Home / Pernikahan / Biar Kutanggung Dosa Malam Itu / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Biar Kutanggung Dosa Malam Itu: Chapter 21 - Chapter 30

38 Chapters

Apa Ada Maunya?

‘’Monik kemas semua barang-barang kamu ya.’’ Wanita berkerudung coksu itu melangkah memasuki kamar yang selama ini aku tempati. Aku terdiam sejenak. Tak kan ada lagi aku diganggu oleh papanya Andre. Di satu sisi aku senang bisa pindah dari sini dan di sisi lain aku pun sedih harus berpisah dengan bu Karni dan juga bibi yang selama ini jadi malaikat yang dititipkan Allah untukku. Tak seperti pak Ardi yang begitu sangat membenciku. ‘’Aku jadi pindah pagi ini ya, Bu?’’ tanyaku tanpa menjawab kata bu Karni. ‘’Iya, Monik. Ibu sudah dapat kos untukmu, kebetulan yang punya kos itu adalah teman Ibu. Ibu udah hubungi dia kok, tapi ada anak sekolahan di kos itu, Anak SMA. Apa kamu nggak keberatan?’’ Bu Karni menghenyak di sofa sembari memandangiku. ‘’Gimana ya, Bu,’’ sahutku dilanda kebingungan. ‘’Apa mereka nanti nggak akan menghinaku, Bu? Apalagi sepantaran denganku.’’ Aku memandangi beliau. Yang aku cemaskan saat ini adalah jika anak SMA itu tahu kalau aku hamil tanpa suami, dan mer
Read more

Trauma itu Masih Membekas?

‘’Yang ada nantinya Monik tambah makan hati di sini,’’ tambahnya dengan tertawa kecil. Membuat aku ikut tertawa, tapi dalam hati membenarkan ucapan bibi.‘’Ya sudah. Hati-hati ya, Monik. Bibi mau melanjutkan pekerjaan dulu. Nanti biar Bibi yang membawa piring kotor itu ke dapur.’’‘’Iya, Bi. Makasih banyak ya.’’Bibi mengangguk dan tersenyum, lalu melangkah keluar dari kamar sembari menutup kembali pintu. Aku bergegas menyambar makanan yang belum sempat kusentuh. Sambal gulai cincang, perkedel tahu, dan tempe terletak manis di atas nasiku. Tak lupa minuman segelas susu dan segelas air putih, serta buah mangga yang selesai dipotong kecil jadi pelengkapnya.Beberapa menit kemudian, aku telah selesai sarapan. Kutaruh kembali piring dan nampan itu di nakas. Biar bibi yang nantinya membereskan. Sesaat kemudian bu Karni tiba menghampiriku, karena pintu terbuka jadi baliau bisa masuk saja tanpa aku bukakan.‘’Kamu sudah sarapan?’’ tanya bu Karni menghampiriku yang tengah duduk di ranjang s
Read more

POV Andre

‘’Ma, aku tinggal dulu ya. Aku mau ke kantor Papa nih,’’ ucapku sembari duduk di sebelah wanita yang telah melahirkanku beberapa tahun nan lalu.‘’Trus Mama bagaimana?’’ Mama mengernyitkan keningnya.‘’Pake angkot aja, Ma.’’ sahutku. Kulihat sekilas Monik perlahan menggeleng.‘’Kamu ini ya, Ndre.’’ Mama malah ikut menggeleng.‘’Kan Mama tahu sendiri gimana Papa kalo nggak diturutin kemauannya.’’ Aku beranjak dari duduk, lalu melirik Monik sekilas. Entahlah, entah kenapa cintaku padanya tak sebesar dulu. Dulu begitu aku tergila-gila dengannya. Tak ada kabarnya saja sejam membuat kepalaku pusing. Kini kenapa semuanya terasa berubah? Ada apa gerangan? Bahkan aku merasa bosan memandanginya lama-lama. Kenapa cintaku ini begitu cepat pudar seiring berjalannya waktu. Monik yang dahulunya kucintai, Monik yang dahulunya terlihat cantik dan mempesona. Sekarang? Seakan-akan semuanya telah lenyap.‘’Ya udah deh, tapi kamu janji, Ndre. Jangan diturutin semua kemauan Papamu. Yang ada nanti dia m
Read more

