Semua Bab Emergency Couple: Bab 11 - Bab 20

23 Bab

Chapter 11: Ancaman Samudra

Kedua tangannya bergetar ketakutan, namun ia tetap memasukkan barang-barangnya ke dalam koper, air matanya tidak berhenti menetes walaupun ia menahannya mati-matian. Naya merutuki dirinya sendiri ketika mengingat, dan tersadar atas apa yang telah ia katakan kepada Disya, tentang dirinya dan Samudra. Naya mengaku jika ia dan Samudra melakukannya, tapi Naya mengelak jika dirinya hamil—memang kenyataannya seperti itu. Naya tidak sedang mengandung, kejadian beberapa tahun silam tidak membuahkan hasil apapun. Naya hanya berbohong tentang mereka yang sama-sama mau, dan dalam keadaan sadar melakukannya—kenyataannya Samudra melakukan hal keji itu saat Naya sedang tidak sadarkan diri, Samudra menghancurkannya saat Naya tidak sedang dalam kondisi sadar. Naya ketakutan ketika melihat mobil Devan berada di parkiran, hanya penjelasan kebohongan itu yang terlintas di otaknya. Naya akan pergi ke Lampung malam ini juga. Menonaktifkan handphonenya. Naya takut Disya akan menghubunginya, mencerca ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Chapter 12: Persetujuan

"Kamu baik, Nay?" Suara serta usapan pelan di atas rambutnya membuat Naya kembali tersadar dari lamunannya. Mendongak menatap Devan yang sekarang sudah ikut duduk di sampingnya. "Baik dong!" kata Naya semangat, wajah murung yang semula ia tunjukkan kini berubah seketika menjadi ceria. "Bang Dev ngga ke kantor?" tanyanya lagi. "Abang tadi nganter Kai sekolah. Lalu mampir ke sini. Sepertinya Abang juga tidak akan ke kantor hari ini." Naya mengernyit kebingungan. Tumben sekali Abangnya memilih untuk tidak berkutat dengan pekerjaannya. "Ada urusan penting di luar?" tanya Naya lagi. Devan mengangguk pelan. "Kamu memutuskan untuk tidak kembali ke Lampung dan memilih tinggal di sini?" Naya mengangguk lalu tersenyum. "Bagus itu, rumahmu memang di sini 'kan? Kenapa harus kembali ke sana. Nenek sudah tidak ada, kamu akan sendirian di sana. Di sini saja, temani Mamah." Naya mengangguk. Devan kembali mengusap atas kepala Adiknya lembut, namun keningnya mengernyit ketika mata Naya yang me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Chapter 13: Alasan Berpisah

"Benar karena Naya?" Samudra yang baru masuk ke dalam ruangannya langsung diserbu oleh pertanyaan Raina yang entah sejak kapan sudah duduk di sofa ruangannya. "Bisa kita bicara nanti, Rai?" "Aku ingin jawaban iya atau tidak." Samudra menatap Raina dengan tatapan sayu. Lelaki itu baru kembali setelah mengantar Naya hingga perempuan itu menaiki taxi setelah problem yang terjadi di taman rumah sakit. "Setelah itu kamu bisa meninggalkan aku sendiri?" "Segitunya kamu ngga mau ketemu sama aku?" Samudra menggeleng. "Bukan seperti itu. Hari ini aku hanya tidak ingin diganggu, Rai. Sudah itu saja." Raina segera bangun dari duduknya, berjalan hendak keluar dari ruangan. Sebelum benar-benar keluar, Raina menghentikan langkahnya di depan pintu lalu berkata, "Setidaknya beri tahu alasan yang tepat untuk aku jelaskan kepada Tante Eni dan Om Didi jika kita memutuskan untuk mengakhiri pertunangan kita." Hening untuk beberapa saat. Samudra tidak kunjung membuka mulutnya untuk berbicara. Membu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Chapter 14: Wisnu & Raina

