Home / Pernikahan / Emergency Couple / Chapter 13: Alasan Berpisah

Share

Chapter 13: Alasan Berpisah

Author: Anaa
last update Last Updated: 2024-11-29 21:21:18

"Benar karena Naya?"

Samudra yang baru masuk ke dalam ruangannya langsung diserbu oleh pertanyaan Raina yang entah sejak kapan sudah duduk di sofa ruangannya.

"Bisa kita bicara nanti, Rai?"

"Aku ingin jawaban iya atau tidak."

Samudra menatap Raina dengan tatapan sayu. Lelaki itu baru kembali setelah mengantar Naya hingga perempuan itu menaiki taxi setelah problem yang terjadi di taman rumah sakit.

"Setelah itu kamu bisa meninggalkan aku sendiri?"

"Segitunya kamu ngga mau ketemu sama aku?"

Samudra menggeleng. "Bukan seperti itu. Hari ini aku hanya tidak ingin diganggu, Rai. Sudah itu saja."

Raina segera bangun dari duduknya, berjalan hendak keluar dari ruangan. Sebelum benar-benar keluar, Raina menghentikan langkahnya di depan pintu lalu berkata, "Setidaknya beri tahu alasan yang tepat untuk aku jelaskan kepada Tante Eni dan Om Didi jika kita memutuskan untuk mengakhiri pertunangan kita."

Hening untuk beberapa saat. Samudra tidak kunjung membuka mulutnya untuk berbicara. Membu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Emergency Couple   Chapter 14: Wisnu & Raina

    Wisnu lebih suka berkendara dengan menaiki motor. Tidak ada alasan khusus, Wisnu hanya suka ketika angin malam secara langsung menerpa wajahnya, pandangannya juga lebih leluasa, lelaki itu menyukainya. Tadinya memang berniat pulang ke rumah orang tuanya, namun setelah diputuskan lelaki itu memutar laju motornya menuju rumah Raina. Perempuan itu pasti sedang menangis sendirian. Lihatlah.... ini adalah salah satu contoh, jika memang Wisnu peduli dengan perempuan itu. "Dapat dari mana ini?!" Wisnu langsung mengambil gelas yang akan kembali diteguk oleh Raina. Wisnu sampai di rumah Raina, keadaan rumah gelap dengan pintu yang tidak dikunci. Lelaki itu buru-buru masuk ke dalam, mencari keberadaan Raina. Wisnu menemukannya, sedang duduk di lantai bersandar di samping ranjang dengan segelas minuman alkohol di tangannya—keadaan Raina sangat kacau sekali. "Wi—wisnu?" Raina berhenti menangis sesenggukkan, walaupun tetap saja air matanya tidak berhenti menetes. "Lo mabuk?!" Wisnu membantu

    Last Updated : 2024-11-30
  • Emergency Couple   Chapter 15: Wisnu & Raina - II

    Samudra mengernyit ketika melihat sebuah motor yang dia kenal terparkir di halaman rumah. Lelaki itu segera turun dari mobil, membuka gerbang yang terbuat dari kayu di depannya lalu melangkah menuju pintu utama rumah dengan melewati taman di bagian depan. Keningnya kembali mengernyit ketika saat salah satu tangannya memegang handle pintu, pintu itu sangat mudah untuk dibuka yang artinya tidak dikunci. Sekali lagi melirik motor yang terparkir, setelahnya baru masuk ke dalam rumah. "Wisnu di sini? Semalam bukankah dia bilang akan pergi ke rumahnya?" Samudra bermonolog sembari melangkah masuk ke dalam rumah. "Dan Raina lagi-lagi tidak mengunci pintu, dasar ceroboh!" dumelnya. Di ruang tengah, ruang tamu, bahkan dapur Samudra tidak menemukan satu orang pun, namun samar-samar dia mendengar suara-suara dari dalam kamar Raina. Kakinya dengan pasti kembali melangkah menuju kamar Raina. Pintu dengan warna lavender itu tentu jadi tujuan Samudra untuk membukanya. "Rai—" Samudra tidak m

