Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Mencintai Seorang Climber: Chapter 71 - Chapter 80

117 Chapters

bab 70. Jangan Menghindar Terus

Wati menjelaskan, “Dulu aku Store Manager di outlet kita yang di Jalan Riau. Nah, aku terkadang bertemu Lyla kalau ada rapat antar para pengelola tempat usaha di Jalan Riau. Yaaah, pokoknya aku memang mengenal semua pengelola tempat usaha di Jalan Riau, tapi nggak terlalu akrab.”“Kok, pagi-pagi dia datang ke rumah Mbak Wati?” Maryam penasaran.“Lyla cuma minta saran untuk mengatasi kenyinyiran Pak Jacob, yang punya kafe dan toko kue. Kita pernah makan lumpia dan minum cendol di kafe Pak Jacob.”“Oh… iya. Apakah Pak Jacob itu nyinyir?”“Memang nyinyir. Urusan parkir, sampah, suara musik yang terlalu keras… pokoknya segala macam dijadikan bahan perdebatan oleh Pak Jacob. Aku nggak pernah terlalu bermasalah dengan pria tua itu, butik kita letaknya agak jauh dari kafenya Pak Jacob. Tapi bridalnya Lyla tepat berada di sebelah kafe Pak Jacob, jadi … begitulah, selalu ada keributan kecil dengan tetangga dekat.”Maryam terdiam, merasa ingin terus bertanya tentang Lyla, namun lidahnya tak san
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

bab 71. Batal

Marco menatap Maryam. “Maryam, aku ingin kita tetap pada rencana semula. Aku ingin menikah denganmu sesuai dengan waktu yang sudah disepakati oleh keluarga kita.”Maryam malah gusar. “Lalu bagaimana dengan wanita itu? Akan tetap juga sebagai wanita simpanan kamu, setelah kita menikah nanti?!” “Berhentilah membahas soal orang lain!” “Tapi aku ingin tahu, apa hubunganmu dengan wanita yang bernama Lyla itu? Sudah sejak kapan? Jangan-jangan, sudah bertahun-tahun ya?” “Nggak ada hubungan apa-apa!” “Tapi kenapa kamu ada di hotel bersama wanita itu?” “Aku memang pergi ke Hotel Paradise pada hari Rabu malam itu, tapi bukan untuk berkencan dengan wanita itu! Apakah semua orang yang check in di hotel, selalu diartikan datang ke tempat itu buat berkencan?” “Jadi buat apa kamu ke hotel?”“Aku ada urusan dengan orang lain, dan wanita itu juga ada urusan dengan orang lain lagi!” “Kalau kamu nggak ada hubungan apa-apa dengan wanita itu, kenapa kamu yang harus bersaksi di kantor polisi? Kena
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

bab 72. Empat Orang Pria

Satpam yang bekerja di Pink Flower Bridal and Salon, bersaksi kepada polisi, bahwa dia pernah mendengar Sobar menyebutkan nama beberapa orang kenalannya yang tinggal tak jauh dari kawasan Jalan Riau. Akan tetapi satpam itu tidak tahu, apakah teman-temannya Sobar itu pernah menginap di bridal, atau cuma berkunjung sebentar.Kesaksian dari Jacob lebih detail lagi. Karena kafe milik Jacob letaknya tepat di sebelah Pink Flower Bridal, membuat Jacob bisa melihat banyak hal yang terjadi di bridal itu, saat bridal belum buka. Jacob biasa membuka kafenya pada pukul enam pagi, untuk melayani pesanan antar ke rumah pelanggan rotinya. Hampir setiap hari Jacob melihat beberapa orang keluar dari pintu belakang bridal, pada kira-kira pukul 07:30. Jacob bahkan bisa menggambarkan ciri-ciri beberapa orang yang sering dilihatnya meninggalkan bridal setiap pagi. Dengan kesaksian itu, polisi menyimpulkan, bahwa hampir setiap malam ada beberapa orang yang menemani Sobar untuk jaga malam.Dengan berbekal
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