Wisnu lebih suka berkendara dengan menaiki motor. Tidak ada alasan khusus, Wisnu hanya suka ketika angin malam secara langsung menerpa wajahnya, pandangannya juga lebih leluasa, lelaki itu menyukainya. Tadinya memang berniat pulang ke rumah orang tuanya, namun setelah diputuskan lelaki itu memutar laju motornya menuju rumah Raina. Perempuan itu pasti sedang menangis sendirian. Lihatlah.... ini adalah salah satu contoh, jika memang Wisnu peduli dengan perempuan itu. "Dapat dari mana ini?!" Wisnu langsung mengambil gelas yang akan kembali diteguk oleh Raina. Wisnu sampai di rumah Raina, keadaan rumah gelap dengan pintu yang tidak dikunci. Lelaki itu buru-buru masuk ke dalam, mencari keberadaan Raina. Wisnu menemukannya, sedang duduk di lantai bersandar di samping ranjang dengan segelas minuman alkohol di tangannya—keadaan Raina sangat kacau sekali. "Wi—wisnu?" Raina berhenti menangis sesenggukkan, walaupun tetap saja air matanya tidak berhenti menetes. "Lo mabuk?!" Wisnu membantu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Chapter 15: Wisnu & Raina - II

Samudra mengernyit ketika melihat sebuah motor yang dia kenal terparkir di halaman rumah. Lelaki itu segera turun dari mobil, membuka gerbang yang terbuat dari kayu di depannya lalu melangkah menuju pintu utama rumah dengan melewati taman di bagian depan. Keningnya kembali mengernyit ketika saat salah satu tangannya memegang handle pintu, pintu itu sangat mudah untuk dibuka yang artinya tidak dikunci. Sekali lagi melirik motor yang terparkir, setelahnya baru masuk ke dalam rumah. "Wisnu di sini? Semalam bukankah dia bilang akan pergi ke rumahnya?" Samudra bermonolog sembari melangkah masuk ke dalam rumah. "Dan Raina lagi-lagi tidak mengunci pintu, dasar ceroboh!" dumelnya. Di ruang tengah, ruang tamu, bahkan dapur Samudra tidak menemukan satu orang pun, namun samar-samar dia mendengar suara-suara dari dalam kamar Raina. Kakinya dengan pasti kembali melangkah menuju kamar Raina. Pintu dengan warna lavender itu tentu jadi tujuan Samudra untuk membukanya. "Rai—" Samudra tidak m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Chapter 16: Bioskop

"Bagaimana kalau kita menonton hari ini?" "Menonton apa?" "Kita berangkat ke bioskop aja, nanti bisa pilih langsung filmnya di sana 'kan?" "Aku sama Om Sam, rencananya akan menonton film Spider-Man, tapi tidak tahu kapan. Om Sam sangat sibuk akhir-akhir ini." Senyum Naya yang sedari terbit kini langsung sirna ketika nama lelaki itu disebut oleh Kai. Menyebalkan, moodnya mendadak buruk. Apalagi ketika mengingat pesan yang dikirimkan oleh lelaki itu yang mengajaknya untuk bertemu hari ini. "Kita menonton film itu saja ya, Aunty Nay!" Naya kembali fokus kepada Kai yang duduk di sampingnya, kembali menampilkan senyum, lalu mengangguk setuju. "Boleh!" "Yey!" "Minta ijin dulu sama Oma, Opa dulu sana. Nanti habis itu siap-siap." Kai mengacungkan jempolnya, lalu bangun dari duduknya dan berjalan dengan setengah berlari menuju kamar Maya dan Husein. Bertepatan dengan Kai yang sudah hilang dari pandangannya, Naya mengambil ponselnya yang tergeletak di meja dengan tujuan untu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Chapter 17: Kecemasan Naya

Setelah selesai menonton, Samudra menawarkan untuk membeli beberapa mainan untuk Kai, bahkan menyuruh Naya untuk berbelanja. Tadinya Naya menolak, namun Samudra terus berbicara sedikit memaksa, menyuruhnya untuk memilih apapun barang, atau pakaian yang ia mau. Pada akhirnya Naya setuju, bahkan sengaja memilih pakaian dengan harga cukup fantastis. Samudra tidak masalah dengan itu, Naya terlahir dari keluarga terpandang, kalau bicara selera pasti bukan main. Perempuan itu banyak diam, benar-benar tidak berinteraksi terlalu dekat dengannya, hanya jika Kai mengajak bicara baru perempuan itu membuka suaranya. Berkunjung ke restaurant korean food dulu terlebih dahulu untuk mengisi perut sebelum mengantar mereka pulang. "Kita belum membicarakan tentang hubungan—" "Nanti saja, kita bisa mencari waktu lain untuk itu." Samudra menatap Naya melalui pantulan cermin, lalu kembali fokus dengan kemudinya. "Besok—" "Tidak! Tiga atau empat hari lagi." "Itu terlalu lama, saya tidak setu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Chapter 18: Sekedar Masa Lalu