    Last Updated : 2024-12-01
  • Emergency Couple   Chapter 16: Bioskop

    "Bagaimana kalau kita menonton hari ini?" "Menonton apa?" "Kita berangkat ke bioskop aja, nanti bisa pilih langsung filmnya di sana 'kan?" "Aku sama Om Sam, rencananya akan menonton film Spider-Man, tapi tidak tahu kapan. Om Sam sangat sibuk akhir-akhir ini." Senyum Naya yang sedari terbit kini langsung sirna ketika nama lelaki itu disebut oleh Kai. Menyebalkan, moodnya mendadak buruk. Apalagi ketika mengingat pesan yang dikirimkan oleh lelaki itu yang mengajaknya untuk bertemu hari ini. "Kita menonton film itu saja ya, Aunty Nay!" Naya kembali fokus kepada Kai yang duduk di sampingnya, kembali menampilkan senyum, lalu mengangguk setuju. "Boleh!" "Yey!" "Minta ijin dulu sama Oma, Opa dulu sana. Nanti habis itu siap-siap." Kai mengacungkan jempolnya, lalu bangun dari duduknya dan berjalan dengan setengah berlari menuju kamar Maya dan Husein. Bertepatan dengan Kai yang sudah hilang dari pandangannya, Naya mengambil ponselnya yang tergeletak di meja dengan tujuan untu

    Last Updated : 2024-12-02
  • Emergency Couple   Chapter 17: Kecemasan Naya

    Setelah selesai menonton, Samudra menawarkan untuk membeli beberapa mainan untuk Kai, bahkan menyuruh Naya untuk berbelanja. Tadinya Naya menolak, namun Samudra terus berbicara sedikit memaksa, menyuruhnya untuk memilih apapun barang, atau pakaian yang ia mau. Pada akhirnya Naya setuju, bahkan sengaja memilih pakaian dengan harga cukup fantastis. Samudra tidak masalah dengan itu, Naya terlahir dari keluarga terpandang, kalau bicara selera pasti bukan main. Perempuan itu banyak diam, benar-benar tidak berinteraksi terlalu dekat dengannya, hanya jika Kai mengajak bicara baru perempuan itu membuka suaranya. Berkunjung ke restaurant korean food dulu terlebih dahulu untuk mengisi perut sebelum mengantar mereka pulang. "Kita belum membicarakan tentang hubungan—" "Nanti saja, kita bisa mencari waktu lain untuk itu." Samudra menatap Naya melalui pantulan cermin, lalu kembali fokus dengan kemudinya. "Besok—" "Tidak! Tiga atau empat hari lagi." "Itu terlalu lama, saya tidak setu

    Last Updated : 2024-12-03
  • Emergency Couple   Chapter 18: Sekedar Masa Lalu

    'Ayo bertemu.' 'Sekali ini saja. Ayo kita bertemu, Nay.' Naya menggigit bibir bawahnya, menatap layar handhone yang menunjukkan chat room Nathan di salah satu aplikasi. Hati kecilnya tentu punya keinginan untuk membalas, dan mengiyakan ajakan Nathan. Namun, ketika mengingat jika Nathan sudah menikah, rasanya ia tidak harus membalas pesan itu. 'Demi Tuhan, Kakak ingin bertemu, Nay. Setidaknya kita akan membicarakan hubungan kita. Jika kita berpisah, jelaskan mengapa, beri Kakak penjelasan agar Kakak tidak bertanya-tanya dan kebingungan.' 'Tidak ada kesenangan menjalani pernikahan ini, Nay.' Ketika membaca tulisan itu, rasanya Naya bisa mendengar bagaimana suara Nathan yang mengatakan kalimat-kalimatnya secara langsung, terdengar frustasi. Naya setuju pada akhirnya. Hubungan mereka sudah terjalin cukup lama dulu, dan berakhir hanya lewat salah satu aplikasi chatting. Naya akan menjelaskan mengapa mereka pada akhirnya harus berpisah, dan menasihati lelaki itu agar bisa melupakannya

    Last Updated : 2024-12-04
  • Emergency Couple   Chapter 19: Calon Suami?

    Naya menatap bangunan di depannya sambil menghela napas panjang, mengulum bibirnya menatap ke sekeliling gugup, tangannya melepas safety belt, lalu turun dari dalam mobil miliknya yang sudah terparkir rapih di parkiran rumah sakit. Perempuan itu turun dari mobil, dengan berusaha meredakan rasa gugup di dadanya. Terakhir kali ia mengunjungi rumah sakit ini, suasananya jelas sangat buruk. Naya diperhatikan dengan tatapan tidak bersahabat oleh beberapa pekerja di sini. Akankah tetap seperti itu hingga sekarang? "Kamu tahu tempat itu dari mana?" "Dulu, mobilku pernah mogok daerah situ. Laper banget, akhirnya mampir ke warung makan, dan ternyata enak banget." Naya bisa mendengar obrolan dua orang yang baru keluar dari mobil, satu orang perempuan dan satu lelaki. "Naya?" Naya yang merasa dirinya dipanggil langsung menengokkan wajahnya. Menatap perempuan yang memanggilnya, sebuah senyuman kecil namun jelas terkesan canggung itu Naya perlihatkan. "Ada urusan apa datang ke sini? Kamu s

