All Chapters of SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE: Chapter 31 - Chapter 40

47 Chapters

BAB 29

"Nona, apakah anda sudah kuat untuk melanjutkan pelatihan? Kalau sudah nanti sore akan ada pelatihan menggunakan perias wajah," cerocos Pedro setelah mengunyah makanannya."Ya, aku rasa aku cukup kuat," jawabku sambil melirik Dante yang tampak tidak peduli."Baiklah, kalau begitu. Makanlah, Nona," sahut Pedro sambil melanjutkan sarapannya.Dante selesai sarapan duluan dan langsung berdiri."Aku akan menunggumu di ruang tamu. Keluarlah kalau kau sudah selesai sarapan," ucapnya lagi-lagi tanpa menatapku.Apa dia membenciku? Kenapa dia sama sekali tidak menatapku hari ini? Apa kejadian kemarin membuatnya semakin membenciku? Apa dia merasa aku melewati batas? Tapi kemarin sama sekali tidak disengaja, aku terjatuh menimpanya karena tersandung. Kenapa pikirannya begitu sempit?"Apa kau akan ikut?" tanyaku sambil berdiri pada Pedro yang masih makan."Tidak Nona, hari ini saya harus melakukan sesuatu. Jadi Tuan Dante akan berangkat ke kantor sendirian," jawabnya terus menikmati makanannya.Ap
Read more

BAB 30

Aku segera melepaskan genggamannya dan tertawa dengan kaku."Ka, gurauanmu benar-benar berlebihan," sahutku sambil mengibaskan tangan."Ayo, cepat kita kejar mereka. Nanti kita ketinggalan," lanjutku sambil membalikkan badan dan mengejar Dora dan Rahul dengan langkah cepat, sebelum Joshua sempat melanjutkan perkataannya."Kalian jalan cepat sekali," seruku sambil merangkul bahu Dora dan Rahul bersamaan, sementara Joshua berjalan di belakangku."Kenapa kau disini? Sana berjalanlah bersama Joshua," bisik Dora sambil berusaha melepaskan rangkulanku.Aku tetap bertahan dan tidak melepaskan rangkulanku sampai kami tiba di restoran langganan kami.Dora segera menduduki kursi di samping Rahul sebelum aku meraihnya. Sehingga aku terpaksa harus duduk di samping Joshua, meski sebenarnya aku tidak nyaman.Ada apa denganku? Bukankah aku sangat menyukai Joshua? Mengapa ketika dia bilang merindukanku tadi, aku malah merasa terganggu. Tidak ada perasaan berbunga-bunga seperti dugaanku selama ini. A
Read more

BAB 31

Aku mengangkat kepalaku perlahan dan memberanikan diri menatap mata Joshua."Aku? Kita?" tanyaku gugup.Bagaimana ini? Otakku benar-benar kosong, aku tidak tahu harus berkata apa."Tenanglah, jangan tegang. Kau tidak harus buru-buru menjawabnya. Pikirkanlah dulu dengan tenang dan beritahu aku jawabannya kalau kau sudah siap," potong Joshua membuatku bisa bernapas sedikit lega."Baiklah, aku akan memikirkannya dulu," jawabku pelan.Aku senang mendengar Joshua juga menyukaiku, tapi kenapa tidak ada ledakan kembang api seperti yang aku lihat di film-film. Tidak ada perasaan menggebu-gebu yang membuatku melayang. Aku hanya ... senang. "Ayo, aku akan mengantarmu pulang," ucapnya sambil berdiri dan menjulurkan tangannya.Aku baru akan meraih tangan Joshua ketika telepon genggamku berbunyi."Tunggu sebentar," ucapku begitu melihat nama Dante muncul di layar teleponku."Halo.""Aku berada di sisi kanan. Masuklah ke mobil sekarang!" Aku menoleh ke sisi kananku dan melihat mobil Dante berhent
Read more