bab 73. Izin Keluar Kerja

Di kantor sebuah butik, ada percakapan antara dua orang di bagian administrasi.“Apa? Mau mengundurkan diri? Tapi… kenapa?” Wati terbelalak.“Maryam, ada yang menyakiti kamu, di kantor ini? Ada yang bicara nyinyir, sehingga membuat kamu sakit hati? Ada yang terang-terangan memperlihatkan sikap tidak suka, melihat kamu sebagai pegawai baru langsung jadi staf di sini?” “Tidak ada pegawai di sini yang menyakiti saya. Tapi… saya ingin berhenti, saya ingin bekerja di Cirebon saja, supaya dekat dengan keluarga.” “Kamu bisa menengok keluarga seminggu sekali. Tapi nggak perlu keluar kerja!” Wati berusaha menasehati. “Cari kerja sekarang susah banget lho!”“Saya tahu Mbak….”“Jadi mending kamu bertahan dulu di sini, sampai dapat pekerjaan baru!”“Saya nggak bisa, Mbak….”“Jadi kamu betul-betul sudah nggak mau bekerja di sini?”Maryam mengangguk dengan berat hati. Wati menatap Maryam. Yang ditatap segera menunduk.“Baiklah Maryam, aku nggak bisa menahan orang yang sudah nggak ingin kerja di s
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

bab 74. Pengganti Maryam

Marianne Wiratama menatap putranya yang sedang makan di meja dekat dapur. Baru saja Marianne datang ke rumahnya, untuk menegaskan kabar yang kemarin siang diberitakan oleh putranya.“Batal, atau diundur?”“Batal.” jawab Marco untuk ketiga kalinya. “Papa juga sudah kuberi tahu. Aku juga sudah bicara dengan kerabat kita yang di Cirebon, supaya membatalkan semua pesanan yang menyangkut urusan pernikahan.”“Tapi kamu sudah bayar uang muka buat gedung dan catering.” gumam Marianne, “baju pengantin juga sudah selesai dijahit.”“Uang muka sudah diambil lagi dari pengelola gedung dan pihak catering, tapi dipotong biaya pembatalan sebesar 25 persen dari uang muka yang sudah aku bayarkan. Maaf Ma, kalau aku membuat Mama kecewa, dan merasa dirugikan.” Marco memperkirakan uang yang amblas itu… mungkin sekitar 30 juta, sebagai cancelation fee. Baju pengantin belum dihitung berapa biayanya, karena dibuat di butik mamanya.“Kenapa kamu berubah pikiran, Marco? Bukankah waktu kita melamar Maryam, kamu
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

bab 75. Nikah Siri

“Maryam, ada yang mau kutanyakan.” Wati duduk di sebelah Maryam, di ruang administrasi butik. Maryam menghentikan pekerjaannya mengecek laporan penjualan.“Kenapa kamu nggak pernah bilang, kalau kamu ternyata adalah calon menantunya Ibu Marianne?’ bisik Wati.“Nggak perlu lagi Mbak, semuanya batal.” jawab Maryam pelan.“Ya, aku tahu soal batal itu, dari Ibu Marian. Tapi… aku nggak menyangka kalau kamu punya hubungan dengan putranya Ibu Marian, nyaris menikah lagi.”“Sudah deh Mbak, jangan membahas masalah itu lagi.”“Ya, ya, kalian batal menikah kan?’ gumam Wati. “Apakah keluarga mereka nggak setuju dengan kamu? Maaf kalau aku bertanya seperti ini. Soalnya… dulu, enam tahun lalu, saat aku mulai kerja di butik ini, putranya Ibu Marian pernah pendekatan sama aku. Tapi kayaknya waktu itu Bu Marian nggak suka anaknya mendekati pegawai butik.”“Oh ya?” Maryam menoleh lagi pada Wati.“Eh, jangan salah paham Maryam. Bukan Marco yang waktu itu pendekatan sama aku. Kalau Marco kan, waktu itu m
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

bab 76. Mobil Hitam di Tengah Malam

Polisi kembali menjemput Kardun, Uday, Bento dan Jajang untuk diinterogasi. Mulanya mereka terus saja bicara berbelit-belit, untuk menghindari pertanyaan penyidik tentang kepergian mereka dari rumah Bento yang dijadikan arena main gapleh. Akan tetapi setelah beberapa jam masing-masing dari mereka ditanyai di ruangan terpisah, akhirnya mereka mengaku. Memang pada hari Rabu malam setelah pertandingan Persib Junior di Stadion Siliwangi, mereka berkumpul di rumah Bento. Namun kemudian, mereka keluar dari rumah Bento, untuk mendatangi Pink Flower Bridal. “Tapi sumpah Pak, kami datang ke bridalnya Ibu Lyla itu, bukan buat merampok…. Apalagi membunuh Sobar.” “Jadi mau apa kalian ke sana, hah?!” tanya Iptu. Ekky. “Mau lihat-lihat doang, Pak….” “Lihat-lihat kalau suasana sudah aman, sudah nggak ada petugas siskamling yang lewat, sehingga kalian bisa merampok bridal itu kan?!” bentak Iptu. Ekky, yang sudah lama hilang kesabarannya menghadapi keempat preman kampung itu. “Nggak Pak, s
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

bab 77. Mobil Siapa?

