Home / Pernikahan / Biar Kutanggung Dosa Malam Itu / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Biar Kutanggung Dosa Malam Itu: Chapter 11 - Chapter 20

38 Chapters

Penipu?

‘’Pa, dia bukan penipu. Dia benaran hamil anaknya Andre. Cucu kita,’’ lirih Bu Karni dengan suara bergetar. Aku masih memasang pendengaran dengan baik dan memperhatikan dua pasangan suami istri itu dari lantai atas.‘’A—aku ngga percaya, Ma. Kamu mau aja dibodohi oleh perempuan itu. Atau jangan-jangan kamu udah dipelet sama dia. Kenapa kamu bisa begini sih?’’‘’Andre ngga mungkin begitu kelakuannya. Dan aku kenal betul dengan pacarnya Andre. Aku yakin perempuan itu sudah gi-la. Dia dihamili laki-laki lain. Malah menuduh anak kita!’’‘’Semudah itu kamu percaya?’’ Lelaki itu menatap istrinya dengan tatapan tajam. Aku menggeleng cepat tanpa disadari air mataku mengalir begitu saja. Hati ini perih mendengar ucapan papanya Andre. Bisa-bisanya dia menganggapku gi-la.‘’Cukup, Pa! Aku lebih tau dari kamu!’’ ***Terbayang olehku ketika Pak Ardi membentak istrinya, sepertinya lelaki itu tak menginginkan keberadaanku di sini. Sepertinya juga dia tak menyukaiku. Bahkan dia mengataiku penipu da
Read more

Aku Takut

‘’Apa kamu yakin, Monik?’’ tanya Ayu kembali. ‘’Aku yakin banget, Yu. Apalagi perutku semakin membesar. Aku butuh biaya untuk persalinan. Kamu kan tahu, Mama dan Papa sampai sekarang belum bisa mema’afkanku. Andre pun belum tentu mau menikahiku,’’ jelasku panjang lebar. Aku tak punya pilihan lain selain menjual hadiah pemberian Andre. Perutku makin membesar dan sebentar lagi aku bakalan melahirkan, tentu butuh biaya yang sangat besar. Apalagi sekarang aku hanya memegang uang puluhan ribu saja, itu pun tak sampai untuk keperluan sehari-hari. Andaikan saja bu Karni memberiku sedikit uang untuk biaya sehari-hari. Tapi, diberi tempat tinggal saja untukku sudah merasa bersyukur sekali. Seandainya bu Karni tak membawaku ke sini, di mana aku akan tinggal? ‘’Ya udah deh, kalau kayak gitu katamu. Aku akan bantuin,’’‘’Terima kasih, Sahabatku,’’ aku tersenyum lega.‘’Sama-sama. Kamu jangan lupa sholat, jangan biarkan dirimu bergelimang dosa selamanya,’’ nasihat Ayu mampu membuatku merenung
Read more

Kemana Dia?

‘’Kenapa Mama ngebelain nih perempuan nggak tahu diri? Hah? Kenapa, Ma?’’ bentak pak Ardi sembari memandangi istrinya yang tengah menghampiriku. Rahangnya tampak mengeras dan mengepalkan tangannya, yang membuat aku semakin dihantui rasa takut. Sebegitu bencinya lelaki itu kepadaku. Aku tahu, kalau aku salah dan hamil di luar nikah, tetapi bukankah ini semua salah putranya juga? Dia tak bisa menyalahkan sepihak saja. ‘’Sudahlah, Pa! Malu sama tetangga loh. Lagian kenapa nggak minta tolong sama Bibi aja sih, Pa?’’ ucapnya lirih. Nah benar apa yang dikatakan bu Karni. Asisten rumah tangganya ada. Lah, ini malah memaksa aku untuk memasak seleranya. Sungguh aneh, bukan? ‘’Biarin! Dia kan cuman menumpang di sini, jadi nggak segampang itu bisa tinggal bersama kita, Ma!’’ ketusnya sembari membuang muka. Seketika bu Karni menggeleng.‘’Masuk ke kamar, Monik!’’ titah wanita separuh baya itu. Perlahan aku melangkah, hampir dicegah oleh lelaki sangar itu. Untung saja ada bu Karni yang baik h
Read more

Siapa?