BAB 32

Aku tiba di kampus setelah berlari di bawah gerimis dari halte bus, sambil menutupi kepalaku dengan jaket. Aku mematung di depan taman kampus, menatap hujan yang kembali deras, sambil bertanya-tanya dalam hati.'Mengapa dia tampak begitu berbeda tadi? Yang manakah Dante yang asli? Yang tadi atau yang selalu muncul di hadapanku?' Aku menghela napas dalam, menyadari kalau aku sama sekali tidak mengenal pria itu. Dante benar-benar orang asing bagiku."Hei, kau datang pagi sekali. Apa kau ada kelas tambahan?" Rahul tiba-tiba muncul sambil menepuk bahuku."Tidak, aku hanya ingin datang lebih pagi saja," jawabku terus menatap hujan."Apa yang kau lihat?""Hujan," jawabku singkat."Kenapa menatap hujan? Apa kau sedang ada masalah? Atau kau sedang bosan?" tanyanya lagi.Aku menggelengkan kepala, lalu menoleh ke arahnya sambil menjawab singkat."Ingin saja.""Benar-benar aneh!" gumamnya tapi ikut menatap hujan bersamaku."Bagaimana kemarin? Apa Joshua mengantarmu dengan selamat?" "Dia tidak
Read more

BAB 33

"Terima ... kasih," jawabku bingung.Ada apa ini? Kenapa dia tiba-tiba perhatian. Aku membuka plastik yang dia berikan, di dalamnya ada roti lapis, air minum dan beberapa batang coklat mahal.Aku segera membuka bungkus roti lapis itu dan menyantapnya. Dante sudah membelikannya jadi sebaiknya aku memakannya, lagipula sayang membuang-buang makanan."Kita akan naik kereta cepat ke sana, untuk menghemat waktu. Kita bisa tiba disana 3 jam lebih cepat daripada membawa mobil." "Baik," jawabku setelah menelan rotiku.Aku menghabiskan semua yang dibelikan yang dibelikan Dante tepat sebelum kami tiba di stasiun kereta cepat.Dante membeli tiket sementara aku menunggu di dekat pintu masuk sambil mengamatinya dari jauh. Beberapa wanita menatap Dante dengan tatapan kagum, terpesona bahkan sebagian lagi terang-terangan menatapnya dengan tatapan penuh birahi. 'Akhir-akhir ini makin banyak wanita yang tidak punya harga diri,' makiku menatap para wanita itu dengan kesal.Dante sedang berjalan mengha
Read more

BAB 34

Aku menatap Dante dengan marah. Apa maksudnya?"Itu bukan urusanmu! Kau tidak berhak mengatur perasaanku!" bentakku marah."Ya, kau benar. Aku tidak berhak mengatur perasaanmu. Hanya saja kau harus ingat satu syarat penting dari perjanjian kita yang tidak akan pernah aku ubah. Kau tidak boleh jatuh cinta kepadaku!" tegasnya tanpa menatapku."Jadi kau pikir aku jatuh cinta kepadamu? Karena aku ingin melindungimu saat kau mengalami serangan panik? Kau benar-benar besar kepala! Aku melakukannya demi kemanusiaan! Dari awal sudah aku katakan, aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada pria sepertimu! Jadi jangan melewati batas dan mengatur dengan siapa aku harus berhubungan!" semburku ... berbohong.Dante tidak menjawab dan langsung menghidupkan mobil lalu mengendarainya keluar dari stasiun kereta cepat.Aku menatap keluar jendela dengan hati perih. Pria ini benar-benar membuat batasan yang sangat jelas dan terus membuatku sadar kalau dia tidak menginginkanku.Sebuah pesan masuk ke teleponku
Read more

BAB 35

"Aku akan mengantar Dora dulu, karena rumahnya lebih dekat dari sini," ujar Rahul sambil menyalakan mesin mobil."Tumben, biasanya biarpun harus memutar kau pasti akan mengantarkan Dora belakangan," godaku sambil masuk ke dalam mobil."Akhirnya! Aku bisa duduk di kursi belakang!" seru Dora setelah menutup pintu mobil."Jangan sedih Dora, ini hanya untuk sekarang, karena hari ini aku terlalu lelah untuk memutar," goda Rahul membuat aku tertawa."Aku senang bukan sedih! Aku malah berharap baiknya begini saja terus!" balas Dora dengan wajah kesal.Aku kembali tertawa dan terus tertawa dalam perjalanan menuju ke rumah Dora. Rahul terus menggoda Dora yang terlihat kesal tapi aku yakin menyukai gombalan dan rayuan Rahul."Tunggu sebentar aku akan mengantar Dora masuk," ucap Rahul sambil melepaskan sabuk pengaman."Tidak usah! Kenapa kau harus selalu mengantarku ke depan pintu?" gerutu Dora."Nenekmu harus tahu siapa yang mengantarmu agar dia tidak khawatir," jawab Rahul segera keluar dari m
Read more

