Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Terjerat Cinta CEO Dingin: Chapter 241 - Chapter 250

272 Chapters

Bab 241: Tidak akan Tertipu lagi

“Kami sangat terkesan dengan desain dan motif yang dibuat oleh Kv’s Group, Tuan Stevan. Padahal, sebelum Kv’s Group dipegang oleh Tuan Mark, motif yang dibuat terlalu monoton.”Pujian itu meluncur dari bibir Tuan Haris, seperti alunan biola yang lembut menyentuh hati.Stevan tersenyum, sebuah senyum yang mengembang perlahan seperti matahari pagi yang malu-malu menembus kabut. Rasa bangga melingkupi dirinya, hangat seperti selimut di malam dingin.“Selama hampir delapan belas tahun ini kami selalu mempertahankan kualitas dan juga kreasi kami, Tuan Haris. Karena jika tidak, semua customer kami akan kabur.”Nada bicaranya tegas namun penuh kehangatan, seperti seorang kapten kapal yang dengan percaya diri menenangkan para awaknya di tengah badai.Haris tertawa, tawa ringan seperti bunyi lonceng angin yang berayun lembut di depan jendela.“Anda benar, Tuan Stevan. Kalian memang selalu mengedepankan keinginan customer daripada ego masing-masing, dan ini yang kami suka bekerja sama dengan Kv
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 242: Jangan Membual

Malam itu, Stevan kembali ke kotanya. Mobilnya melaju menembus dinginnya malam, sementara pikirannya berlarian seperti ombak yang tak henti-hentinya memecah pantai.Meskipun rasa penasaran sesekali mengusik—apa yang sebenarnya dilakukan Lisa di sana—Stevan memilih menepisnya. Baginya, itu hanya bayangan masa lalu yang tak perlu lagi dihidupkan.“Aku sudah memutus hubungan dengan mereka. Karena mereka sendiri yang menginginkan hal itu,” gumamnya pelan, suaranya tenggelam dalam keheningan saat ia memarkirkan mobilnya di basement apartemennya.Apartemen ini kini menjadi dunianya, sebuah ruang yang sederhana namun penuh arti. Tidak lagi ada beban kenangan yang melekat pada dinding rumah orang tua angkatnya.Tempat tinggal ini lebih dekat dengan gedung Kv’s Group dan juga kampus Clara, membuatnya merasa seperti merangkai hidup baru yang jauh dari bayang-bayang masa lalu.“Sedang apa wanita itu? Baru dua hari tidak bertemu saja aku sudah sangat merindukannya,” Stevan bergumam sambil mengamb
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 243: Lalu Menghancurkan Hubungan Mereka

“Kau gagal membawa Stevan kemari?” Suara Randy terdengar seperti bara api yang siap menyulut percikan konflik. Tatapannya menusuk tajam ke arah Lisa yang baru saja memasuki ruang kerjanya.Lisa mengangguk pelan, meski ada jejak kehancuran di wajahnya yang mencoba ia sembunyikan di balik raut tenangnya. “Seharusnya kau paham, Randy,” ucapnya lirih namun tegas, seperti bisikan angin malam yang membawa pesan dingin.“Sudah pasti Stevan sangat kecewa dengan keputusanmu. Kau sudah menjanjikan jabatan itu untuknya, namun di hari-H, kau justru memberikannya kepada Mike.”Randy mengepalkan tangannya, kulitnya memutih di atas buku-buku jarinya. Bukannya merenungi kebenaran dari ucapan istrinya, ia malah merasa terpukul dalam kesombongannya. Tatapannya menjadi lebih gelap, penuh amarah yang seperti badai mengancam pecah.“Jadi, sekarang kau menyalahkanku, huh? Bukankah kau juga setuju dengan keputusanku?” suara Randy menggema, mengisi ruangan seperti suara petir yang mengguncang langit malam.“
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 244: Nasihat dari Sean

