Semua Bab Tuan Presdir, Nyonya Tidak Ingin Bercerai!: Bab 51 - Bab 60

71 Bab

Bab 51 - Terasa Kosong

Sepersekian detik Amanda mematung dalam pelukan tersebut. Berada di dalam pelukan pria lain membuat jantungnya berdetak tak biasa. Dan ketika mulai menyadari debar tersebut, Amanda dengan cepat mendorong dada tuan Austin sampai pelukan mereka terlepas. Amanda buru-buru melihat ke arah Aska, ingin tahu apakah Aska melihat sentuhan yang tak seharusnya ini, namun Amanda langsung bernafas lega saat melihat Aska masih asik sendiri dengan semua mainannya. Sedikitpun bocah itu tidak menoleh ke belakang, ke arah dia dan tuan Austin. "Tuan, aku mohon hal seperti ini tidak terulang lagi," ucap Amanda lirih. Bicara pun pelan-pelan agar Aska tak tertarik dengan pembicaraan mereka. "Permohonan yang sia-sia, Amanda. Kamu tahu tentang perasaanku dan aku tak ingin membohongi diri," balas Austin dengan sorot mata yang tiba-tiba nampak berubah, beberapa saat lalu pria ini terus tersenyum, tapi mendadak raut wajahnya berubah jadi serius. Seolah sedang meyakinkan Amanda bahwa ucapannya tak main-main
Baca selengkapnya

Bab 52 - Secantik Itu

"Nyonya, Nona Kaginda sudah membuat pesta penyambutan untuk Anda. Acara makan malam di restoran Four Season Hotel," lapor Luna.Kabar kepulangan Amanda tak hanya di dengar oleh Austin dan seluruh karyawan yayasan. Tapi juga teman-teman sosialita Amanda, teman-teman yang terhubung dengan perkerjaannya dan juga rekan-rekan yang selama ini menjalin hubungan baik.Kaginda adalah salah satu teman yang cukup dekat dengan Amanda, mengetahui kesibukan Amanda karena itulah dia menyiapkan acara penyambutan ini diam-diam, lalu setelah semuanya selesai dia hanya tinggal memberi kabar pada asisten pribadi Amanda.Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 4 sore, Aska masih tertidur di kamar Amanda."Siapa saja yang hadir dalam acara itu?" tanya Amanda kemudian."Sekitar 30 orang Nyonya," jelas Luna, dia juga menyebut daftar tamu yang telah Nona Kaginda kirimkan padanya. "Acaranya dimulai jam 7 malam," timpal Luna, mengakhiri penjelasannya.Amanda mengangguk kecil dan mulai menutup dokumen yang tadi dia
Baca selengkapnya

Bab 53 - Meminumnya Hingga Habis

"Mas, Mau sampai kapan kita seperti ini terus? membiarkan mbak Amanda bersikap semuanya!" ucap Evelyn setelah sang kakak ipar pergi. Saat tak ada Amanda, barulah dia berani mengungkapkan semua yang ada di dalam hatinya.Aska yang tidak tahu apapun langsung mendongak dan menatap sang ayah. Tatapan itu langsung ditangkap oleh Evan, "Aska, carilah nanny, main sebentar dengannya sebelum makan malam," titah Evan pada sang anak."Iya Pa." Aska langsung pergi dari sana untuk mencari pengasuhnya. Dan setelah Aska tak nampak barulah Evan menatap ke arah sang adik."Apa maksud ucapanmu?" tanya Evan."Mas Evan jangan berlagak bodoh, sekarang mbak Amanda mengatur keluarga kita, mama bahkan sudah pergi dari rumah ini!""Amanda tidak mengatur keluarga ini, kamu ingin apa? pergi ke pesta juga? Maka pergilah.""Mana bisa aku pergi! Aku tidak punya uang!""Itu masalah mu, karena selama ini kamu tidak mau bekerja. Jadi jangan apa-apa menyalahkan Amanda, coba bercermin lah."Evelyn langsung menangis de
Baca selengkapnya