'Ayo bertemu.' 'Sekali ini saja. Ayo kita bertemu, Nay.' Naya menggigit bibir bawahnya, menatap layar handhone yang menunjukkan chat room Nathan di salah satu aplikasi. Hati kecilnya tentu punya keinginan untuk membalas, dan mengiyakan ajakan Nathan. Namun, ketika mengingat jika Nathan sudah menikah, rasanya ia tidak harus membalas pesan itu. 'Demi Tuhan, Kakak ingin bertemu, Nay. Setidaknya kita akan membicarakan hubungan kita. Jika kita berpisah, jelaskan mengapa, beri Kakak penjelasan agar Kakak tidak bertanya-tanya dan kebingungan.' 'Tidak ada kesenangan menjalani pernikahan ini, Nay.' Ketika membaca tulisan itu, rasanya Naya bisa mendengar bagaimana suara Nathan yang mengatakan kalimat-kalimatnya secara langsung, terdengar frustasi. Naya setuju pada akhirnya. Hubungan mereka sudah terjalin cukup lama dulu, dan berakhir hanya lewat salah satu aplikasi chatting. Naya akan menjelaskan mengapa mereka pada akhirnya harus berpisah, dan menasihati lelaki itu agar bisa melupakannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Chapter 19: Calon Suami?

Naya menatap bangunan di depannya sambil menghela napas panjang, mengulum bibirnya menatap ke sekeliling gugup, tangannya melepas safety belt, lalu turun dari dalam mobil miliknya yang sudah terparkir rapih di parkiran rumah sakit. Perempuan itu turun dari mobil, dengan berusaha meredakan rasa gugup di dadanya. Terakhir kali ia mengunjungi rumah sakit ini, suasananya jelas sangat buruk. Naya diperhatikan dengan tatapan tidak bersahabat oleh beberapa pekerja di sini. Akankah tetap seperti itu hingga sekarang? "Kamu tahu tempat itu dari mana?" "Dulu, mobilku pernah mogok daerah situ. Laper banget, akhirnya mampir ke warung makan, dan ternyata enak banget." Naya bisa mendengar obrolan dua orang yang baru keluar dari mobil, satu orang perempuan dan satu lelaki. "Naya?" Naya yang merasa dirinya dipanggil langsung menengokkan wajahnya. Menatap perempuan yang memanggilnya, sebuah senyuman kecil namun jelas terkesan canggung itu Naya perlihatkan. "Ada urusan apa datang ke sini? Kamu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Chapter 20: Takdir Jahat

Naya meremas permukaan dadanya kuat sekali, berharap rasa sakit yang timbul akan berangsur membaik, namun itu benar-benar tidak berpengaruh sama sekali. Naya memilih untuk memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Ia menunduk, menangis tergugu, dadanya semakin sesak rasanya. Naya sudah menahan mati-matian rasa sakit itu ketika berbicara dengan Nathan di dalam caffe. Menahan air matanya agar tidak keluar, hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja di hadapan lelaki itu. Kenyataannya tidak! Naya benar-benar hancur ketika mengatakan setiap kalimatnya. Apa yang dikatakan oleh Naya semuanya hanyalah kebohongan! Suara ketukan dari kaca mobil, membuat Naya mendongakkan wajahnya. Samudra ada dibalik pintu mobil, menatap ke arahnya. “Turun! Duduk di sana, saya yang akan mengantar kamu pulang.” Masih mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Samudra, Naya masih diam duduk di kursi kemudi. Namun, detik berikutnya, lelaki itu sudah menarik tangan Naya untuk keluar dari mobil. “Tidak!”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status