Home / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Hasrat Terpendam Suamiku: Chapter 151 - Chapter 160

164 Chapters

151. Istri Ayahnya (2)

“Aku sangat merindukanmu,” ucap Millie lagi. “Apakah kau tidak mau menciumku? Dan melepas rasa rindu yang begitu menyiksa ini?” godanya.“…” Albert tidak bereaksi.Berdecak pelan, Millie pun mulai melakukan lebih. Dia membelai punggung Albert, turun ke dada dan melepas jas yang tersampir longgar di tubuhnya. Setelah berhasil melepas benda itu, Millie melemparnya ke karpet perapian lalu mulai meraba kemeja putih milik Albert.Albert mengerang pelan, lalu menjauhkan tubuhnya dari Millie dan membuka matanya yang sayu.Millie tersenyum manis padanya. “Kau pasti merasa tidak nyaman menggunakan benda ini saat kita melakukannya nanti. Jadi aku akan membantumu melepasnya,” kata Millie dengan tatapan menggoda.Albert berkedip, matanya masih menatap sayu. Seiring dengan tangan Millie yang turun ke dadanya, melepas kancing kemejanya, kesadaran Albert semakin kembali ke permukaan.Menyadari itu, Mil
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

152. Biarkan Dia Menemukanmu

Plak!Satu tamparan melayang ke pipi Millie yang putih, yang kemudian langsung memerah oleh darahnya yang lantas bergejolak.“Berani-beraninya kau!” murka Adrian Raymond, suaminya, menatap Millie dengan pelototan tajam.Dalam hal mengintimidasi, Albert dan ayahnya memang hampir sama, keduanya sama-sama bisa membuat nyali lawan bicaranya menciut, seperti Millie sekarang.“A-aku tidak mengundangnya, Albert yang mendatangiku sendiri,” lirih Millie sambil terisak-isak.Adrian Raymond tertawa sampai kepalanya mendongak ke atas, wajahnya yang sudah tidak lagi muda tampak semakin mengerut. “Kau pikir aku akan percaya pada kata-kata dari wanita murahan sepertimu?!” kata Adrian dengan suaranya yang menggelegar.Millie masih menangis sesenggukan. Kemudian Adrian menyentuh dagunya dan memaksanya mendongak untuk menatapnya. “Tampaknya, kenaifanmu itu benar-benar belum hilang ya? Kupikir dengan semua uang yang te
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

153. Kepergok

Albert menatap tembok tinggi di hadapannya dengan tatapan dingin.Dua jam lalu dia telah menerima infromasi dari salah satu orang suruhannya, mengatakan bahwa mereka telah menemukan Sophia. Dan di sinilah istrinya itu sekarang, berada di dalam lingkup tembok keliling setinggi tiga meter itu. Dan dari informasi yang dia dapatkan, rumah ini adalah milik Daniel Mateo.Albert begitu terkejut dan tidak menyangka ketika pertama kali mendengarnya.Bagaimana bisa Sophia malah lari ke pelukan pria itu alih-alih pulang bersamanya? Albert tidak ingat bahwa Sopha bisa sedekat ini dengan seseorang, terlebih dengan seorang pria yang selain dirinya. Tapi Daniel Mateo, sejak awal dia memang telah mengundang perhatian Sophia. Sudah lama juga Albert cemburu karena kedekatan mereka.Dan sekarang, buktinya kekhawatiran Albert itu benar-benar terjadi.Sehingga Albert mulai menyusun sebuah rencana di kepalanya untuk masuk ke dalam dan menculik kembali istrinya untuk pul
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

154. Acara Mendadak

Hanya saja, ketika Albert berbalik hendak masuk kembali ke  mobilnya, dia dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita yang duduk di kursi roda. Di belakang wanita itu seorang gadis muda mengenakan pakaian perawat mendorong kursi rodanya.Albert terdiam di tempat, menatap wanita paruh baya yang juga tengah menatap ke arahnya. Kesiap kecil terdengar di belakang Albert dan setelah itu Sophia melangkah cepat melewatinya, mendekati si wanita di kursi roda.“Mom!” seru Sophia. “Apa yang kau lakukan di luar dalam cuaca seperti ini?” katanya, lalu beralih menatap perawat muda di belakang ibunya. Perawat itu tampak salah tingkah, tapi tidak berani mengatakan apapun.Laura menyentuh tangan putrinya, mendongak menatapnya dengan senyum menenangkan. “Kau tidak seharusnya mengatakan itu pada Melin. Aku lah yang memintanya untuk membawaku ke luar.”“Tapi di luar—““Cuaca sore ini tidak sedingin kemar
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

155. Tidur di Kamarnya

Sophia hanya diam saja saat Albert mengucapkan selamat malam pada ibunya, yang kemudian dibawa suster masuk ke kamar, meninggalkan Sophia dan Albert berdua di tengah ruangan yang sepi itu.Mereka sama-sama terdiam dalam kebisuan yang tidak pasti kapan akan disela. Albert lalu berbalik, menatap lurus ke arah wanita yang tengah menunduk di hadapannya, seolah lantai menjadi hal yang paling menarik di dunia baginya. Perlahan, Albert pun melangkah mendekati wanita itu, sembari berdoa dalam hati semoga keputusannya ini tidak membuat Sophia marah dan semakin menghindarinya.Tapi hal yang lebih buruk justru terjadi. Sophia hanya diam saja, tidak mengatakan apapun semenjak Albert mengumumkan bahwa dia akan menginap malam ini.Albert semakin mendekatinya karena melihat Sophia terus bergeming. Saat jarak di antara mereka tidak terlalu jauh lagi, barulah Sophia mengangkat kepalanya dan menatap Albert, melihat bagaimana manik keperakan itu mengobservasi sosoknya.Soph
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