Bab 54 - Pukul 11 Malam

"Kenapa di sini sepi sekali? Bukankah kita sedang berpesta?" tanya Amanda dengan suara yang mulai mendayu-dayu, bahkan tubuhnya terus terhuyung nyaris jatuh.Wanita yang selama ini tidak pernah mabuk, akhirnya malam ini tunduk pula pada alkohol. Amanda seperti melayang di udara, tubuhnya begitu ringan hingga membuatnya selalu tertawa. "Pesta sudah berakhir, Amanda. Sekarang waktunya kamu beristirahat," ucap Austin.Mereka berada di salah satu kamar hotel. Amanda tak bisa keluar dari hotel ini dalam keadaan mabuk, mengingat reputasinya sebagai pemilik yayasan anak, maka hal itu akan memicu berbagai macam pemberitaan.Karena itulah Kaginda dan yang lainnya sepakat agar Amanda malam ini menginap di hotel saja. Beberapa waktu lalu Luna pun telah datang kemari untuk menjaga sang nyonya, namun Austin justru meminta Luna tinggal di kamar yang lain.Hingga di dalam kamar tersebut hanya menyisahkan dua orang itu, Amanda dan Austin."Apa? pesta berakhir? Ini baru saja di mulai Tuan," balas Ama
Baca selengkapnya

Bab 55 - Menggunakan Jari-jari

Evan merasa gusar sendiri saat melihat waktu, sebab hingga larut malam begini sang istri belum juga pulang. Sementara ponsel Amanda sudah tak bisa dihubungi. Hatinya cemas namun tak menemukan jawaban dari semua pertanyaan. "Kenapa belum pulang juga? Apa pertemuan mereka belum berakhir?" gumam Evan, akhirnya dia putuskan untuk menghubungi Luna, setelah sejak tadi terus menahan diri. "Dimana Amanda? Apa kalian masih berada di hotel?" tanya Evan ketika panggilannya telah tersambung. "Benar Tuan, malam ini saya dan Nyonya Amanda memutuskan untuk menginap di sini." "Kenapa?" "Mendadak Nyonya Amanda merasa lelah sekali, jadi beliau langsung memesan sebuah kamar. Sekarang beliau sudah tertidur," balas Luna bohong, sebuah kebohongan yang sangat besar. Namun dia ucapkan tanpa rasa takut sedikitpun. Tak mungkin menjelaskan semuanya secara rinci, tak mungkin mengatakan bahwa nyonya Amanda saat ini mabuk, tak mungkin menjelaskan bahwa sekarang nyonya Amanda pun tengah bersama tuan Au
Baca selengkapnya

Bab 56 - Butuh pertanggungjawaban

"Eugh," lenguh Amanda saat pertama kali membuka mata. Dengan kedua mata yang masih terasa rabun, Amanda menatap di sekitarnya. Tempat asing dan entah dimana. Jantungnya seketika berdegup cepat saat melihat dada seorang pria berbaring di sampingnya. Amanda memejamkan mata coba untuk mengingat apa yang terjadi, tapi yang terjadi kepalanya malah terasa pusing. Dengan sisa-sisa kekuatan yang dia punya Amanda akhirnya beranjak bangun dan duduk, lalu melihat bahwa pria yang kini bersamanya adalah tuan Austin. Deg! Amanda makin tak mampu mengendalikan degup jantungnya, apalagi saat menyadari diri bahwa dia tak menggunakan gaun semalam. Tubuhnya kini hanya dibalut oleh bra dan juga underwear. 'Astaga, apa yang sudah terjadi,' batin Amanda gusar. Mengusap wajahnya dengan frustasi, kini hanya menutupi tubuhnya dengan menggunakan selimut. "Kamu sudah bangun?" tanya Austin, tiba-tiba bicara dan berhasil membuat Amanda terperanjat kaget. "Aku tidak ingat apapun yang terjadi semalam, an
Baca selengkapnya

Bab 57 - Seperti Gadis Remaja

Amanda mengusap wajahnya dengan kasar, membodohi diri yang begitu ceroboh. Apa yang terjadi malam tadi jelas menambah masalah baru baginya. Ditatapnya lagi tuan Austin yang berdiri di hadapannya. Amanda bingung harus bicara apalagi.Tanpa ada kata, Amanda kemudian memutuskan untuk pergi keluar dari kamar tersebut. Namun Austin dengan cepat menahan pergelangan tangannya. "Jangan bersikap dingin seperti ini, semalam kita saling menghangatkan," ucap Austin."Tuan, aku mohon jangan seperti ini.""Berhentilah memanggil ku Tuan, setidaknya saat kita hanya berdua.""Tuan, aku masihlah seorang istri dan apa yang kita lakukan ini adalah salah," ucap Amanda penuh penekanan."Karena itu segera akhiri semuanya dengan Evan." tegas Austin, "Aku sudah menunjukkan semua keseriusan ku dan bahkan semalam kita bersama. Aku tahu kamu sangat menikmatinya, jadi jangan berkilah lagi tentang hubungan kita."Amanda memalingkan wajah, tak kuasa untuk terus bersitatap dengan pria di hadapannya ini. Beberapa tah
Baca selengkapnya

