Home / Romansa / Terjerat Pesona Sang Mantan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Terjerat Pesona Sang Mantan: Chapter 11 - Chapter 20

27 Chapters

Chapter 11

Morgan agak kecewa saat mengetahui jika wanita yang dirindukannya ternyata hari ini tidak datang ke kantor. Padahal dia sudah berangkat lebih awal daripada biasanya agar bisa bertemu dengannya. Kantor yang terasa lebih hangat dengan kehadiran wanita itu jadi terasa sepi dan asing. Ah, mood-ku jadi berantakan, batinnya seraya menatap ke arah meja Purple yang tak berpenghuni.Demi mengembalikan mood-nya yang buruk, dia berdiri di dekat jendela. Menatap mentari yang malu-malu menampakkan diri dari ufuk timur. Dan saat menatap ke bawah terlihat rumah penduduk yang lebih padat dibanding 5 tahun yang lalu. Satu persatu warga mulai memerlihatkan aktivitas hariannya.Merasa cukup dengan kegiatan bersantai itu Morgan kembali ke tempat duduknya. Membuka salah satu tumpukan dokumen di atas meja dengan malas. Padahal baru sehari ditinggal pergi, tapi tumpukan itu sudah bertambah lagi dan lagi, seakan tak ada habisnya. Dia akan fokus menyelesaikan semua dokumen itu agar bisa melupakan wanita mungil
last updateLast Updated : 2024-09-10
Read more

Chapter 12

Sudah 10 menit berlalu dan Purple belum merasa jemu menatap paras tampan pria yang duduk di sampingnya. Sesekali pria yang sibuk dengan kemudinya itu menoleh ke arahnya sebentar lalu fokus lagi ke depan. Tak ada niatan sedikit pun untuk melepas genggaman tangan sejak keduanya memasuki sedan putih itu.“Why?” tanya Morgan penasaran. Purple menggeleng sambil tersenyum.“Aku sangat bahagia sampai bingung bagaimana harus mengekspresikannya.” Morgan tersenyum mendengar pengakuan jujur wanita itu. Keduanya memutuskan pulang bersama setelah memastikan perasaan masing-masing kembali seperti dulu.“Kalau udah mutusin buat ugal-ugalan, kamu harus bertanggung jawab sampai akhir, lho.”Purple kembali tersenyum lalu menjawab, “Siap, Bos.” Dilanjutkan dengan mengecup punggung tangan pria yang mengenggam erat jarinya. Sikap manis yang membuat jantung Morgan jadi tak karuan.“Aku lagi nyetir, Sayang….”“Iya tahu, kok. Terus kenapa?”“Kalau kamu godain aku terus bisa-bisa tujuan kita bukan pulang ke ru
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Chapter 13

Morgan menghentikan tangannya yang tengah menandatangani sebuah laporan saat melihat Dilan menyambangi meja wanita yang semalam sudah dipatenkan menjadi miliknya. Tanpa sadar dia memindahkan pulpen di tangannya ke atas bibir seraya memutar roda bangkunya. Mata almond-nya mengamati dengan saksama apa yang tengah dilakukan salah satu karyawan juniornya itu.Penasaran apa yang Purple terima dari pria itu, Morgan bergegas keluar ruangan. menuju meja kerja wanita itu.Tok … tok.Purple mendongakkan kepala saat mendengar ketukan di mejanya.“Ya …, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” Pertanyaan itu nyaris lewat begitu saja karena perhatian pria itu justru tertuju pada kue lapis dan satu cangkir kopi susu di atas meja yang didatanginya.“Pak?”“Ehem …. Saya ingin tahu update perkembangan renovasi kantor lama sampai mana.”“Baik, Pak, saya akan segera ke ruangan Bapak
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

Chapter 14

“Good morning, Sayang …,” sapa Morgan pada Purple yang baru saja menaiki mobilnya.Udara dingin di pagi hari sehabis hujan tak menyurutkan niat pria dari masa lalunya itu untuk menjalankan keinginan menjemput pacarnya dan berangkat kerja bareng.“Morning ….” Purple tersenyum.“Mana?” tanya Morgan.“Apanya?” Morgan menjawabnya dengan jemari telunjuk yang diarahkan ke pipinya sendiri. Purple mendengus. Tak habis pikir pagi-pagi sudah meminta absen kehadiran dengan kecupan.Saat Purple ingin mengecup pipinya, Morgan justru menoleh hingga membuat tempat mendarat bibir Purple berubah tempat jadi ke bibir pria itu. Purple agak terkejut untuk sesaat dan kembali tenang berkat senyuman yang mengembang di wajah tampan pacarnya.Mobil sedan putih itu melaju pelan meninggalkan gang rumah Purple yang masih terlihat sepi. Keempat roda yang terpasang pada kuda besi itu menyapu
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Chapter 15

Drrtt … drrtt … drrtt.Getar yang berasal dari gawai hitam akhirnya berhasil menghentikan Morgan dari tindakan agresifnya menciumi Purple. Agak disayangkan, namun dia juga tak bisa mengabaikan telepon yang berhubungan dengan pekerjaan. Sambil mengangkat telepon tangan kirinya mengenggam tangan Purple.“Iya, Al.”“Bos, maaf ganggu. Ada kabar penting, PT. Aserloka membatalkan pesanannya padahal saat ini proses produksi sedang berlangsung.”“Atur meeting segera.”“Udah, Bos. Mereka duluan yang minta bertemu. Tapi maunya meeting sekarang di resto Yummy dekat kantor.”“Oke. Aku ke sana segera. Kamu bawa kontrak yang sudah mereka tanda tangani dan dokumen pendukung lainnya.”“Baik, Bos.”Tut“Sayang …. Kayanya kita ngak bisa makan bareng. Maaf, ya,” ucap Morgan tulus. Purple membalasnya dengan senyuman sam
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Chapter 16

