tolak mentah-mentah dari awal. "Susah sekali berurusan dengan lelaki ini." Leya mendengkus di dalam hatinya. Tak hanya kesal, dia pun bingung harus berbuat apa agar lelaki yang masih membelakanginya itu mau memberikan kontrak kerja untuk perusahaannya. "Tolong jangan campur adukkan masalah di antara kita dengan pekerjaan. Apa anda masih mencintai istri Anda?"Nirwan menajamkan matanya kemudian berbalik menatap Leya. Alis lebat itu bersusun seperti semut dengan ribuan pasukan yang saling berhadapan membentuk dua kubu yang siap berperang. Hidung bak perosotan anak tk itu tampak begitu serasi bersanding dengan rahang yang tegas. Sempurna tanpa ca
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab. 15

Setelah makan siang, Cataleya kembali ke kantor dengan tak bersemangat. Ruang kerjanya tak terlalu besar dan bersekat antara satu meja dengan meja yang lainnya. Baru saja Leya duduk, panggilan dari teman sekantor menarik perhatiannya. "Kamu dipanggil Pak Thomas ke ruangannya." "Dipanggil kenapa?" tanya Leya sekedar memastikan. Walau sebenarnya dia juga tidak yakin alasan lelaki galak itu memanggil dirinya. "Gak tahu aku. Temui saja langsung, gih!" Siska langsung berlalu dari ruangan Leya setelah melaksanakan tugasnya. Helaan napas panjang terdengar mengusik kesunyian. Tubuhnya terasa enggan beranjak dari atas kursi. Hari ini terasa begitu berat, Dewi keberuntungan yang selalu ada di dekatnya seskan pergi meninggalkannya bersama sakit hati yang ditorehkan mantan suami serta sahabatnya itu. "Baiklah. Ayo semangat, hari ini tinggal beberapa jam lagi. Aku pasti bisa melewatinya," seru Leya menyemangati dirinya sendiri, itu sangat penting saat tak ada siapa pun yang bisa
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab. 16

Lilin kecil hidup di beberapa sudut kamar mandi, selain sebagai aroma terapy juga berfungsi sebagai penerangan.Cataleya merealisasikan ucapannya tadi. Berdiam diri di kamar manda seraya bersandar di dalam bathtub yang diberi cairan khusus dan juga taburan kelopak bunga mawar merah serta minyak esensial. Matanya menatap dalam layar yang dia susun di ujung kaki, menampilkan gambar adegan romantis dari sepasang kekasih yang dimabuk cinta. Diteguknya secara perlahan cairan merah di gelas yang ada dalam genggamannya. Leya cukup paham agama sehingga dirinya tak akan menyentuh minuman beralkohol. Cairan dalam gelasnya tak lebih dari sirup beraroma choco pandan yang warnanya menyerupai anggur."Bodoh! Terlalu mudah luluh dengan kata manis!" gumamnya mengomentari dengan geram. Dirinya seakan tersindir dengan alur cerita yang hampir mirip kisah hidupnya kini. Ponselnya berdering, memaksa dirinya mengalihkan pandangan dari layar monitor ke benda pipih yang dia letak tak jauh dari bathtub.
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab. 17

Cataleya pergi ke hotel bintang lima yang cukup besar dan terkenal dengan sebuah harapan di hatinya. Dia tidak datang ke sana untuk chek in, melainkan untuk bertemu dengan seseorang yang telah membuat janji dengannya.Pintu restoran mewah itu dibukakan oleh pelayan dan langsung mempersilakan Leya masuk. Meja nomor 6 menjadi tujuannya. Di sana sudah duduk seorang lelaki. Melihat postur tubuh lelaki itu dari belakang, Leya begitu yakin jika itu bukanlah lelaki yang dia harapkan. "Hallo Nona Cataleya." Federick berdiri dan mengulurkan tangannya saat Leya sudah berdiri di hadapannya dengan perasaan kecewa. "Kenapa anda, Pak Federick?" tanya Leya tak lupa membalas uluran tangan lelaki berambut keriting itu.Mereka berdua pun kembali duduk. Frederick memanggil pelayan dan memesankan makanan setelah mendapatkan konfirmasi dari orang yang bersangkutan tentang menu makanan apa yang mau dimakannya."Kenapa anda yang datang ke sini pak Federick. Kenapa bukan Pak Nirwan saja?" tanya Leya langs
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab. 18