Waktu telah beranjak menuju angka delapan malam. Langit malam yang pekat berhiaskan kerlip bintang terasa seperti tirai beludru yang membentang, mengawasi pesta megah di hotel mewah berbintang lima.Lampu-lampu kristal menggantung anggun di aula utama, memancarkan kilauan yang menyerupai serpihan berlian.Para tamu undangan, mengenakan pakaian terbaik mereka, bercengkerama dalam percakapan yang penuh senyuman dan gelak tawa, sementara aroma mawar segar menyatu dengan wangi parfum mahal yang menguar di udara.“Clara?”Clara menolehkan kepalanya, rambutnya yang tergerai indah berayun lembut, sebelum senyum tipis terbit di bibirnya. Di hadapannya berdiri Stevan, sosok lelaki yang ia nanti dengan hati berdebar.Tanpa ragu, ia melangkah maju dan memeluk lelaki itu erat, seolah ingin memastikan bahwa kehangatan tubuhnya nyata dan tak hanya sekadar bayangan dalam pikirannya.“Aku pikir kau tidak akan datang, Uncle,” katanya dengan suara lembut, sedikit bergetar oleh rasa bahagia yang tak ter
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 245: Sainganmu sudah Tiba

“Mulai detik ini, aku yang akan menjadi pemimpin di kampus ini sesuai dengan perintah dari Daddy,” suara Emma menggema di ruang rapat seperti lonceng perak yang memancarkan kewibawaan.Tatapan tajamnya menyapu wajah-wajah di sekitarnya, memancarkan aura kepemimpinan yang tak terbantahkan. “Maka dari itu, beritahu aku apa pun yang terjadi di kampus ini.”Rapat pergantian pimpinan di Label’s University berlangsung dalam keheningan yang sarat dengan ketegangan.Emma telah menjejakkan langkahnya di New York, membawa ambisi dan tekad yang tak tertandingi untuk memimpin kampus itu.“Nyonya Aneth?” panggil Emma ketika rapat telah usai, suaranya dingin namun terukur, seperti angin musim dingin yang menyusup ke sela-sela jendela.“Ada yang bisa dibantu, Nona Emma?” Aneth menjawab dengan nada sopan, berdiri dengan tubuh tegap seperti seorang prajurit yang setia.“Anda mengenal mahasiswi bernama Clara Evander?” Tanya Emma, kali ini lebih menajamkan sorot matanya, seolah mencari jawaban yang lebi
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 246: Kepergian yang Mendadak

Clara melangkah mendekati Mark yang baru saja memasuki ruang tamu, aroma malam yang dingin masih menempel di jas kerjanya. Wajah lelaki itu tampak lelah, namun ia tetap menyunggingkan senyum kecil untuk putrinya.“Daddy... ada apa?” Clara membuka percakapan dengan nada gelisah, mata beningnya menatap wajah Mark dengan penuh kekhawatiran.“Kenapa kau baru pulang selarut ini? Uncle Stevan di mana?” Suaranya bergetar, seperti angin yang menyelinap di antara dedaunan malam.Mark, dengan gerakan lembut yang sarat kasih sayang, mengusap sisi kepala Clara, jari-jarinya menyisir rambut putrinya seperti angin musim gugur yang pelan menyapa dedaunan.“Stevan harus pergi ke London untuk mengurus orang tuanya, Clara,” jawabnya, suara baritonnya terdengar berat, seolah ada rahasia yang ingin ia sembunyikan di balik kata-katanya.Clara mengerutkan keningnya, tatapannya mengunci pada Mark, mencari kebenaran di balik penjelasan yang terasa terlalu datar.“Kenapa lagi dengan mereka, Dad?” tanyanya, su
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 247: Masih Berbaik Hati

“Maaf, aku tidak memberitahumu karena urusanku sangat mendadak,” suara Stevan terdengar di seberang sana, tenang namun mengandung jejak kelelahan yang sulit disembunyikan.Clara menghela napas panjang, dadanya terasa sesak oleh kekhawatiran dan amarah yang bercampur menjadi satu. “Sekarang jelaskan, apa yang kau lakukan di sana sampai pergi mendadak seperti ini?” tanyanya, suaranya bergetar, antara menahan rasa kecewa dan desakan ingin tahu.“Ibuku memaksaku untuk datang,” jawab Stevan akhirnya, suaranya terdengar berat, seperti seseorang yang menanggung beban yang terlalu besar. “Suaminya mengancam akan membunuh ibuku jika aku tidak pergi, Clara. Meskipun dia sudah menyakitiku, dia tetap ibuku.”Kata-kata itu menggantung di udara, menusuk relung hati Clara. Ia menelan salivanya dengan pelan, mencoba meredakan gemuruh emosinya. “Memangnya ayah tirimu sejahat itu, Uncle?” tanyanya, nada suaranya penuh dengan campuran simpati dan ketakutan.“Entahlah,” Stevan menjawab, suaranya nyaris s
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

“Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
PREV
1
...
232425262728
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status