Home / Thriller / BAYANGAN DI BALIK WARISAN / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of BAYANGAN DI BALIK WARISAN: Chapter 21 - Chapter 30

38 Chapters

Eccentric Pair

"Jadi, akhirnya kalian berhasil masuk juga," kata seorang wanita yang duduk di tepi tempat tidur. Nada suaranya tenang, nyaris malas, seperti seseorang yang sudah bisa menebak jalannya permainan sebelum dimulai.Gaun tidurnya yang elegan jatuh sempurna mengikuti garis tubuhnya. Kulitnya yang keemasan berpendar di bawah cahaya lampu kamar yang hangat, berlawanan kontras dengan mata birunya yang berkilau tajam—mengamati mereka satu per satu dengan minat yang samar.Dia duduk dengan satu kaki disilangkan di atas yang lain, punggungnya tegak, dan kedua tangannya bertumpu ringan di sisi tubuhnya, seolah menandakan bahwa kendali atas ruangan ini tetap miliknya. Matanya menyapu tamu-tamunya dengan tatapan tenang,Daniel tersenyum kecil, mengangkat alis saat matanya menyapu ruangan. “Tampaknya kami mengganggu momen istirahat yang sangat… nyaman,” katanya, suaranya mengandung nada halus kekaguman yang tak sepenuhnya disembunyikan.Detektif Otero meliriknya sekilas sebelum berdeham. “Mohon maaf
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Valerie Bercerita

Dua minggu sebelumnyaNARASI VALERIE“Itu liontin yang indah."Aku mengatakannya tanpa berpikir terlalu jauh. Hanya sekadar mengomentari benda kecil yang berkilau di dada wanita itu saat kami sama-sama berdiri di teras kafe hotel siang itu. Matahari bersinar terang, menyoroti rantai peraknya yang halus dan batu kecil berbentuk tetesan air yang tergantung di tengahnya. Marilyn, yang tengah mengaduk es dalam gelasnya dengan sendok, mengangkat pandangan. Sejenak, matanya meneliti wajahku, seakan mempertimbangkan apakah aku layak untuk diajak bicara."Terima kasih," katanya akhirnya. Nada suaranya netral, nyaris dingin. Seorang wanita yang berhati-hati, pikirku. Menarik.Aku tersenyum kecil, menyandarkan punggung ke kursi, lalu mengangkat cangkir kopiku. "Aku pernah melihat desain seperti itu sebelumnya, tapi yang ini terlihat… lebih personal. Pemberian seseorang?"Marilyn tidak langsung menjawab. Dia mengangkat tangannya, ujung jarinya menyentuh liontin itu dengan gerakan nyaris gelisah
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Di Balik Pintu Kamar VIP

Jumat, 22 Maret 2024/02:30 MalamSuasana di dalam kamar terasa sunyi. Hanya ada suara samar langkah kaki di koridor luar, pertanda beberapa tamu hotel yang sudah bangun—atau baru akan tidur. Cahaya lampu meja meredup, membiarkan bayangan berjatuhan di dinding.Detektif Otero adalah orang pertama yang berbicara setelah Valerie selesai. Dia menyandarkan punggungnya ke dinding, ekspresinya meragukan."Jadi, Anda ingin kami percaya bahwa Marilyn merasa diikuti, ada surat peringatan, dan pamannya menghilang dengan cara yang mencurigakan?" Nada suaranya datar, tapi ada ketidakyakinan yang jelas di sana. "Nona Valerie, ini semua terdengar seperti paranoia seseorang yang terlalu banyak membaca cerita detektif."Valerie menatapnya tajam. "Saya tidak meminta Anda untuk langsung percaya," katanya dengan tenang, tapi sorot matanya menusuk. "Saya hanya mengatakan apa yang saya tahu. Anda sendiri bilang semua detail penting, kan?" Detektif Otero mendengus, menggeser posisi berdirinya, tapi tidak m
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Satu Nama, Seribu Misteri

Jesse Fox menghela napas pelan, seolah ketegangan yang sempat menggantung di udara akhirnya mulai mereda. Tatapan tajamnya tetap terarah pada Detektif Otero, tapi ekspresinya sedikit melunak. Dia menggeser berat badannya ke sisi lain, seolah mencoba melepaskan ketegangan yang tersisa."Kami butuh istirahat," katanya pada akhirnya, suaranya lebih terkendali.Valerie tidak mengucapkan sepatah kata pun, tapi wajahnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang jelas. Matanya sedikit sayu, bahunya menegang seolah menahan beban yang tak terlihat. Detektif Otero pun tampaknya menangkap hal itu. Dia menutup buku catatannya dengan satu gerakan tenang, mengakhiri interogasi tanpa perlawanan."Jika Anda mengingat sesuatu yang lain, segera hubungi kami," katanya, nada suaranya lebih formal dibandingkan sebelumnya. Kalimat itu sudah sering dia ucapkan, sebuah formalitas sebelum dia meninggalkan suatu ruangan. Tanpa menunggu jawaban, Detektif Otero berbalik dan berjalan menuju pintu. Alphonse dan Danie
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Cara Sebuah Kebenaran Diterima