‘’Maafkan aku, Bu,’’ batinku.‘’Jangan dimasukin ke dalam hati semua kata-kata Pak Ardi ya?’’ pinta bu Karni.‘’Aku nggak tahu harus ngomong apa lagi, Bu. Ibu mau saja menolong aku yang banyak dosa ini.’’ Tangisanku pecah seketika.‘’Huushh! Kamu lihat Ibu! Nggak boleh ngomong kayak begitu, semua orang punya banyak dosa, dan kamu belum terlambat untuk bertaubat.’’ Bu Karni memandangiku, lalu memelukku erat.‘’Iya, Bu. Ibu benar. Makasih sekali lagi ya, Bu.’’ Perlahan aku melepaskan pelukan. Bu Karni hanya mengangguk dan tersenyum, lalu menyeka buliran air mataku dengan tangannya, ‘’Ya udah, tuh dimakan dulu makanannya. Pasti kamu sudah lapar kan?’’Aku mengangguk dan meraih makanan yang dihantarkan oleh bu Karni.‘’Kalau begitu, Ibu keluar dulu ya. Makan nasimu dan habiskan, ingat jangan banyak pikiran!’’ Nasihat bu Karni sembari beranjak dari duduknya. Aku hanya mengangguk perlahan, beliau pun melangkah keluar. ‘’Melihat nasi aja aku udah nggak selera. Padahal sambalnya enak, tapi
Read more

Merencanakan Sesuatu (POV Ayu)

‘’Aku yakin semua rencanaku akan berjalan dengan lancar dan sesuai yang aku inginkan. Lihat aja nanti, Ndre! Kamu belum tahu bagaimana aku sebenarnya. Aku nggak akan tinggal diam atas semua perlakuan kamu terhadap sahabatku,’’ bisik hatiku sembari duduk santai ditemani secangkir teh hangat.Sudah beberapa hari ini aku merencanakan sesuatu, tentu dengan bantuan dari orang terdekatku. Aku yakin untuk kali ini rencanaku akan berhasil. Lalu Andre akan mau bertanggung jawab atas semua yang telah dilakukannya terhadap sahabatku. Aku tersenyum tipis lalu menyeruput secangkir teh yang masih tersisa. Lalu kuraih benda canggih yang terletak di meja. Aku langsung menekan kontak seseorang.Berdering.‘’Assalamua’laikum! Kamu jadi kan melanjutkan rencana kita?’’‘’Wa’alaikumussalam! Jadi dong. Kamu jangan khawatir. Kan aku udah janji bakal bantu kamu sampai masalah ini tuntas.’’ Suaranya di seberang sana yang membuat aku tersenyum.‘’Alhamdulillah kalo gitu. Aku harap semuanya berjalan dengan lan
Read more

Dua Orang Polisi? (POV Ayu)

Aku memutuskan sambungan sepihak, langsung aku menstater si roda empat hingga membelah jalanan raya.Aku akan usahakan semampuku untuk membantu Monik, sahabatku. Walaupun dia hamil di luar nikah, bukan berarti aku juga ikut membencinya dan membiarkan dia begitu saja. Apalagi saat ini dia tak punya sesiapa untuk merangkul dan menasehatinya. Aku begitu kenal seorang Monik yang selalu menjaga dirinya dulu ketika dia belum berpacaran dengan Andre. Tetapi setelah dia mengenal cinta dan berpacaran dengan lelaki itu membuat dia berubah. Karena cinta membuat dia buta dan menyerahkan segalanya.Aku teringat ketika aku melarang Monik berpacaran dengan Andre, hingga membuat dia menjauhiku, dia bilang kalau aku iri dengan hubungannya yang begitu romantis. Padahal tak ada di hatiku sedikit pun merasa iri. Aku hanya tak ingin sahabatku salah dalam pergaulannya dan menempuh jalan yang sangat dibenci oleh Allah. Dan kini? Apa yang terjadi? Semua kekhawatirkanku itu terjadi. Andaikan saja Monik mau
Read more

Lelaki itu Kembali?

‘’Eh, perutku lapar banget ini. Mana Bibi belum bawa makanan lagi. Biasanya siang begini sudah bawa roti atau susu untukku. Ini ke mana sih si Bibi?’’ bisikku sembari mondar-mandir memegang perutku yang semakin hari membesar. Ya, perutku terasa sangat lapar, apalagi aku tengah hamil besar. Makin ke sini, aku mudah lapar. ‘’Atau Bibi lagi sibuk kali ya? Aku cari sendiri aja deh.’’ Aku bergegas melangkah ke ruang makan. ‘’Eh, Monik! Bibi baru saja mau membawakan makanan ke kamar. Ma’af telat, tadi dapat telepon dari kampung,’’ lirih Bibi sembari menenteng nampan yang berisi roti dan segelas susu. ‘’Iya, Bi. Aku lapar banget nih.’’ ‘’Nggak apa-apa. Aku ambil ya, Bi.’’ ‘’Ya udah, Monik. Bibi kembali beres-beres dulu ya. Nanti jika Monik butuh apa-apa tinggal panggil Bibi aja atau hubungi nomor Bibi.’’ Bibi terkekeh menatapku. ‘’Siap, Bi. Bibi bisa aja.’’ Aku tertawa kecil sembari memandangi Bibi yang menghilang dari pandanganku. Sementara aku masih menenteng makanan. Ahh! Dibaw
Read more

Apa Aku Tak Salah Dengar?

