Semua Bab Hasrat Terpendam Suamiku: Bab 141 - Bab 150

164 Bab

141. Lebih Berpengalaman

Albert mengamati wajah sang istri yang tengah mencomoti tomat di keranjang sayur yang Dana bawa. Kemudian Albert tersadar, bahwa sudah lama rasanya dia tidak melihat raut wajah ceria dan tatapan berbinar di mata wanita itu.Apa yang telah para Abraham itu lakukan padanya? batin Albert. Karena tidak pernah sekalipun Albert melihat Sophia yang seperti ini saat berada di kediaman keluarganya. Dan Albert senang, karena hanya dengan berada di rumah mereka saja Sophia bisa menjadi dirinya sendiri seperti ini.“Jefrey? Dia baik-baik saja. Dan oh! Kebetulan dia tengah ada di tamanmu sekarang. Katanya karena hari ini kau akan pulang, dia harus memberi perhatian lebih pada tanaman-tanaman itu,” jawab Dana sembari terkekeh geli pada kelakuan putranya itu.Sedangkan Sophia yang mendengarnya membelalakkan mata lebar penuh semangat. Dia lantas melangkah setengah berlari menuju ke luar.“Sophie!” panggil Albert, mencoba mencegahnya, tapi Sophia bahkan tidak mendengar “Apa dia tidak merasakan jet lag
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

142. Perasaan Yang Rumit

Tidak semua bisa dia jelaskan hanya dengan berbekalkan satu kesimpulan yang tidak pasti. Perasaan Sophia mengambang. Dia duduk di atas ranjangnya. Tatapan yang dia miliki tampak kosong, mengarah kepada dua pelayan sewaan yang tengah merapikan kamarnya.Tempat tidur yang baru saja para pelayan itu rapikan kini selimutnya kusut kembali karena sesaat setelah Sophia masuk ke dalam kamarnya tadi, dia langsung berguling di sana dan menumpahkan kekesalannya pada Albert dengan geraman keras.Gadis-gadis pelayan itu menatapnya takut, tapi Sophia berhasil tidak menghiraukan mereka.Hanya saja, sekarang tatapan mereka justru tampak lebih takut dari sebelumnya ditambah kekhawatiran pada sepasang mata mereka yang sesekali melirik Sophia penasaran, karena setelah membuat keributan itu… sang nyonya rumah mendadak diam dengan tatapan kosong.Kosong… bukan berarti pikiran Sophia benar-benar terbebas dari segala hal. Justru karena itu lah dia tenggelam di dalamnya. Sophia berpikir tidur akan membuatny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

143. Penyesalan dan Cinta (1)

“Maafkan aku,” kata Albert.Sophia mendelik tajam. “Berhenti katakan itu atau aku akan mencolok matamu dengan ini!” ancamnya dengan garpu yang tertuju ke depan.Albert menghindar sembari terkekeh. “Maaf,” katanya lagi.Sophia mengerang dengan jengah. “Albert!” serunya.Albert merapatkan bibir sembari menahan senyum. “Habiskan makananmu,” katanya kemudian.Sophia pun kembali fokus pada makanannya. Mereka memutuskan untuk makan siang di dalam kamar, di samping jendela yang terbuka di mana sinar matahari menembus dan membasuh keduanya ke dalam kehangatan dari rasa dingin yang dihembuskan oleh angin musim gugur.Saat Sophia tengah fokus mengunyah, dia memusatkan pandang pada lelaki di hadapannya. Keheningan di antara mereka terasa begitu syahdu sehingga Sophia tidak berniat sedikit pun untuk menyela.Tapi Albert justru yang membuka suara. “Hari ini aku akan pergi,” ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

144. Penyesalan dan Cinta (2)

Tidak lama kemudian, Dana datang merapikan semuanya lalu meninggalkan mereka lagi di kamar.“Aku akan pergi sekarang,” kata Albert sembari membuka kemejanya dengan acuh di hadapan Sophia.Sophia masih duduk di kursinya, belum beranjak sedikit pun. Dia lantas mengalihkan pandang ke luar jendela.Albert tersenyum miring, lalu pergi mengambil vitamin dan suplemen makanan untuk Sophia. Setelah memastikan istrinya meminum semua itu, barulah dia beranjak pergi dari kamar Sophia menuju kamarnya sendiri untuk bersiap-siap ke kantor.Meninggalkan Sophia yang masih melamun di tempatnya. Sophia tidak sabar untuk pergi ke tempat yang mereka bicarakan tadi. Albert dan Sophia memutuskan untuk mendiskusikannya lagi nanti. Dan mungkin, lelaki itu juga berencana untuk membuatnya menjadi kejutan.Tidak lama setelah dia pergi bersiap-siap, Albert kembali datang ke kamar Sophia untuk mengumumkan kepergiannya. Sophia hanya mengangguk dari tempatnya di jende
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

145. Cinta Tidak Butuh Alasan

“Albert, jangan pergi.”Albert menunduk, menatap wanita itu dengan tatapan dingin.Cecilia menyentuh lengan Albert, memintanya untuk tinggal.Tapi Albert tampak sama sekali tidak terpengaruh oleh itu. “Kau berbohong,” katanya.Cecilia menggeleng. “Tidak. Aku memang sakit.”“…”Cecilia memegang lengan Albert semakin erat seolah takut pria itu akan pergi darinya kapan saja. “Aku memang sakit, Albert, percayalah,” lirihnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Aku sakit melihatmu dengan Sophia. Apa kau masih mencintainya di saat dia bahkan sudah tidak lagi mencintaimu?” kata Cecilia, marah.Albert menjawab dengan tenang, “Aku akan terus mencintainya sampai kapan pun.”Cecilia memandang sedih, air mata jatuh ke pipinya. “Tapi dia pergi, Albert! Dia meninggalkanmu! Dia tidak berjuang untukmu! Itu artinya, dia tidak menginginkanmu lagi. J
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

