Semua Bab KETUA OSIS DINGIN ITU, SUAMIKU : Bab 21 - Bab 25

25 Bab

21. KESEDIHAN RANIA

'Maafin Mommy. Sebenarnya Mommy sudah mengetahui masalah ini sejak beberapa hari yang lalu. Mommy tidak ingin memberitahumu karena Mommy taku, masalah ini akan mempengaruhi kesehatan kamu. Mommy minta maaf. Kamu mau kan maafin, Mommy.''Seperti apa pun Vera, kamu tetap putri kesayangannya, Mommy.''Ini cobaan dari, Allah. Kamu harus kuat, Sayang. Mommy akan ada terus di sisi kamu.'Perkataan Desi sangat membekas di benang Rania. Dia duduk di tepi ranjang. Menatap nanar objek di depannya. Kedua tangannya mengepal erat siap untuk meninjau sesuatu yang ada di sana. "Aaaaaaa!!!!" teriaknya sangat kencang. Bersamaan dengan itu.BRAK!!!Rania menyapu bersih barang-barang yang ada di atas meja rias. Parfum, bedak dan lainnya jatuh berserakan di lantai. Benda yang berbahan kaca, langsung pecah. Rania melihat pantulan dirinya yang kacau dari balik cermin. Garis bawah matanya merah. Napasnya memburu. "Aaaaaa!!!" Dia kembali berteriak, penuh rasa frustasi."Ayah! Inikah perempuan yang Ayah an
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

22. PERTANDINGAN BOLA VOLI

"Selamat pagi semuanya. Hari ini Bapak ada pengumuman penting untuk kalian," ucap Agus, berstatus Wali Kelas di sini. Dia memperhatikan semua murid-muridnya. "Pengumuman penting apa, Pak?" tanya salah satu murid, menimpali.Bukan hanya dia saja yang bertanya-tanya, tetapi murid-murid lainnya pun memiliki pertanyaan yang sama.Rania dan Eva menyimak dengan serius. Sedangkan Erlan tampak memalingkan wajahnya melihat ke luar jendela. Hal seperti ini, tidak akan membuatnya penasaran. Tidak peduli, sepenting apa pengumuman itu."Pengumuman pentingnya. Dinas Pendidikan, mengadakan pertandingan Bola Voli antar sekolah tingkat kecamatan. Jadi, akan ada dua puluh sekolah di lima kecamatan yang akan bertanding, salah satunya sekolah kita. Setiap sekolah yang masuk pertandingan ini, akan mengirimkan satu tim bola voli terbaik mereka ...""Sekolah kita memiliki satu Tim terbaik. Kepala sekolah dan guru-guru lainnya telah sepakat untuk mengirimkan Tim tersebut untuk pertandingan ini.""Rania ..."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

23. KISAH ERLAN

Malam itu, seperti biasa. Erlan baru saja keluar dari salah satu tempat hiburan malam favoritnya. Dia hanya datang bersama Aldo, sahabat yang paling dipercayainya. "Lan, lu yakin bakalan balapan? Lu tadi minum lebih dari enam gelas. Gue enggak yakin, lu bakalan bisa balapan," ucap Aldo cukup cemas. "Lu ngomong apaan si, Do? Enam gelas tidak akan membuat seorang Erlan mabok, hahaha."Alih-alih berterima kasih, Erlan malah tertawa cukup keras sambil menepuk bahu Aldo. "Gue, bisa melakukan lebih dari balapan. Lu enggak usah cemas berlebihan kayak gitu. Gue bakalan pastiin ke lu, balapan kali ini gue yang jadi pemenangnya," tambahnya disertai senyuman penuh kemenangan. Aldo hanya bisa geleng-geleng kepala. "Ya dah, gue percaya, tapi kalau sampai kenapa-kenapa di jalan, gue enggak mau tanggung jawab," lanjut Aldo sambil mengacungkan jari telunjuknya. Mewanti-wanti Erlan supaya berhati-hati.Erlan mengacuhkan peringatan itu dan mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

24. PERDEBATAN RANIA DAN ERLAN

"Kamu mau makan, Sayang?" tanya Desi seraya berjalan menghampiri putra satu-satunya itu.Erlan menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada Desi. "Mommy, urus aja tuh, menantu kesayangan, Mommy. Erlan bisa urus diri sendiri," tuturnya dengan nada dingin.Setelah berkata demikian, Erlan langsung mengayunkan kakinya kembali, mengacuhkan perhatian Desi. Dia sempat melirik Rania sekilas. Hanya sekilas karena dirinya enggan menyia-nyiakan waktu hanya untuk memandangi istrinya. Erlan menaiki anak-anak tangga, tanpa sedetik pun dia menoleh ke belakang. Sementara Desi yang masih berdiri di posisinya, tampak bersedih. Sorot kedua matanya enggan berpaling dari Erlan. Hati kecilnya berharap, suatu saat nanti putra semata wayangnya itu, bisa berubah menjadi sosok pemuda yang mampu membawa nama baik keluarga.Rania pun menghela napas panjang, tepat saat Erlan berkata tadi. Sungguh suaminya itu benar-benar tidak memiliki hati nurani. Di saat yang lain
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

ERLAN DAN RANIA [25]

"RANIA! JAGA UCAPAN LU!" teriak Erlan sambil mengangkat tangan kanannya, siap untuk melayangkan pukulan. Namun, tangannya tertahan di udara. Erlan menunjukkan tatapan nanar, garis bawah matanya merah. Dia tidak menyembunyikan kemarahannya di depan Rania."Kenapa diam? Lu mau tampar gue? Sini. Tampar gue. Pukul gue. Kenapa lu berhenti, Lan?" Rania menurunkan tangan Erlan, menekan-nekan di pipinya, memudahkan suaminya untuk melakukan kekerasan.Erlan tidak melanjutkan tindakannya. Dia menarik tangannya dengan kasar, sehingga terlepas dari genggaman Rania.Erlan berdengus kesal, mengepalkan tangan kanannya kuat-kuat, menunjukkannya di depan Rania. Namun, dia menahan diri untuk tidak memukul maupun menampar. "Sitt!!!" umpatnya kesal, setelah itu melenggang pergi tanpa kata.Erlan tak melanjutkan emosinya, memilih pergi dari pada harus berlama-lama di dekat Rania. Isi kepalanya terlalu panas dan sewaktu-waktu bisa meledak kapan pun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status