POV Andre-Wanita yang Dijodohkan Papa

‘’Ndre!’’ Dia melambaikan tangannya di depanku, membuatku kaget seketika.‘’E—eh, iya. Maaf,’’ sahutku terbata, seketika membuat papa menggelengkan kepala. Aku pun kembali menjabat tangannya yang sejak tadi diulurkannya untuk berkenalan denganku.‘’Kamu baik-baik aja, Ndre?’’ tanya wanita yang bernama Nina itu.‘’Aku baik-baik saja. Apalagi ketemu sama kamu,’’ lirihku sembari meliriknya dengan sebelah mata. Duhh! Tuh kan kata gombalanku malah keluar. ‘’Ahh! Kamu bisa aja, Ndre.’’ Duhh! Dia memegangi tanganku. Kucoba menepisnya perlahan. Papa memandangi kami.‘’Papa tinggalin kalian berdua dulu ya. Papa ada acara meeting hari ini.’’ Papa bergegas bangkit dari kursi kebesarannya. Pasti papa sengaja meninggalkanku dengan Nina, agar dapat berduaan. Dasar papa, memang tahu apa yang kumau. ‘’Nggak apa-apa kok, Om. Kami juga mau nongkrong di cafe,’’ jawabnya sembari memandangiku.‘’Ya udah, kalian hati-hati ya!’’ ‘’Ndre, jaga Nina calonmu.’’ Papa bergegas melangkah keluar, sedangkan aku
Read more

Aku Terlanjur berjanji (POV Andre)

‘’Kamu bicara juga dengan Mamaku, ya?’’Aku yakin mama pasti tak kan menyetujui aku menikah dengan Nina. Tapi aku pun sebenarnya tak mampu menolak perjodohan papa. Bagaimana aku mau menolak dijodohkan dengan seorang gadis yang sangat cantik, tak bosan mata memandang. Tetapi disatu sisi aku teringat dengan Monik. Aku sudah berjanji dengan pihak kepolisian. Ahh! Aku harus bagaimana lagi? Apa aku menikah saja dengan Monik untuk sementara dulu?‘’Kok gitu, Ndre?’’ Dia tampak mengernyitkan kening sembari menyuap kebab yang telah terhidang sedari tadi. Aku hanya terdiam sembari tersenyum tipis lalu menyantap kebab yang disuguhkan di depanku. ‘’Papa sama Mamaku itu selalu beda pendapat. Jadi kamu harus bicara juga sama Mamaku, minta restu sama beliau,’’ jelasku setelah menyuap kebab.‘’Ya udah deh, aku akan bicara dengan calon mertuaku itu. Dia pasti setujulah,’’ katanya sembari tersenyum dengan pede dan kembali menyuap kebab yang masih tersisa.‘’Kamu nggak tahu aja, Nin. Mamaku bahkan ud
Read more

Apa Kunikahi Saja Keduanya? (POV Andre)

‘’Kamu nggak mampir dulu, Ndre? Mama nanyain kamu loh,’’ ujarnya entah sekadar basa-basi denganku atau memang sungguhan mamanya menanyakan aku. Dia memperbaiki rambutnya yang terurai panjang. ‘’Nggak, Nin. Kapan-kapan aja ya, sampaikan salamku sama Tante,’’ tolakku sembari mematikan mesin dan menepikan mobil.‘’Nanti kusampaikan. Hati-hati, Ndre. Bye!’’ Dia bergegas keluar dari mobil, dan melambaikan tangannya sembari tersenyum manis tampak lesung pipinya itu. Yang membuat jantungku semakin berdebar.‘’Iya, Nin. Bye!’’ Aku ikut melambaikan tangan sembari menunjukkan seulas senyuman, lalu menghidupkan kembali mesin mobil. Beberapa menit kemudian, aku telah tiba di pekarangan rumah. Aku memparkirkan mobil di garasi terlebih dahulu, lalu bergegas memasuki rumah. ‘’Kayaknya pikiranku perlu ditenangkan,’’ bisik hatiku sembari memegang kepala yang terasa mulai pusing. Tadinya padahal aku hanya bersandiwara saja di depan Nina. Eh, kini malah pusing sesungguhnya.‘’Ndre!’’ panggil suara ya
Read more

Terbongkar

Pagi-pagi seperti biasanya aku marathon keliling di sekitar kos, kata calon mertuaku harus rajin marathon di pagi hari biar mudah proses melahirkan. Aku melangkah dengan napas terengah-engah, makin ke sini terasa sulit dan berat untuk melangkah olehku. Mungkin karena usia kandunganku yang sudah cukup tua. ‘’Capek banget,’’ gumamku sembari menyeka keringat yang sejak tadi bercucuran. Sepertinya aku harus istirahat dulu. Ya, di depan warung itu aja kali ya. Dengan langkah gontai aku melangkah ke warung yang tak jauh dari tempatku berdiri, ya 3 langkah sudah sampai di sana. Aku menghenyak di kursi kayu.‘’Ka—kamu, Monik?’’ suara yang tak asing lagi bagiku mampu membuyarkanku, dia tampak kaget, dan kelihatan jijik melihat perutku yang membesar. Saking kagetnya dia menutup mulutnya seolah tak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. ‘’I—Ibu Nirma?’’ Mataku terbelalak tatkala menatap wanita muda yang tegak mematung di sampingku. Allah! Kenapa aku harus ketemu dengan wanita ini
Read more

