Home / Pernikahan / Hati Wanita yang Tersakiti / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Hati Wanita yang Tersakiti: Chapter 111 - Chapter 120

132 Chapters

Part 111; Perlakuan Manis

“Terakhir kali aku melakukannya dengan begitu kasar, izinkan aku melakukannya dengan baik kali ini,” ucap Rave yang tidak bisa dijawab oleh Levana.Tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh Levana saat ini. Dirinya ingin berontak, tetapi di sisi lain ada hasrat dalam dirinya yang mengatakan untuk diam dan menikmati semuanya. Namun, jika dirinya mengingat semua masalah yang pernah dideritanya semenjak menikah dengan Rave, ia ingin menghentikan sentuhan suaminya saat itu juga.“Levana,” panggil Rave yang kini sudah berada di atas tubuh Levana. “Aku tak akan memaksamu jika kau tak mau melakukannya.”Mata Levana refleks terpejam dan memikirkan kata-kata Rave barusan yang terdengar begitu lembut di telinganya. Cukup lama dirinya memejamkan mata hingga ia kembali mendengar suara Rave.“Kau mengizinkanku melanjutkannya?” tanya Rave dengan begitu hati-hati.Levana benar-benar merasa bimbang saat ini, tetapi kepalanya perlahan mengangguk mengizinkan sang suami melanjutkan apa yang diingin
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Part 112; Membunuh Waktu

Levana dan Rave saat ini tengah duduk bersantai di ruang keluarga. Levana sendiri merasa belum terbiasa berada di ruangan yang sama dengan Rave, walaupun sebelumnya mereka sering berada di ruangan yang sama atau bahkan tidur di ranjang yang sama. Dirinya tetap merasa tidak nyaman dengan sikap Rave yang tiba-tiba berubah jadi manis.Walaupun semula Rave mengatakan akan menghabiskan waktu bersama dengan Levana dengan menonton tv, faktanya sang suami tengah sibuk sendiri dengan tablet dan ponselnya. Biar bagaimanapun juga, sang suami harus tetap bekerja walau hanya memantau dari rumah, dan Levana tidak ada hak untuk menghentikannya.“Mau ke mana?” tanya Rave cepat saat Levana baru saja hendak bangkit berdiri setelah mematikan tv di hadapannya.“Oh, aku akan kembali ke kamar,” sahut Levana yang entah kenapa merasa gugup sendiri.“Apa yang akan kau lakukan di kamar?” Rave seolah tengah menunggu jawaban yang keluar dari mulut Levana dengan sabar.“Membaca buku?” ucap Levana tak yakin dengan
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Part 113; Kegugupan Berbeda

“A..apa yang kau lakukan?” Levana mendadak gugup ketika kedua tangan Rave mencengkeram erat kedua lengan kursi yang tengah Levana duduki.“Katakan Levana,” ucap Rave pelan dengan matanya yang masih menatap dalam pada Levana. “Bagian apa yang membuat jantungmu berdebar di novel itu?”Wajah Levana seketika memerah ketika tak sengaja menatap ke arah bibir sang suami. Dirinya bahkan terasa sulit untuk bernapas dan meneguk ludahnya sendiri. Tangannya mencengkeram erat buku yang tengah dipegangnya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang kini terasa tak karuan.Saat Levana tak kunjung bereaksi, seringai Rave tiba-tiba terlihat jelas di wajahnya. “Jangan bilang jika aku yang membuatmu lebih gugup dibandingkan novel yang kau baca,” tambah Rave dengan nada nakal dan sedikit meregangkan tubuhnya. Tatapannya masih menatap intens ke arah Levana.“Aku.. aku lapar,” ucap Levana tiba-tiba yang mana menyentuh tangan Rave, mendorong tubuh sang suami agar memberinya jalan. “Kau mau makan camilan?”Le
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Part 114; Teman Bercerita