BAB 36

Dante segera mengalihkan pandangannya dan berjalan ke meja kasir."Sepertinya dia mengenalimu," bisik Rahul dengan mata membesar."Bagaimana dia bisa mengenaliku?" tanyaku gugup.Rahul memiliki pengamatan yang sangat tajam, aku khawatir dia akan mengetahui hubunganku dengan Dante."Apa kau lupa kalau waktu itu dia menegurmu karena terus berbincang dengan Joshua. Dari matanya aku yakin dia mengenalimu, tapi kabar buruknya sepertinya dia tidak menyukaimu.""Apa maksudmu?""Cara dia memandangmu tampak seperti orang yang terkejut dan kesal!"Aku menghela napas dalam."Rahul, aku sarankan kau bekerja sebagai jaksa setelah tamat nanti. Karena kau sangat lihai mendeteksi orang lain," sahutku mencoba mengalihkan pembicaraan kami."Tunggu sebentar aku akan menyapanya.""Jangan! Apa yang kau lakukan? Untuk apa menyapanya?" sahutku sambil menahan tangan Rahul."Tenang sajalah, aku juga ingin dikenali olehnya. Aku akan mencoba mengajaknya bergabung dengan kita. Siapa tahu dia berubah pikiran dan
Read more

BAB 37

Kami berlari hingga benar-benar kelelahan. "Apa ... yang ... kau ... lakukan?" tanya Dante terbata-bata karena kelelahan."Aku ... mencoba ... metode ... baru," jawabku dengan napas memburu.Dante duduk di jalan dan mengatur napasnya, aku ikut duduk di sampingnya dan mencoba untuk bertahan, meski rasanya hampir mati.Aku bukan gadis yang suka berolahraga. Jadi, berlari jauh dengan kecepatan yang tidak main-main, pasti membuat jantungku hampir berhenti."Metode baru apa yang kau maksud?" tanya Dante setelah napasnya mulai teratur."Metode mencegah serangan panik. Kalau tadi kita tidak berlari, mungkin kau sudah mengalami serangan panik. Dan sepertinya metode barunya berhasil, berlari membuatmu lupa untuk panik," jawabku masih sedikit terengah-engah.Dante menatapku dengan takjub."Kau benar, aku tidak panik karena kelelahan berlari. Dari mana kau mengatahui metode ini?""Rahul, kakaknya juga mengalami serangan panik.""Apa dia tahu kalau aku-""Tidak! Tentu saja aku tidak memberitahu
Read more

BAB 38

Setelah selesai Dante menempelkan koyo lain di kakiku yang satunya lagi. Aku menatap rambut Dante yang tebal dan berwarna coklat tua. Ada apa dengan pria ini? Selama ini dia sama sekali tidak memedulikanku, tapi tindakannya saat ini sangat bertentangan dengan sikapnya yang biasa. Bagaimana dia bisa berjongkok di hadapanku hanya untuk mengobati kakiku. Padahal berbicara dengan lembut kepadaku saja dia tidak pernah. Dante kau benar-benar aneh dan membingungkan!"Sudah selesai, masukkan lagi kakimu," perintahnya lalu berdiri dan menungguku menggeser posisiku. Setelah aku kembali duduk menghadap ke depan dia menutup pintu di sampingku.Dante masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan apapun."Terima kasih," ucapku pelan. Dante tidak menanggapi ucapan terima kasihku, malah mengatakan hal lain."Obatnya akan bekerja dalam lima belas menit. Jadi sesampainya di kampus nanti, sakitnya pasti sudah berkurang. Jangan terlalu banyak berjalan atau berdiri, agar tidak terlalu sakit. Lalu setelah ujian s
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status