146. Di Mimpimu

Setelah selesai membersihkan diri, Albert keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan celana panjang hitam serta handuk putih untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Saat netranya menoleh ke atas ranjang lagi, Albert tertegun.Bayangan Sophia masih ada di sana.Albert lalu terkekeh datar, kemudian membuang handuk putih di kepalanya itu ke lantai dengan marah. Dia bergumam, “Kupikir aku harus mulai menemui Dokter. Halusinasi ini benar-benar menjadi semakin buruk.”Dia lalu terdiam, tidak mengalihkan pandanganya dari wajah Sophia. Halusinasi atau bukan, yang terpenting dia bisa melihat wanita itu.Keheningan di dalam ruangan semakin lama semakin terasa menggelitik. Albert lantas mendekati ranjang dan duduk di pinggir, menatap wajah damai wanita yang tengah tertidur itu. Suara deru napas halusnya mengganggu indera pendengaran Albert. Jantung Albert menjadi berdetak tidak karuan.“Bahkan aku bisa mendengar suara napasnya juga,&rd
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

147. Terbangun di Sampingmu

Kamar bernuansa putih yang dindingnya dipenuhi oleh lukisan-lukisan itu dibanjiri cahaya matahari yang masuk melalui jendela. Di ranjang, tampak seorang perempuan tengah berbaring bergelung selimut, rambut coklatnya yang panjang tergerai di bantal, matanya yang dibingkai bulu-bulu lentik itu masih terpejam.Suara cicit burung bernyanyi di luar, aroma khas bebungaan dan maskulin tercium familiar di hidungnya.Perempuan itu pun tersadar dari tidurnya. Matanya bergerak-gerak pelan sampai kelopaknya perlahan membuka. Dia menggeliat, merasakan otot-otot tubuhnya melemas. Ini adalah tidur terbaik yang dia miliki setelah berhari-hari.Kenapa, ya? Sophia merasa seperti tengah melewatkan sesuatu yang sangat penting.Saat itulah kemudian semua ingatan itu menghantamnya keras. Matanya membelalak. Dan dia baru menyadari tangan yang melingkari perutnya posesif.Jangan bilang … Albert?!Jantung Sophia langsung berdetak tidak karuan. Baru saja dia b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

148. Keputusan

Sophia terus saja terdiam menatap Albert dan tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, sehingga Albert memanggil nama wanita itu.“Hm?” sahut Sophia.Albert lagi-lagi mengunci tatapan mereka, lalu berkata. “Aku sudah mengajukan tes DNA.”Tadinya Albert tidak berniat untuk memberitahu Sophia lebih awal. Dia ingin hasil tes itu keluar terlebih dahulu barulah hasilnya akan dia beri tahu pada Sophia. Tapi kehadiran Sophia di sini membuat Albert berubah pikiran. Dia ingin membuat Sophia tinggal lebih lama, bagaimana pun saranya.“Lalu hasilnya?” tanya Sophia, suaranya terdengar dingin.Albert menggeleng lemah. “Belum,” jawabnya. “Butuh waktu selama dua minggu paling cepat untuk mengetahui hasilnya. Tapi aku sudah meminta mereka untuk melakukannya lebih cepat dari itu.” Albert menjelaskan, tapi ekspresi di wajah Sophia tidak juga berubah membuat Albert bingung. Tapi, lagi, apa yang dia harapkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

149. Mabuk Berat

Albert terus menatap kalung berbandul dandelion di tangannya sambil memikirkan apa maksud Sophia memberikannya benda ini. Albert selalu penasaran setiap kali melihat Sophia mengenakan kalung ini, seolah ini adalah perhiasan yang sangat berarti baginya. Dan Albert selalu merasa familiar. Di mana dia pernah melihatnya sebelum melihat Sophia mengenakan ini?Tapi Albert tidak kunjung menemukan jawabannya.Pagi tadi, Sophia pergi.Hubungan mereka belum berakhir bagi Albert, walau Sophia sudah menganggapnya begitu. Tapi sekarang, Albert tidak memiliki daya untuk menahan Sophia bersamanya jadi dia akan menghargai keputusan Sophia. Sekalipun sakit, Albert harus menerima keputusan istrinya itu.Tapi satu hal yang pasti, bahwa Albert tidak akan pernah menceraikan Sophia seperti yang Sophia inginkan.Setelah terdiam cukup lama di kamarnya tadi, Albert pergi ke kantor dan menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan secara gila-gilaan, bahkan membuat Maurice khawati
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

150. Istri Ayahnya (1)

Ruangan itu terasa begitu dingin entah kenapa. Albert merapatkan tubuhnya pada sesuatu yang hangat di sampingnya. Dan dia semakin mendekati sumber kehangatan itu yang terasa seperti memeluknya.Sophia? pikir Albert.“Aku merindukanmu,” bisik Millie Matthew, ibu tiri Albert, dengan Albert yang berada di dalam pelukannya. Millie membelai puncak kepala lelaki itu dengan lembut dan memejamkan matanya rapat, sementara itu Albert bersender di dadanya.Ruang keluarga yang dingin itu hanya disinari oleh lampu temaram. Perapian sengaja tidak dinyalakan oleh sang empu rumah. Bahkan para pelayan juga tidak tampak di mana pun. Karena hari sudah larut, jadi hanya ada mereka berdua di sana.“Aku rindu dipeluk olehmu seperti ini, Albert,” kata Millie lalu setelah itu mendesah pelan.“Hm,” sahut Albert, merapatkan pelukannya. “Aku juga merindukanmu, Sophie,” gumamnya lagi.Millie tertegun, tapi kemudian senyum
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status