Home / Rumah Tangga / Mencari Suamiku yang Hilang / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mencari Suamiku yang Hilang: Chapter 11 - Chapter 20

29 Chapters

Spesial untuk Alisa

Alisa dan Amira. Mereka berdua menyiapkan makan malam untuk bersama. Sedangkan Nikil asik mengobrol bersama dengan Farel. Membicarakan masalah pekerjaan di rumah sakit. Nikil minta saran dan pendapat sahabatnya itu. Apakah dia harus menolong atau menerima di tugaskan di Bali. Karena sejatinya pria itu sudah merasa nyaman bekerja dekat dengan tempat tinggalnya sendiri. "Menurut kamu bagaimana?" Tanya Nikil. 'Semua terserah kamu sendiri. Kalau kamu siap ya terima saja. Siapa tahu kamu nanti ketemu jodoh di sana." Jawab Farel. Pria itu malah menggodanya. "Kamu ini. Tau sendiri kan? Lima tahun aku belum bisa move on darinya. Apalagi sekarang dia sudah mulai dekat denganku. Aku tidak bisa meninggalkan dia sendirian." Ucap Nikil. "Iya sih. Sebenarnya aku senang kalian bisa dekat dan akrab. Tapi aku takut kalau nanti kamu kecewa lagi." Farel mengkhawatirkan nasib Nikil nantinya. "Mungkin aku harus merelakan lagi. Karena kebahagiaanku. Itu bisa melihatnya bahagia." Nikil berucap lagi
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Pergi Ke Bali

Pagi ini. Nikil datang ke rumah Alisa untuk menjemput Amira. Pria itu juga ikut sarapan bersama kedua pemilik rumah itu. Kemudian pergi berangkat ke rumah sakit bersama dengan Amira. Di perjalanan. Mereka mengobrol seperti biasa. Nikil juga memberanikan diri untuk mengatakan kalau dirinya di tugaskan ke Bali. Dan akan mengajak Amira ikut bersamanya. "Mir. Minggu depan aku harus pergi ke Bali." Ucap Nikil. Mendengar kata Bali. Amira kembali teringat akan suaminya yang hilang di Pulau Dewata itu. Air matanya menetes dan dalam diam wanita itu terisak-isak. "Kamu kenapa Mir? Aku tidak akan pergi sendiri. Aku akan mengajakmu pergi ke sana. Kamu jangan sedih!" Ucap Nikil. Pria itu mengira. Amira menangis karena tidak mau di tinggalkan olehnya. "Maksud Dokter. Aku ikut berlibur ke Bali bersama dengan Dokter?" Tanya Amira. "Bukan berlibur. Tapi aku di tugaskan di sana." Jawab Nikil. "Maaf Dok. Saya tidak bisa." Amira menolaknya. "Lalu siapa yang akan membantuku di sana?" Tanya
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Tinggal Seatap

"Kenapa kamu tidur di sini?" Tanya Amira. "Ini kan kamarku. Aku mau istirahat. Memangnya kenapa?" Nikil balik bertanya. "Tadi kamu bilang. Ini kamarku." Protes Amira. "Iya memang. Tapi aku juga pilih kamar yang ini. Kita bareng sekamar saja ya!" Nikil mulai berani menggoda Amira. Pria itu merasa bebas karena wanita itu tinggal seatap bersamanya. "Jadi maksud kamu mau berbuat jahat denganku?" Amira menuduh pria di hadapannya itu akan berbuat jahat pada dirinya. "Tentu saja tidak. Aku hanya ingin menjagamu. Kalau kita sekamar. Aku bisa menjagamu setiap waktu." Jawab Nikil. "Tidak perlu. Aku pindah ke kamar yang lain saja." Amira menjawab sambil menyeret kopernya. Membawanya ke kamar sebelah. Wanita itu mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Karena seharian duduk di pesawat. Tubuhnya seperti pegal semua. Pagi hari. Amira bangun lalu membersihkan dirinya. Kemudian pergi ke dapur. Wanita itu berniat untuk membuat masakan. Tapi saat melewati ruang makan. Di meja sudah tersa
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Rumah Sakit Baru