Duhh! Terkadang aku rindu dengan mama dan papa. Apa beliau tak merasakan hal yang sama? Entahlah! Mungkin karena kebenciannya terhadapku rindu itu hilang begitu saja. Kebencian beliau kepadaku mengalahkan rasa rindu. Tetapi, apakah beliau tak mengkhawatirkanku sedikit pun? Setidaknya bertanya kabarku. Ahh! Segitu bencikah mama dan papa kepadaku. Sudahlah! Lebih baik kuhubungi Ayu terlebih dahulu.Berdering.‘’Assalamua’laikum, Yu! Kamu sedang nggak sibuk kan?’’‘’Wa’alaikumussalam, Monik. Enggak juga kok. Ini sedang duduk santai aja.’’‘’Alhamdulillah kalo gitu. Yu, makasih banyak ya. Kamu sudah banyak banget membantuku.’’‘’Sama-sama. Ya Allah, biasa aja napa! Kamu kan sahabatku. Jadi, udah tanggung jawabku untuk membantumu. By the way, Andre sudah ke rumahnya kan?’’‘’Iya, Yu. Kamu sudah banyak membantuku.’’‘’Aku beruntung punya sahabat kayakmu, Yu. Andre Alhamdulillah sudah pulang. Itu berkat kamu dan Dion.’’‘’Monik, aku senang jika bisa membantumu. Syukurlah, jika Andre udah pu
Read more

Hinaan

‘’Pa, aku udah janji akan bertanggung jawab atas semua yang udah kulakukan terhadap Monik,’’ ucap Andre lirih yang tengah memandangi pak Ardi.‘’Apa? Kamu mikir dong, Ndre. Tolong dengarkan kata Papa. Papa nggak setuju kamu menikahi perempuan nggak beres itu!’’ bentaknya sembari menatap Andre dengan tatapan tajam membuat Andre menunduk. Perempuan tak beres? Dasar egois! Bukankah ini semua salah anaknya juga? Kenapa aku sendiri yang disalahkan? Begitu hinakah aku dimata papanya?‘’Itu semua gegara Andre juga, Pa,’’ jawab Andre pelan.‘’Sejak kapan kamu begini? Hah? Kamu akan ikutan dihina dan dicaci maki orang-orang, Ndre. Keluarga kita ini keluarga terpandang!’’ geramnya.Allah! Kenapa seolah matanya buta, tak melihat kejadian yang sebenarnya. Kenapa dia malah menyalahkan sepihak saja? Aku menghela napas berat.‘’Pa. sudahlah! Aku mau beristirahat dulu,’’ kata Andre pelan dan bergegas bangkit, namun papanya menghambat langkah Andre seketika.‘’Kamu nggak sopan. Orang tua bicara bukan
Read more

Curhat

‘’Ya Allah, benar saja. Sebenarnya jiwaku memang tertekan sekali berada di sini. Betapa susahnya ya jika kedua orang tua udah benci dan mengusirku,’’ bisik hatiku sembari menatap langit-langit kamar. Aku menghela napas perlahan, sesaat kemudian benda pipih itu berdering. Perlahan kubangkit, lalu meraihnya. Ada pesan di aplikasi hijau, siapa? Kulihat dan kutelusuri, ternyata sahabatku.‘’Assalamua’laikum, Monik. Gimana? Gimana sikap Andre sama kamu?’’ tulis Ayu di aplikasi hijau itu.‘’Wa’alaikumussalam, Yu. Nggak gimana-gimana kok, dia tadi bertanya berapa bulan usia kandunganku. Aku malas menjawabnya dan dia menatapku, aku risih, Yu. Muak sekali dengan perlakuannya itu, memandangnya aja membuatku ingin muntah,’’ balasku bercerita ke Ayu.‘’Lalu apa jawabmu? Nah, dia mulai peduli kembali sama kamu kan. Aku senang deh, Monik. Jangan gitu, aku tahu kamu membencinya karena perlakuannya terhadapmu beberapa bulan yang lalu, tetapi anakmu butuh Ayah juga loh, Monik. Nggak boleh egois ya.’’
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status