156. Hasrat Yang Tersisa

Albert duduk di samping Sophia dalam diam. Menatap udara dengan tatapan nyaris kosong. Sementara itu, Sophia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, yang Albert yakini pasti naskah novel yang tengah dia garap.Anehnya, keheningan di antara mereka kali ini terasa tidak menggangu. Seolah memang itulah yang mereka butuhkan. Duduk berdua, tanpa kata-kata yang akan berakhir menyakiti mereka sendiri.Albert teringat akan lima buku karya Sailendra A. di rumah yang baru-baru ini dia beli untuk memuaskan rasa rindunya pada sang istri. Albert memang baru membaca beberapa lembar saja, dia belum memiliki waktu luang untuk menghabiskan membaca semuanya.Namun, walau begitu, Albert sudah tahu bahwa Sophia adalah penulis yang hebat.Saat sedang memikirkan itu, perhatian Albert teralihkan oleh suara jari Sophia yang menari di atas keyboard-nya yang terdengar semakin keras. Ekspresi di wajah wanita itu juga tampak mengerut kesal.“Kenapa?” tanya Albert pad
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

157. Biarkan Saja

Suara dering notifikasi dari ponsel kembali membuat dua pasang mata itu terbuka. Karena nada dering yang sama, mereka sibuk mengecek ponsel masing-masing yang diletakkan di nakas.Sophia yang lebih dulu menyadari bahwa itu bukan bunyi dari ponselnya, pun kembali berbaring tidur.Saking sunyinya suasana di antara mereka, Sophia sampai bisa mendengar suara jari Albert mengetuk pada layar, mengetik sesuatu di sana. Sophia tidak tahan untuk tidak bertanya-tanya siapa yang kiranya menghubungi Albert selarut ini.Pasti wanita itu.Sophia tersenyum getir, lalu memperbaiki posisi tidurnya agar lebih nyaman.Nyaris saja Sophia lupa, bahwa ada sesuatu yang sangat serius di antara dirinya dan Albert. Lagi-lagi Sophia mengingatkan diri sendiri untuk tidak lagi terjatuh pada pesona pria itu, untuk melupakannya dan membuat kehidupan baru dengan anaknya kelak.Sedang Sophia sibuk dengan pikirannya sendiri, Albert juga sama. Dia membalas sebuah email yang b
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

158. Dalam Pelukanku (19)

Albert menekan tubuh Sophia dengan tubuhnya sendiri. Memagut bibir ranum itu, melumatnya lembut, dan merasakan perlakuan yang sama pada bibirnya.Rasanya seperti di surga; memeluk dan mencium wanita yang dicintainya ini.Tidak ada yang bisa Albert pikirkan selain luapan emosi di antara mereka, yang dia tuangkan dalam rengkuhan penuh hasrat itu.Suara cecap bibir saling bersahutan di kamar dengan suasana sunyi, menambah semangat kedua insan yang tengah saling memadu kasih. Bahkan sekali pun oksigen di paru-paru masing-masing mulai menipis, mereka masih enggan untuk menjauh.Sampai akhirnya dada Sophia semakin terasa sesak, dia pun menepuk bahu Albert dan mendorongnya, namun menyisakan jarak yang tidak cukup jauh.“Albert?” lirih Sophia dengan napas memburu.Albert menyahutinya dengan gumaman singkat, lalu beralih untuk mengecup leher istrinya itu, memeluknya kian erat, seolah takut bahwa Sophia akan berubah pikiran dan mendorongny
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

159. Interupsi (19)

 “Albert?” lirih sebuah suara.Albert langsung tersadar dan sedikit menunduk, melihat sepasang kelopak mata yang bergerak, walau dia tidak bisa melihat mata Sophia sepenuhnya, tapi Albert tahu istrinya itu telah terjaga.“Apa aku membangunkanmu?” tanya Albert kemudian. Detak jantungnya kembali melaju cepat, oleh rasa takut kalau Sophia akan tersadar dan menyudahi semuanya.“Hm,” sahut wanita itu.Dan beberapa menit berlalu, hal yang Albert khawatirkan tidak kunjung terjadi. Dia pun menunduk lagi dan melihat Sophia masih tidak bergeming.“Albert,” kata wanita itu.Tubuh Albert langsung menegang. “Ya?”“Bagaimana kabar Cecil?”“….”“Hm?” ucap Sophia lagi.“Kenapa kau bertanya?” sahut Albert.“Aku hanya penasaran. Bukankah tadi kalian saling mengirim pesan?”Sejenak, Albert
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

160. Tidak Bisa Menjawab

Sophia menjauh dari pintu saat Albert membukanya. Dia hendak menghindar supaya tidak ketahuan menguping, tapi selimut yang melilit tubuhnya itu terinjak sehingga Sophia terjatuh ke lantai dengan kedua tangan sebagai tumpuan.“Sophie!” seru Albert terkejut, lalu langsung berlari membantu Sophia untuk bangun. “Kau tidak apa-apa?” tanya Albert.Sophia bergeming. Dia memang tidak apa-apa, tidak ada yang sakit. Tapi menyadari bahwa dirinya baru saja hampir menyakiti sang janin di perut, membuatnya tertegun. Bagaimana kalau tadi dia tidak memiliki refleks cepat sehingga jatuh dengan perutnya yang mendarat lebih dulu? Sophia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Memang belum genap satu bulan dia mengetahui dirinya tengah hamil, tapi Sophia telah mengikat hubungan yang sangat erat dengan bayi di dalam perutnya dan kehilangannya adalah hal terakhir yang Sophia inginkan.Melihat tatapan kosong di mata wanita itu, Albert menjadi cemas. &ldq
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
PREV
1
...
121314151617
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status