“Aku tidak tahu jika kau benar-benar datang!” sambut Levana ketika membukakan pintu rumah sedikit lebih lebar.“Jika aku berkata akan datang, sudah pasti aku akan datang!” seru sang tamu yang mana kini mendorong kantong belanjaannya kepada Levana.“Freeya, apa ini? Kau seharusnya tak perlu membawa apa pun,” sahut Levana yang kini memandang Freeya dan kantong belanja di tangannya berulang kali.“Namanya saja bertamu ke rumah orang, sudah pasti harus membawa barang bawaan,” ucap Freeya yang kini merangkul Levana. “Rumahmu bagus juga. Ajak aku keliling ruangan, aku ingin melihat sisi lain rumah ini.”Levana pun melangkah lebih dulu ke arah dapur yang mana posisinya lebih dekat dengan ruang tamu. Diletakkannya barang belanjaan yang dibawa oleh Freeya dan punggungnya ia sandarkan ke dinding basin.“Aku pikir kau sudah pernah ke sini sebelumnya,” gumam Levana yang langsung dibalas gelengan kepala dari Freeya.“Oh, tidak. Kenapa kau bisa berpikiran begitu?” Freeya terlihat keheranan dan memi
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Part 115; Kenyataan Pahit

Sejak Freeya pulang dua jam yang lalu, Levana hanya diam di kamarnya sembari memikirkan ucapan Freeya sebelumnya. Dirinya begitu terkejut ketika tahu jika Lilian dan Toby Duggan ternyata sudah ada hubungan sejak lama.“Kenapa Tuan Francis berbohong padaku?” tanya Levana pada Freeya ketika temannya itu masih bersama dengannya.“Oh, Levana, untuk masalah itu aku tidak tahu. Maafkan aku karena baru menceritakan semuanya padamu.” Freeya terlihat menunduk, menghindari tatapan Levana. “Aku tidak tahu bagaimana menceritakannya padamu dan aku berpikir hubungan kau dan Rave tidak sampai sejauh ini.”Levana tidak bisa menyalahkan Freeya karena sesungguhnya wanita di hadapannya itu tidaklah salah.“Jika kau pikir aku marah padamu, maka jawabannya adalah tidak, Freeya,” ucap Levana yang mana membuat Freeya mengangkat kepalanya. “Aku hanya tidak menyangka jika Tuan Francis rela menghancurkan hidup keluargaku demi memisahkan Rave dan Lilian.”Yang dikatakan Levana memang benar, dirinya hanya tidak
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Part 116; Tidak Nyaman

Tangan Levana yang semula membelai pelan rambut Rave kini berhenti. Disingkirkannya rambut yang menutupi wajah tampan sang suami dan tangan kanannya diletakkan di atas tangan kiri yang memangku pipinya.Pengakuan Rave sebelumnya sempat membuat Levana bersedih. Melihat dan mendengar sendiri Rave yang sangat sedih perihal perselingkuhan Lilian, membuktikan jika suaminya itu sangat mencintai istri pertamanya.“Bukankah aku memang tidak memiliki tempat di hatimu? Lantas kenapa kau tidak ingin melepaskanku.”Mata Levana kini terpejam, menahan agar air matanya tidak keluar. Hatinya kini benar-benar tertusuk ketika mengingat semuanya. Tak ingin berlarut dalam kesedihan, Levana pun bangkit dan segera membersihkan diri.Saat dirinya mencoba untuk memasak makan siang untuk dirinya dan Rave, ia mendengar ponselnya berbunyi. Dengan cepat Levana mengangkat panggilan telepon yang berasal dari ayah mertuanya.“Rave ada bersamamu?” tanya sang mertua ketika Levana baru saja mengangkat teleponnya.“Ya,
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Part 117; Keseharian Menegangkan

“Kau tidak ingin bangun?”Levana merasa ada seseorang yang mengajaknya bicara, membuat dirinya perlahan mulai membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah sang suami yang tengah tersenyum manis padanya.“Astaga sepertinya aku ketiduran!”Tubuh Levana refleks bangun dan duduk, matanya memperhatikan sekitar yang mana dirinya sudah pindah di dalam kamar Rave. Seingatnya terakhir kali ia berada di ruang keluarga karena Rave demam.Tangannya pun kini menyentuh kening sang suami, memeriksa suhu tubuh pria yang berbaring menatapnya. “Kau sudah baikan?” tanya Levana yang mana membuat Rave menyeringai ke arahnya.“Berkat meminum obat dari cara yang er ... romantis,” ledek Rave yang membuat Levana mendengus kesal.“Kenapa kau membawaku ke sini? Seharusnya kau membawaku ke kamarku sendiri,” ujar Levana yang kini memilih turun dari ranjang Rave.“Entahlah, aku lebih nyaman melihatmu di kamarku.”Levana tidak memedulikan ucapan Rave barusan, dirinya hanya melirik dan memperhatikan san
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Part 118; Desakan Mengejutkan