Bab 58 - Parasit

"Tuan, nyonya Amanda sudah kembali," lapor seorang pelayan pada Evan yang tengah berada di ruang kerjanya. Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi. Evan sampai tidak pergi ke kantor demi menunggu kepulangan sang istri.Sementara Aska kini tengah bermain dengan pengasuhnya. Mendapati laporan tersebut, Evan segera bergegas bangkit dari duduknya dan menemui sang istri, mereka berhadapan di ruang tengah. Langkah kaki Amanda yang hendak menaiki anak tangga jadi terjeda ketika melihat sang suami.Amanda pikir dia akan merasa bersalah tentang semalam, tapi setelah melihat wajah Evan ternyata dia tidak menyesali apapun. Perasannya pada pria ini benar-benar telah habis."Kamu baru pulang, ku pikir akan tiba di rumah lebih pagi dari ini," ucap Evan. Setidaknya Amanda tiba sebelum waktu sarapan tiba, tapi kini baginya sudah sangat terlambat.Mungkin Evan lupa, di masa lalu dia pun selalu membuat Amanda menunggu. Siapa sangka saat sang suami pergi, saat sang suami beralasan lembur ternyata d
Baca selengkapnya

Bab 59 - Suara Lembut Amanda

"Aku butuh dukungan mu, Mas," mohon Seria, "Jika kamu tidak meninggalkan aku, tidak mungkin aku mengambil langkah sejauh ini," tangis Seria terdengar pilu sekali.Namun rasa belas kasih di hati Evan telah benar-benar menghilang untuk wanita tersebut, hingga yang ada di dalam sorot matanya kini hanyalah ketidakpedulian.Kini di hati Evan telah terisi penuh oleh sang istri, Evan bahkan begitu takut dia akan kehilangan Amanda. Sungguh, Evan tak akan pernah mampu melihat Amanda dengan pria lain. Berbeda dengan pandangannya pada Seria, dia bahkan sangat rela jika mantan selingkuhannya itu memiliki hubungan dengan pria lain.Namun sekarang menantang Seria pun hanya akan merugikan Evan, membuatnya memutar otak untuk membuat wanita ini diam. "Pulanglah, nanti aku akan menghubungi mu," ucap Evan, akhirnya menjawab seperti ini dari semua rentetan tuntutan yang Seria ucapan."Benarkah? Mas tidak membohongi aku?""Jangan memperpanjang perdebatan Seria, ini di kantor," ucap Evan penuh penekanan.S
Baca selengkapnya

Bab 60 - Membuatku Muak

Sampai malam berlalu Evan tidak juga menghubungi Seria seperti janjinya kemarin. Sementara semalaman Seria selalu terjaga untuk menunggu panggilan pria tersebut, pria yang hingga kini masih dia anggap sebagai sang kekasih.Sampai pagi menjelang Seria bahkan tidak tidur sedikitpun dan hatinya makin remuk ketika dia melihat ponselnya tidak ada satupun notifikasi dari Evan Sanjaya.Padahal setiap detik Seria selalu menenangkan dirinya sendiri, mungkin Evan akan menghubungi setelah larut malam, setelah Amanda tertidur. Mungkin Evan akan menghubunginya sebentar lagi, tunggu dulu, terus seperti ini sampai saat ini.Tapi penantiannya hanya sia-sia."Jahat kamu, Mas. Bagaimana bisa aku diam saja saat kamu memperlakukan aku seperti ini," gumam Seria. Perasaan marah di dalam hatinya makin tak terkendali. Geram sampai tak mampu mengungkapkannya dengan kata-kata.Suara pintu kamar yang terbuka membuat perhatian Seria jadi teralihkan. Sang mama datang ke sini. Tiap kali Aska berkunjung ke rumah pa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status