Nasihat Seorang Sahabat

’A—aku...‘’‘’Yuk masuk ke mobil! Biar aku antar, nanti di mobil kita cerita ya.’’ Dia bergegas membukakan pintu mobil untukku, tanpa kata aku hanya mengangguk dan memasuki mobil Ayu. ***‘’Minum dulu, Monik!’’ Ayu mengulurkan sebotol air mineral kepadaku, sembari fokus pandangannya ke depan karena tengah menyetir. ‘’Makasih ya, Yu,’’ ucapku pelan dan meraih botol itu, lalu menyeruputnya. ‘’Sama-sama, gimana? Udah tenang kan?’’ tanya Ayu melirik sejenak ke arahku, aku hanya membalas dengan anggukan dan tersenyum tipis. ‘’Kamu ada masalah? Cerita dong ke aku, jangan diem aja.’’ ‘’Iya, Yu. A—aku ketemu sama Bu Nirma tadi.’’ ‘’Apa? Kok bisa, Monik?’’ dia kaget seketika. ‘’Iya, tadi ketika aku marathon. Aku berhenti di depan warung, berniat mau beli air juga dan sekalian melepaskan penatku. Bu Nirma datang begitu saja,’’ Jelasku dengan suara bergetar.‘’Terus, Bu Nirma udah tahu semuanya?’’ tanya Ayu kembali, dia masih fokus menyetir sesekali melirik ke arahku.Aku mengangguk lema
Read more

Diusir dari Kos?

‘’Wanita murahan, pelacur. Keluar kamu sekarang!’’ hardik mereka di luar sana.Tubuhku terasa lemas, napasku terengah-engah, dada terasa sesak dan buliran air mata lolos begitu saja. Jadi mereka sudah tahu kalau aku hamil di luar nikah? Ya Allah, ketakutanku selama ini pun akhirnya terjadi.‘’Kenapa sih, Ibu kost ini bisa menampung wanita murahan kayak dia.’’Berbagai upatan, hinaan dan caci maki yang kudengar dari luar sana. Membuat hatiku teriris. Aku tahu bahwa aku insan yang kotor, tetapi tak begitu juga caranya. Jika mereka tak suka dengan kehadiranku di sini, mereka bisa bicara baik-baik kepadaku. Bukan dengan cara mempermalukan aku seperti ini.‘’Bagaimana ini, apa aku harus keluar?’’ lirihku dengan suara bergetar, aku mondar-mandir di kamar dengan pikiran yang begitu kalud.‘’Kalo kamu nggak keluar pintu kost ini akan kami dobrak!’’‘’Kita dobrak aja, si m*rahan itu nggak akan keluar kayaknya!’’ usul salah seorang dari mereka, masih terdengar jelas olehku.‘’Jangan lama-lama,
Read more

Kontraksi?

‘’Ya Allah, kok bisa?’’‘’Ceritanya panjang, nanti akan kuceritakan. Sekarang jemput aku ya.’’‘’Aku akan jemput, tapi ini aku masih di rumah sakit menemani Nenek. Beliau dirawat.’’‘’Ya Allah, Nenek masuk rumah sakit? Kok kamu nggak cerita, Yu.’’‘’Iya, Monik. Gimana aku mau cerita, karena beliau baru saja masuk rumah sakit. Dan juga aku nggak mau menambah beban pikiran kamu.’’‘’Ya udah, kamu di mana sekarang. Biar aku jemput, tapi aku tunggu dulu Bunda biar Nenek ada yang jagain. Soalnya Bunda tadi sedang mengurus surat-surat keperluan Nenek,’’ imbuhnya di seberang sana.‘’Aku udah jauh dari kost itu, nanti kukirimkan alamatnya.’’‘’ Iya, Yu. Tapi cepetan ya, aku capek banget rasanya nih.’’‘’Iya, kamu cari tempat duduk dulu di sana. Biar bisa istirahat.’’‘’Jangan kemana-mana ya, tunggu aku. Oke.’’‘’Assalamua’laikum.’’Aku bergegas memasukkan kembali benda pipih milikku ke saku-saku. Seketika perutku terasa keroncongan. Ya, ternyata perutku belum diisi makanan apapun sejak tadi p
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status