"Iwa. Apa tuan sudah makan?" Tanya Amira. "Sudah nyonya. Baru saja piringnya saya bawa ke dapur." Jawab Iwa Kadek. Amira makan malam sendirian. Rasanya ada yang berbeda. Sikap Nikil yang mendiamkannya. Membuat dirinya kembali merasa bersalah. Setelah selesai makan. Amira meminta tolong pada Iwa Kadek untuk membereskan meja makan. Dia tidak berani pergi ke dapur sendiri. Karena Nikil sudah melarangnya. "Iwa. Tolong beresin meja makan ya! Saya sudah selesai." Titah Amira. "Iya nyonya. Ini memang sudah tugas saya." Jawab Iwa Kadek. Amira bangkit dari duduknya. Hendak pergi menuju ke kamarnya. Tapi di panggil oleh asisten rumah tangganya. "Tunggu nyonya!" Ucap Iwa Kadek. "Ada apa Iwa?" Amira berbalik menghadap pada wanita paruh baya itu lalu balik bertanya. "Tadi tuan menyuruh saya memberikan ini buat nyonya." Ucap Iwa Kadek sambil memberikan kotak kecil berwarna merah. "Apa ini Iwa?" Tanya Amira. "Saya tidak tahu. Tapi tadi tuan berpesan. Besok sudah mulai bekerja."
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Jalan-jalan

"Terimakasih sudah membuatku semangat lagi. Kalau begitu. Sebagai ucapan terimakasihnya. Aku ajak kamu jalan-jalan dan makan malam di luar.' Ucap Nikil. "Jalan-jalan?" Tanya Amira. "Iya. Kamu mau kan?" Amira tidak menjawab. Tapi wanita itu menunduk. Dan Nikil menganggap bahwa Amira setuju dengan ajakannya. "Kalau begitu kamu istirahat dulu. Nanti malam kita pergi." Ucap Nikil. Kemudian pria itu pergi menuju ke kamarnya. Saatnya pergi untuk jalan-jalan. Nikil sudah siap dengan kaos biru lengan pendek dan celana jeans panjang berwarna biru juga. Serta jaket dengan warna senada. Amira masih duduk berdiam diri di kamarnya. Wanita itu pergi jalan-jalan di luar sana. Takut kejadian yang serupa terjadi pada Nikil. Dia takut jika nanti Nikil juga akan pergi meninggalkan. "Kamu belum siap?" Tanya Nikil saat melihat Amira masih berpakaian yang tadi. "Bagaimana kalau kita makan di rumah saja?" Tanya Amira. "Kenapa? Kamu sakit?" Nikil balik bertanya. "Tidak. Tapi aku takut."
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Lebih Dekat

Tak berapa lama. Dokter cantik yang bernama Karina itu keluar dari ruang perawatan. Kemudian meminta Nikil untuk masuk ke ruangannya. "Dokter Nikil. Bisa kita bicara sebentar?" Ucap Dokter Karina. "Iya Dok." Jawab Nikil. Kemudian pria itu masuk ke ruangan itu. "Apa yang terjadi dengan istri saya Dok?" Tanya Nikil panik. "Anda juga seorang Dokter kan. Pastinya anda juga tahu bagaimana cara menjaga seorang yang sedang hamil. Fikirannya harus selalu tenang. Jangan sampai berfikir yang terlalu berat." Ucap Dokter Karina. "Maksud Dokter. Tekanan emosional yang tidak baik?" Tanya Nikil. "Ya seperti itu. Tapi maaf ya Dok. Bukannya saya mau ikut campur urusan rumah tangga Dokter nih ya. Tapi lebih baik. Jangan sampai ada masalah yang membuat istri Dokter jadi terbebani fikiran. Karena itu bisa membahayakan janin dan juga istri anda sendiri loh Dok. Dokter sendiri sudah tahu itu kan?" Ucap Dokter Karina panjang lebar. "Iya. Saya mengerti itu." Jawab Nikil. "Sementara istri Dokt
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Kecelakaan

Amira minum obat setelah Nikil pergi. Wanita itu merasa bersyukur. Karena sudah di pertemukan dengan sosok Dokter tampan dan sangat baik itu. Dia merasa. Kalau perhatian Nikil lebih dari sekedar Dokter dan asistennya. Bahkan perhatian pria itu juga sudah seperti seorang suami yang sangat mengerti pada istrinya. "Kamu sudah minum obat siang ini?" Nikil tiba-tiba sudah berada di depan pintu ruangan Amira. Tanpa permisi dan berbasa-basi. Pria itu langsung menanyakan tentang obatnya. "Dokter? Sejak kapan berada di situ?" Tanya Amira. "Itu tidak penting. Yang paling penting itu. Kamu harus minum obat tepat waktu. Dan jangan lupa banyakin makan yang sehat." Ucap Nikil. "Iya Dok. Saya sudah minum obat barusan." Jawab Amira. Nikil duduk di kursi sebelah tempat tidur Amira. Pria itu memegang tangan wanita yang sedang berbaring di depannya. Mengecek suhu badannya. "Panasnya sudah turun. Jaga kesehatanmu ya!" Ucap Nikil. "Iya Dok." Jawab Amira. "Apa Dokter yang bertugas merawat
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Pulang Ke Rumah