Lelaki berambut panjang yang terikat di belakang menyerupai ekor kuda itu menyerahkan segelas cocktail pada Leya. Jika biasanya minuman sejenis cocktail mengandung alkohol, tapi yang ini tidak melainkan soda sebagai penggantinya.Dia mulai santai menikmati minumannya secara perlahan. Rasa buah-buahan terasa menyegarkan di mulutnya serta sedikit rasa pahit yang menggetarkan lidah.Sepasang mata liar yang sedari tadi memperhatikannya pun mulai mendekat. Duduk di samping Leya dan mulai mengajaknyaa berbincang. "Sendirian saja? Mau aku temani?" suara basnya terdengar menggoda di telinga. Leya melirik sekilas. Dia langsung menunjukkan ekpresi tak berminat membuat lelaki itu menjadi semakin tertantang. Siapa yang tak tergoda dengan wajah cantik serta lekuk tubuh indah di balik dres yang dia kenakan walau dengan potongan yang tak terlalu ketat."Sombong banget sih cantik. Sendirian di tempat seperti itu tidak menyenangkan." Lelaki itu mulai bertindak nakal. Tangannya mengelus dagu Leya
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab. 19

Cahaya matahari merambat masuk melalui jendela. Mata sayu dengan bulu lentik itu terbuka perlahan. Aroma antiseptik dan obat-obatan tercium begitu pekat di indra penciumannya. Hal yang tampak pertama kali di mata Leya adalah langit-langit putih di mana ada tiang tinggi yang tergantung tabung infus. Kepala Leya terasa begitu berat hanya sekedar untuk menoleh. Suara lirih pun terdengar begitu memprihatinkan. "Jangan banyak bergerak! Istirahatlah dulu, kamu belum benar-benar pulih!" Suara itu terdengar begitu lirih di telinga. Ada getar kepanikan yang tertangkap."As-na, air," pinta Leya susah payah. Tenggorokannya terasa begitu kering.Wanita yang tak lain adalah Asna langsung menyodorkan pipet ke mulut Leya. Leya merasa lega saat cairan bening itu perlahan masuk dan membasahi tenggorokannya. "Bagaimana bisa aku berada di sini? Siapa yang menolongku?""Kalau bukan di tempat ini, lalu kamu maunya di mana? Kau membuat jantungku hampir berhenti. Aku tak akan bertanya banyak hal padamu
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab. 20

"Mau kemana lagi kamu? Apa tak bisa sehari saja tak keluar rumah?" Suara bass Abram terdengar menggema di rumah petak kecil yang mereka sewa. Dia menatap istrinya tak suka. Meja makan yang seharusnya tempat terhidangnya makanan justru dipenuhi peralatan make up yang berserakan. Arsya sudah cantik dengan pakaian terbaiknya. Make up dari brand ternama juga sudah melekat di wajahnya. "Gak bisa! Daripada sibuk mengomel jam segini, lebih baik kamu pergi keluar cari kerja atau apalah, Mas. Cari duit sana yang banyak!" "Lancang sekali kamu berkata seperti itu padaku. Aku suamimu, bukan tuyul pencetak uangmu!""Suami? Suami yang mau bergantung hidup sama istrinya maksudmu? Cuih! Aku tak sudi. Aku bukan Cataleya yang bodoh itu, ya Mas!" "Arsya!" Mata Abram semakin menyala. Darahnya semakin mendidih dengan kedua tangan yang terkepal di kedua sisi. Ucapan Arsya terasa melucuti harga dirinya sebagai seorang lelaki. Sejak tinggal bersama dan Abram tak lagi bisa memenuhi keinginannya, sikap
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status