    Last Updated : 2024-12-06
  • Emergency Couple   Chapter 20: Takdir Jahat

    Naya meremas permukaan dadanya kuat sekali, berharap rasa sakit yang timbul akan berangsur membaik, namun itu benar-benar tidak berpengaruh sama sekali. Naya memilih untuk memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Ia menunduk, menangis tergugu, dadanya semakin sesak rasanya. Naya sudah menahan mati-matian rasa sakit itu ketika berbicara dengan Nathan di dalam caffe. Menahan air matanya agar tidak keluar, hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja di hadapan lelaki itu. Kenyataannya tidak! Naya benar-benar hancur ketika mengatakan setiap kalimatnya. Apa yang dikatakan oleh Naya semuanya hanyalah kebohongan! Suara ketukan dari kaca mobil, membuat Naya mendongakkan wajahnya. Samudra ada dibalik pintu mobil, menatap ke arahnya. “Turun! Duduk di sana, saya yang akan mengantar kamu pulang.” Masih mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Samudra, Naya masih diam duduk di kursi kemudi. Namun, detik berikutnya, lelaki itu sudah menarik tangan Naya untuk keluar dari mobil. “Tidak!”

    Last Updated : 2024-12-07
  • Emergency Couple   Chapter 21: Losmen

    Naya membuka matanya perlahan ketika merasa lapar, mengerjap pelan supaya penglihatannya jelas untuk melihat ke sekeliling. Menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, lalu mencoba duduk di tepi kasur sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya. Menundukkan wajahnya, matanya terbuka lebar ketika tubuhnya dibalut dengan kemeja berwarna hitam, seingatnya ia tidak punya kemeja sebesar ini. “Pakaianmu basah, tadi.” Suara lelaki yang tentu Naya mengenalnya terdengar di telinga, dengan refleks kepalanya menengok ke arah sumber suara. Lelaki itu berjalan masuk ke dalam kamar dengan membawa dua mangkuk yang terlihat jika makanan itu masih panas, terbukti dari asap yang mengepul bersumber dari makanan itu. Naya memberengut kesal ketika tahu jika pasti Samudra sendiri yang menggantikannya pakaian. Benar-benar mesum! Seingatnya ia menangis di depan Samudra di bawah guyuran hujan, lalu entah apa yang terjadi, kenapa juga ia berada di sini sekarang? “Kamu jatuh pingsan tadi. Tidak ada cara lain se

    Last Updated : 2024-12-08

Latest chapter

  • Emergency Couple   Chapter 21: Losmen

    Naya membuka matanya perlahan ketika merasa lapar, mengerjap pelan supaya penglihatannya jelas untuk melihat ke sekeliling. Menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, lalu mencoba duduk di tepi kasur sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya. Menundukkan wajahnya, matanya terbuka lebar ketika tubuhnya dibalut dengan kemeja berwarna hitam, seingatnya ia tidak punya kemeja sebesar ini. “Pakaianmu basah, tadi.” Suara lelaki yang tentu Naya mengenalnya terdengar di telinga, dengan refleks kepalanya menengok ke arah sumber suara. Lelaki itu berjalan masuk ke dalam kamar dengan membawa dua mangkuk yang terlihat jika makanan itu masih panas, terbukti dari asap yang mengepul bersumber dari makanan itu. Naya memberengut kesal ketika tahu jika pasti Samudra sendiri yang menggantikannya pakaian. Benar-benar mesum! Seingatnya ia menangis di depan Samudra di bawah guyuran hujan, lalu entah apa yang terjadi, kenapa juga ia berada di sini sekarang? “Kamu jatuh pingsan tadi. Tidak ada cara lain se

  • Emergency Couple   Chapter 20: Takdir Jahat

    Naya meremas permukaan dadanya kuat sekali, berharap rasa sakit yang timbul akan berangsur membaik, namun itu benar-benar tidak berpengaruh sama sekali. Naya memilih untuk memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Ia menunduk, menangis tergugu, dadanya semakin sesak rasanya. Naya sudah menahan mati-matian rasa sakit itu ketika berbicara dengan Nathan di dalam caffe. Menahan air matanya agar tidak keluar, hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja di hadapan lelaki itu. Kenyataannya tidak! Naya benar-benar hancur ketika mengatakan setiap kalimatnya. Apa yang dikatakan oleh Naya semuanya hanyalah kebohongan! Suara ketukan dari kaca mobil, membuat Naya mendongakkan wajahnya. Samudra ada dibalik pintu mobil, menatap ke arahnya. “Turun! Duduk di sana, saya yang akan mengantar kamu pulang.” Masih mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Samudra, Naya masih diam duduk di kursi kemudi. Namun, detik berikutnya, lelaki itu sudah menarik tangan Naya untuk keluar dari mobil. “Tidak!”