Nikil mencari tahu tentang siapa sebenarnya Nicolas. Dan ternyata benar apa yang di duga oleh Dokter Indra. Nicolas adalah Amar suaminya Amira. Amar tertabrak saat sedang berjalan sambil menelfon. Karena tidak ada sinyal. Pria itu mencari sinyal di luar. Nikil tidak menceritakan pada Amira. Karena dia takut kalau wanita yang di cintainya itu akan kembali pada suaminya. "Dokter?" Panggil Amira dengan lirih. Wanita itu baru saja siuman. Nikil yang sedang melamun di samping Amira. Pria itu terkejut melihat wanita di depannya sudah tersadar. "Amira. Kamu sudah siuman?" Ucap Nikil sambil tersenyum bahagia. "Perutku Dok." Amira menangis dengan masih berbaring di ranjang pasien. Wanita itu memegang perutnya yang kembali rata. "Kamu akan baik-baik saja. Nanti sakit di perutmu akan segera sembuh." Nikil menenangkan Amira. Pria itu mengelus rambut kepala wanita itu dan tanpa sadar dia juga mencium keningnya. "Bayiku Dok?" Amira kembali menangis. Wanita itu merasa kalau bayi di dalam per
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Sikap Amira

"Ini kan rumahku. Terserah akulah." Ucap Nikil. Amira tidak bertanya lagi. Wanita itu menuju ke ruang tamu dan berdiri di samping jendela. Membuka jendela dan menatap ke arah luar. Nikil mengikutinya. Pria itu duduk di sofa sebelah tempat Amira sedang berdiri. Dia mengawasi setiap apa yang di lakukan oleh wanita itu. "Kenapa berdiri di situ?" Tanya Nikil. "Mencari udara segar." Jawab Amira tanpa menoleh ke arah Nikil. "Udara malam itu dingin. Bukan segar." Ujar Nikil. Amira tidak menjawab apapun. Wanita itu tetap menatap ke arah yang sama. "Tutup jendelanya!" Titah Nikil pada Amira tapi wanita itu tidak melakukannya. Karena Amira tidak menuruti perintahnya. Nikil bangkit lalu mendekati wanita itu. Dan menutup kembali pintu jendela yang terbuka. "Istirahatlah! Kembali ke kamarmu?" Titah Nikil lagi. Bukannya pergi ke kamarnya. Amira malah duduk di sofa. Wanita itu masih tetap diam dan seperti tidak menganggap keberadaan Nikil di dekatnya. "Kamu kenapa?" Tanya pri
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Kebenaran

"Terima kasih ya." Ucap Nikil setelah selesai makan. "Untuk apa?" Tanya Amira. "Untuk masakanmu dan untuk senyumanmu." Jawab Nikil kemudian dia bangkit dari duduknya. Nikil pergi ke luar lalu duduk di teras depan rumah. Pria itu tidak mengajak Amira ikut dengannya. Biarkan saja. Toh masih berada di rumah. Tidak pergi ke mana-mana. Ternyata Amira mengikuti di belakangnya. Wanita itu juga ikut duduk di sebelah Nikil. Lalu dia sendiri yang memulai percakapan. "Maaf ya." Ucap Amira setelah duduk di sebelah pria itu. "Untuk apa?" Tanya Nikil. "Sejak kemarin aku merasa aneh dengan diriku. Aku merasa bersalah pada suamiku. Aku juga merasa sudah mengkhianatinya. Tapi hati kecilku berkata justru Mas Amar lah yang sudah berhianat." Amira bercerita panjang lebar. "Terus bagaimana dengan perasaanmu sekarang?" Tanya Nikil lagi. "Aku ingin menemuinya sekali lagi. Aku ingin memastikan tentang apa yang sudah kamu ceritakan." Jawab Amira. "Jadi kamu menganggap aku berboho
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status