Tadi malam, saat Levana dan Rave berpisah ke kamar mereka masing-masing, Levana segera mencari ponselnya dan menghubungi seseorang. Saat ini dirinya merasa benar-benar tidak ada satu pun orang yang bisa dipercaya, dan dirinya juga tidak bisa menghubungi kedua orang tuanya karena takut orang tuanya khawatir.“Sejujurnya aku ingin membantumu, Levana, tetapi dalam waktu yang begitu singkat, aku tidak yakin bisa membuktikannya,” ujar seseorang dari seberang telepon.“Beberapa perusahaan yang sebelumnya bekerja sama dengan perusahaan ayahku, semuanya terafiliasi dengan salah satu anak cabang perusahaanmu. Tidakkah kau juga merasa penasaran kenapa usaha tersebut tiba-tiba mengalami kegagalan, padahal sebelumnya baik-baik saja?” ujar Levana yang sedikit menekan seseorang yang dihubunginya.“Levana, kau tahu betul bagaimana cara permainan Maverick Group, bukan? Mereka adalah kumpulan orang-orang yang gila kekuasaan.” Suara embusan napas berat terdengar dari seberang telepon. “Jika aku berhasi
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Part 119; Permintaan Khusus

Suasana makan malam terasa begitu tenang, baik Levana maupun Rave lebih memilih makan dengan tenang dibandingkan saling berbicara satu sama lain. Saat keduanya sudah selesai menyantap menu utama, Levana memberanikan diri untuk bersuara.“Apa kau sibuk tiga hari ini?” tanya Levana yang membuka pembicaraan.Tatapan Rave pun langsung beralih ke arah Levana. “Tidak terlalu. Ada apa?”Cukup lama Levana terdiam. Dirinya tengah menimang apakah ia bisa mengajukan permintaan atau menyimpan keinginannya sedalam mungkin.“Aku punya permintaan kepadamu,” ujar Levana pada akhirnya setelah memutuskan cukup lama.Kening Rave berkerut saat mendengarnya. “Apa yang kau inginkan?”“Aku ingin pergi berlibur denganmu untuk yang terakhir kalinya,” ucap Levana yang mengajukan permintaannya pada Rave.“Apa maksudmu?” tanya Rave dengan cepat.“Kau ingat perjanjian kita tempo hari? Aku memutuskan untuk mengandung anakmu yang kedua kalinya, tetapi sebelum itu terjadi, aku ingin kita berlibur selama tiga hari. B
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Part 120; Waktu Bersama

Mata Levana seolah dimanjakan dengan pemandangan sekitar tempat dirinya dan Rave menginap. Cuaca yang mulai sejuk saat musim gugur menambah kenyamanan dirinya saat berada di sana.“Kau menyukainya?” tanya Rave yang berhasil membuat Levana terkejut.Tangan Rave menyodorkan segelas coklat panas yang langsung dibalas senyuman hangat dari Levana.“Terima kasih,” sahut Levana yang kembali memperhatikan pemandangan gunung Matterhorn di hadapan mereka.“Kau tidak kedinginan? Udaranya cukup dingin dan kau hanya memakai pakaian tipis,” ujar Rave yang kini memakaikan mantel yang pakai di tubuh Levana.Belum terbiasa dengan sikap Rave yang seperti ini, coklat panas di tangan Levana refleks tumpah sedikit, membuat Rave tertawa kecil melihatnya.“Kau gugup? Kau lupa beberapa hari ke belakang bagaimana hubungan kita,” sahut Rave yang sembarang berbicara berhasil membuat pipi Levana merona.“Bagaimana denganmu? Kau tidak kedinginan?” Levana mencoba mengembalikan topik pembicaraan pada Rave sembari m
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status