  • Emergency Couple   Chapter 19: Calon Suami?

    Naya menatap bangunan di depannya sambil menghela napas panjang, mengulum bibirnya menatap ke sekeliling gugup, tangannya melepas safety belt, lalu turun dari dalam mobil miliknya yang sudah terparkir rapih di parkiran rumah sakit. Perempuan itu turun dari mobil, dengan berusaha meredakan rasa gugup di dadanya. Terakhir kali ia mengunjungi rumah sakit ini, suasananya jelas sangat buruk. Naya diperhatikan dengan tatapan tidak bersahabat oleh beberapa pekerja di sini. Akankah tetap seperti itu hingga sekarang? "Kamu tahu tempat itu dari mana?" "Dulu, mobilku pernah mogok daerah situ. Laper banget, akhirnya mampir ke warung makan, dan ternyata enak banget." Naya bisa mendengar obrolan dua orang yang baru keluar dari mobil, satu orang perempuan dan satu lelaki. "Naya?" Naya yang merasa dirinya dipanggil langsung menengokkan wajahnya. Menatap perempuan yang memanggilnya, sebuah senyuman kecil namun jelas terkesan canggung itu Naya perlihatkan. "Ada urusan apa datang ke sini? Kamu s

  • Emergency Couple   Chapter 18: Sekedar Masa Lalu

    'Ayo bertemu.' 'Sekali ini saja. Ayo kita bertemu, Nay.' Naya menggigit bibir bawahnya, menatap layar handhone yang menunjukkan chat room Nathan di salah satu aplikasi. Hati kecilnya tentu punya keinginan untuk membalas, dan mengiyakan ajakan Nathan. Namun, ketika mengingat jika Nathan sudah menikah, rasanya ia tidak harus membalas pesan itu. 'Demi Tuhan, Kakak ingin bertemu, Nay. Setidaknya kita akan membicarakan hubungan kita. Jika kita berpisah, jelaskan mengapa, beri Kakak penjelasan agar Kakak tidak bertanya-tanya dan kebingungan.' 'Tidak ada kesenangan menjalani pernikahan ini, Nay.' Ketika membaca tulisan itu, rasanya Naya bisa mendengar bagaimana suara Nathan yang mengatakan kalimat-kalimatnya secara langsung, terdengar frustasi. Naya setuju pada akhirnya. Hubungan mereka sudah terjalin cukup lama dulu, dan berakhir hanya lewat salah satu aplikasi chatting. Naya akan menjelaskan mengapa mereka pada akhirnya harus berpisah, dan menasihati lelaki itu agar bisa melupakannya

  • Emergency Couple   Chapter 17: Kecemasan Naya

    Setelah selesai menonton, Samudra menawarkan untuk membeli beberapa mainan untuk Kai, bahkan menyuruh Naya untuk berbelanja. Tadinya Naya menolak, namun Samudra terus berbicara sedikit memaksa, menyuruhnya untuk memilih apapun barang, atau pakaian yang ia mau. Pada akhirnya Naya setuju, bahkan sengaja memilih pakaian dengan harga cukup fantastis. Samudra tidak masalah dengan itu, Naya terlahir dari keluarga terpandang, kalau bicara selera pasti bukan main. Perempuan itu banyak diam, benar-benar tidak berinteraksi terlalu dekat dengannya, hanya jika Kai mengajak bicara baru perempuan itu membuka suaranya. Berkunjung ke restaurant korean food dulu terlebih dahulu untuk mengisi perut sebelum mengantar mereka pulang. "Kita belum membicarakan tentang hubungan—" "Nanti saja, kita bisa mencari waktu lain untuk itu." Samudra menatap Naya melalui pantulan cermin, lalu kembali fokus dengan kemudinya. "Besok—" "Tidak! Tiga atau empat hari lagi." "Itu terlalu lama, saya tidak setu