“Belum selesai?” Kedatangan Morgan membuat Purple membalikkan badan.“Bentar lagi.” Morgan berjalan menghampiri Purple yang terlihat sedang memilih warna cat dinding pada sebuah buku katalog.“Mbak boleh minta buku katalog lagi?” tanya Morgan pada salah satu karyawan toko yang tampak sumringah dengan kedatangan pria tampan ke toko mereka. Hal yang jarang terjadi mengingat biasanya yang datang adalah bapak-bapak paruh baya.“Ada, Pak.” Karyawan yang memakai kerudung hitam mengambilkan satu lagi buku katalog lalu memberikannya pada Morgan. Netra perempuan itu tak dapat menyembunyikan rasa kagum atas ketampanan paras pembelinya yang membalas uluran tangannya dengan ucapan terima kasih.“Boleh saya bawa pulang?” Wanita itu mengangguk tanpa mengedipkan mata.“Tolong antarkan semua barang yang sudah dibeli wanita ini ke alamat berikut beserta tagihannya.”“Baik, Pak.&rdq
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Chapter 17

Butuh waktu sekitar 20 menit sampai Purple selesai menghitung material yang datang. Dibantu mandor dan beberapa pekerja lainnya. Sementara Morgan memilih duduk di sebuah bangku kayu yang ada di bawah pohon. Menikmati angin sepoi di tengah teriknya matahari serta memerhatikan dengan saksama kekasihnya yang sedang bekerja dengan serius. Tatapan matanya yang penuh dengan kehangatan dan kadang disertai senyum kecil di bibirnya sangat jelas menunjukkan bagaimana perasaan pria itu terhadap Purple. Siapa pun yang melihat tatapan itu bisa menebak jika pria itu sedang tergila-gila dengan wanita yang selama ini dikenal sebagai arsiteknya.“Ayo masuk, di sini panas,” ajak Purple saat menghampiri Morgan.“Udah selesai?” tanya Morgan. Purple menjawabnya dengan anggukan.Morgan bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti Purple menuju ke ruangan yang tadi ditinggalkan. Belum jauh dia melangkah terjadi peristiwa yang sangat tidak terduga.&ldquo
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

Chapter 18

“Al, untuk sementara aku mungkin ngak bisa datang ke kantor, jadi kamu handle semua pekerjaan,” perintah Morgan saat dalam perjalanan menuju rumahnya.“Baik, Pak.”“Kalau ada yang perlu ditanda tangan dan itu bukan urusan mendesak kamu bisa kumpulkan dulu biar sekalian, jadi ngak mondar-mandir datang ke rumah. Untuk dokumen yang mendesak kalau memang kamu sibuk bisa suruh salah satu karyawan antar, ngak perlu kamu sendiri yang datang.” Sekali lagi Alfa mengangguk mengerti.Sesampainya di halaman rumah Morgan.“Pak, mobilnya ditinggal apa saya bawa?”“Bawa aja, aku pakai mobil satunya.”“Baik, Pak. Cepat sembuh ya, Pak.” Morgan tersenyum sambil mengangguk, dalam hati justru berkata sebaliknya. Dia ingin sakitnya sembuh agak lama supaya Purple terus merawatnya. Licik memang.Saat sedan putih itu perlahan meninggalkan halaman rumahnya, Purple memapah Morgan
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Chapter 19

Selesai memasak bersama keduanya duduk di ruang makan. Satu persatu Purple meletakkan makanannya di atas kenap. Sementara Morgan tak sabar ingin menyantap makanan yang dibuat Purple seraya memegangi sendok dan garpu di kedua sakalnya. Terakhir, tak lupa Purple mengambil air mineral dingin beserta dengan dua buah gelas untuk mereka minum.Usai berdoa, kedua serempak berucap, “selamat makan.”Piring yang berisi tumpukan nasi mulai dihiasi dengan lauk pauk dan sayur yang baru saja matang. Purple memutuskan memasak baby buncis bumbu bawang putih dan ayam goreng terasi.“Hmmm ….”“Gimana rasanya? Enak ga?” Morgan tak bisa menjawab pertanyaan Purple karena mulutnya dipenuhi makanan. Dia hanya bisa memberikan isyarat dengan mengacungkan jempol.“Khas Purple sekali. Aku kangen banget masakanmu.” Pernyataan Morgan itu entah mengapa membuat Purple merasa terharu.“Makan yang banyak,
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

Chapter 20

Belum puas dengan ciuman yang berlangsung hampir 20 menit, Morgan dengan terpaksa mengakhirinya.“Jika aku tak berhenti sekarang mungkin akan terjadi hal di luar batas kendaliku. Sebab aku sudah tak bisa menahannya lebih lama lagi. Apa kamu tetap ingin meneruskannya?”Purple terlihat kebingungan dan terdiam untuk beberapa saat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menggeleng. Morgan justru tersenyum melihat reaksi Purple yang tampak malu-malu.“Aku tahu kamu akan menolak, maka dari itu aku menanyakannya terlebih dulu. Karena aku sangat menghormatimu, jadi aku tak akan melakukan hal-hal yang nantinya akan membuatmu membenciku. Terima kasih sudah membantuku keramas.” Purple mengangguk. Entah kenapa dia berubah jadi lebih kalem.“Ka…mu ngak ma…rah?”“Marah? Ngak, tuh. Marah kenapa?”“Karena aku ….”“Justru aneh kalau kamu mau melakukannya sekarang seba
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status