Para penyidik dari Polrestabes Bandung sedang membahas kasus pembunuhan di bridal milik Lyla.Iptu. Ekky bicara, “Pada malam itu Sobar tidak mau ditemani oleh Bento dan teman-temannya, mungkin karena Sobar berniat menjarah harta majikannya.”Ekky memberi perintah pada anak buahnya yang membantu penyidikan. “Panggil petugas siskamling di daerah itu. Jika benar ada mobil hitam yang parkir cukup lama di dekat halaman bridal, seharusnya para petugas siskamling melihat juga, tapi kenapa mereka tidak merasa curiga?”Beberapa jam kemudian datanglah tiga orang pria ke kantor polisi. Ketiga pria itu adalah petugas siskamling yang bertugas memeriksa keamanan lingkungan di kawasan Jalan Riau, pada hari Rabu malam, saat listrik padam.“Ya, kami melihat mobil itu Pak, Avanza hitam, atau mungkin biru tua, parkir dekat bridal milik Ibu Lyla.” jawab mereka akhirnya.“Apakah itu mobil milik Ibu Lyla?”“Bukan Pak. Mobil punya Ibu Lyla adalah sedan warna putih.”“Jadi benar malam itu ada mobil parkir de
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

bab 78. Body Care Center

Body Care Center Paradise, terletak di bagian belakang Hotel Paradise on The Hill. Pemandangan di siang hari sangat indah, dengan bukit dan gunung tampak di kejauhan, dan di sekitar lokasi tersebut beraneka bunga bermekaran. Body care center itu memang dikelilingi oleh taman bunga dan kolam. Udara pegunungan yang sejuk, serta aroma bunga nan harum, adalah terapi alami bagi kaum eksekutif yang ingin melakukan relaksasi di tempat itu. Sembari menikmati fasilitas perawatan tubuh, berupa spa, sauna, lulur, pijat, manicure, pedicure, dan perawatan wajah serta rambut. Bayangkan, betapa nyamannya dipijat sambil menikmati suara gemericik air dan kicau burung di taman itu.Pada malam hari, body care center itu tetap diminati pengunjung. Para eksekutif yang tak punya waktu senggang di siang hari, dapat memanfaatkan waktu luangnya di malam hari untuk melakukan perawatan tubuh. Peminatnya memang mayoritas wanita, tapi bagi pria pun sudah ada tempat khusus body care yang terpisah dari tempat wanit
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

bab 79. Permintaan Marco

Maryam membuka pintu kamarnya, menyapukan debu dari dalam kamar, lalu sekalian menyapu teras. Setelah itu kamar dipel. Kegiatan rutinnya setiap pukul enam pagi, setelah mencuci pakaian. Namun, pagi itu dia tertegun, saat baru saja selesai mengepel kamar, dia melihat Marco berjalan di koridor antara kamar-kamar kos, memasuki teras bagian belakang rumah kos itu. Kamar Maryam ada di bagian belakang, dekat dengan tempat menjemur pakaian. Maryam yang sedang ada di teras kamar, tidak bisa menghindar dari Marco.“Mau apa ke sini?” tanya Maryam.Marco berdiri di hadapan Maryam. “Aku dengar, kamu mau keluar kerja dari butik? Sudah dapat pekerjaan baru?”“Belum….”“Jadi kenapa kamu keluar? Terus nanti mau ngapain? Cari kerja sekarang kan, susah!” Marco geleng-geleng kepala. “Begini saja Maryam, kalau misalnya kamu sudah nggak betah kerja di sana, ya usahakan dulu mendapat pekerjaan baru, setelah dapat, baru keluar. Supaya kamu nggak nganggur lama.”Maryam baru mau buka mulut untuk menjawab, ta
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status