  • Emergency Couple   Chapter 16: Bioskop

    "Bagaimana kalau kita menonton hari ini?" "Menonton apa?" "Kita berangkat ke bioskop aja, nanti bisa pilih langsung filmnya di sana 'kan?" "Aku sama Om Sam, rencananya akan menonton film Spider-Man, tapi tidak tahu kapan. Om Sam sangat sibuk akhir-akhir ini." Senyum Naya yang sedari terbit kini langsung sirna ketika nama lelaki itu disebut oleh Kai. Menyebalkan, moodnya mendadak buruk. Apalagi ketika mengingat pesan yang dikirimkan oleh lelaki itu yang mengajaknya untuk bertemu hari ini. "Kita menonton film itu saja ya, Aunty Nay!" Naya kembali fokus kepada Kai yang duduk di sampingnya, kembali menampilkan senyum, lalu mengangguk setuju. "Boleh!" "Yey!" "Minta ijin dulu sama Oma, Opa dulu sana. Nanti habis itu siap-siap." Kai mengacungkan jempolnya, lalu bangun dari duduknya dan berjalan dengan setengah berlari menuju kamar Maya dan Husein. Bertepatan dengan Kai yang sudah hilang dari pandangannya, Naya mengambil ponselnya yang tergeletak di meja dengan tujuan untu

  • Emergency Couple   Chapter 15: Wisnu & Raina - II

    Samudra mengernyit ketika melihat sebuah motor yang dia kenal terparkir di halaman rumah. Lelaki itu segera turun dari mobil, membuka gerbang yang terbuat dari kayu di depannya lalu melangkah menuju pintu utama rumah dengan melewati taman di bagian depan. Keningnya kembali mengernyit ketika saat salah satu tangannya memegang handle pintu, pintu itu sangat mudah untuk dibuka yang artinya tidak dikunci. Sekali lagi melirik motor yang terparkir, setelahnya baru masuk ke dalam rumah. "Wisnu di sini? Semalam bukankah dia bilang akan pergi ke rumahnya?" Samudra bermonolog sembari melangkah masuk ke dalam rumah. "Dan Raina lagi-lagi tidak mengunci pintu, dasar ceroboh!" dumelnya. Di ruang tengah, ruang tamu, bahkan dapur Samudra tidak menemukan satu orang pun, namun samar-samar dia mendengar suara-suara dari dalam kamar Raina. Kakinya dengan pasti kembali melangkah menuju kamar Raina. Pintu dengan warna lavender itu tentu jadi tujuan Samudra untuk membukanya. "Rai—" Samudra tidak m

  • Emergency Couple   Chapter 14: Wisnu & Raina

    Wisnu lebih suka berkendara dengan menaiki motor. Tidak ada alasan khusus, Wisnu hanya suka ketika angin malam secara langsung menerpa wajahnya, pandangannya juga lebih leluasa, lelaki itu menyukainya. Tadinya memang berniat pulang ke rumah orang tuanya, namun setelah diputuskan lelaki itu memutar laju motornya menuju rumah Raina. Perempuan itu pasti sedang menangis sendirian. Lihatlah.... ini adalah salah satu contoh, jika memang Wisnu peduli dengan perempuan itu. "Dapat dari mana ini?!" Wisnu langsung mengambil gelas yang akan kembali diteguk oleh Raina. Wisnu sampai di rumah Raina, keadaan rumah gelap dengan pintu yang tidak dikunci. Lelaki itu buru-buru masuk ke dalam, mencari keberadaan Raina. Wisnu menemukannya, sedang duduk di lantai bersandar di samping ranjang dengan segelas minuman alkohol di tangannya—keadaan Raina sangat kacau sekali. "Wi—wisnu?" Raina berhenti menangis sesenggukkan, walaupun tetap saja air matanya tidak berhenti menetes. "Lo mabuk?!" Wisnu membantu

  • Emergency Couple   Chapter 13: Alasan Berpisah

    "Benar karena Naya?" Samudra yang baru masuk ke dalam ruangannya langsung diserbu oleh pertanyaan Raina yang entah sejak kapan sudah duduk di sofa ruangannya. "Bisa kita bicara nanti, Rai?" "Aku ingin jawaban iya atau tidak." Samudra menatap Raina dengan tatapan sayu. Lelaki itu baru kembali setelah mengantar Naya hingga perempuan itu menaiki taxi setelah problem yang terjadi di taman rumah sakit. "Setelah itu kamu bisa meninggalkan aku sendiri?" "Segitunya kamu ngga mau ketemu sama aku?" Samudra menggeleng. "Bukan seperti itu. Hari ini aku hanya tidak ingin diganggu, Rai. Sudah itu saja." Raina segera bangun dari duduknya, berjalan hendak keluar dari ruangan. Sebelum benar-benar keluar, Raina menghentikan langkahnya di depan pintu lalu berkata, "Setidaknya beri tahu alasan yang tepat untuk aku jelaskan kepada Tante Eni dan Om Didi jika kita memutuskan untuk mengakhiri pertunangan kita." Hening untuk beberapa saat. Samudra tidak kunjung membuka mulutnya untuk berbicara. Membu

DMCA.com Protection Status