Lima tahun yang laluLangit sore mewarnai jendela kaca patri perpustakaan Keluarga Wisteria dengan semburat keemasan. Cahaya senja membias lembut di antara rak-rak buku tinggi, menemani aroma kayu mahoni dan kertas tua. Lady Viscaria menuangkan teh chamomile ke dalam cangkir porselen halus, gerakannya anggun dan penuh kebiasaan.Di seberangnya, Alphonse muda duduk dengan satu kaki terlipat di kursi malas, dagunya bertumpu di telapak tangan. Kebiasaan yang kerap membuat ibunya menghela napas. Usianya baru tujuh belas, tapi matanya tajam, sarat rasa ingin tahu. Sore itu, pikirannya terusik oleh satu pertanyaan.“Mère,” ujarnya pelan, “dari semua kasus yang pernah mère tangani, mana yang paling sulit?”Lady Viscaria mengangkat cangkirnya dengan anggun, meniup pelan sebelum menyeruput teh. Senyum samar menghiasi wajahnya. “Sulit?” ulangnya, seolah mengecap kata itu di lidahnya. “Ada cukup banyak kasus yang menuntut ketelitian dan fokus tinggi… tapi jika harus memilih, ada satu yang cukup
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Restless Truth

Jumat, 22 Maret 2024/04:47 PagiAlphonse terbangun dengan napas tertahan. Matanya masih terbuka setengah, dibiarkan menyesuaikan diri dengan cahaya temaram yang menyelinap melalui celah tirai kamar hotel eksklusif ini. Sisa-sisa mimpi masih menggantung di benaknya—suara Lady Viscaria yang berbisik dalam kesadarannya, kata-katanya yang tajam namun mengandung pelajaran."Kebenaran tidak selalu seperti yang tampak di permukaan."Alphonse menghela napas pelan, menekan jari-jari ke pelipisnya sebelum merenggangkan tubuh yang sempat tenggelam dalam empuknya sofa. Pandangannya menyapu ruangan, memastikan di mana dia berada.Kamar itu luas, dengan perabotan mewah yang tersusun rapi. Dindingnya dihiasi panel kayu gelap yang berkilau di bawah pencahayaan lampu gantung kristal yang temaram. Sebuah meja kaca dengan kaki ukiran perak berdiri di tengah ruangan, di atasnya terdapat nampan dengan sisa minuman dari semalam. Beberapa kursi kulit ditempatkan mengelilinginya, dan di sudut ruangan, ada le
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Petunjuk: Bagian Satu

Detektif Otero menghela napas perlahan. Di ruangan yang diterangi cahaya lampu temaram, suara detik jam di dinding terdengar lebih jelas dari sebelumnya. "Hasil tes tambahan dari Dr. Donovan sudah keluar," katanya pada akhirnya, suaranya sedikit lebih berat dari sebelumnya.Alphonse, yang sejak tadi terlihat santai, mengangkat kepalanya dengan ekspresi yang lebih tajam. Bayangan lampu menggambar garis tegas di wajahnya. Detektif Otero tidak membuang waktu—dia mengeluarkan buku catatannya dan mulai membacakan temuan tersebut dengan nada hati-hati.“Serangkaian tes tambahan pada sampel darah korban menunjukkan adanya tetradotoksin di dalam tubuhnya.”Mata Alphonse sedikit berkedut, refleksi dari keterkejutan yang segera berubah menjadi sesuatu yang lebih dingin. Bibirnya melengkung tipis, tapi tidak ada tanda-tanda humor di dalamnya."Ini bukan sekadar pembunuhan." Dia memiringkan kepalanya sedikit, menatap Detektif Otero dengan tatapan yang sulit diartikan. "Ini penghinaan," komentarny
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Petunjuk: Bagian Dua

“Martinez,” kata Detektif Otero, suaranya tegas tapi tanpa nada mendesak. Dia menyerahkan kembali berkas dan amplop coklat pada Officer Martinez. “Untuk saat ini, prioritaskan Eleanor Voss. Lihat apakah ada pergerakan mencurigakan dalam jaringan profesionalnya—siapa yang masih terhubung dengannya, siapa yang mungkin bisa kita manfaatkan.”Petugas polisi itu mengangguk cepat. “Dimengerti.”Tanpa banyak kata, dia bergegas keluar, membiarkan keheningan kembali menguasai ruangan.Detektif Otero membiarkan kepalanya bersandar, menghembuskan napas panjang. “Aku tidak suka ini.”Alphonse akhirnya mengalihkan tatapannya dari langit-langit. “Bagian mana?”“Semua.” Otero meluruskan duduknya. “Terlebih soal Eleanor Voss. Bagaimana kita bisa memastikan dia memang bagian dari ini?”Sebuah senyum samar terulas di wajah Alphonse. “Kita nggak perlu memastikan sekarang. Kita hanya perlu melihat bagaimana dia bergerak ketika dia tahu kita sedang mengawasinya.”“Semua orang punya kebiasaan, kawan,” tamb
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Petunjuk: Bagian Tiga

Jumat, 22 Maret 2024/05:18 PagiAlphonse bangkit dari duduknya dan berjalan menuju jendela. Tangannya terselip di saku celana, matanya menatap lurus ke jalanan di bawah, tapi pikirannya bergerak liar, merangkai kemungkinan demi kemungkinan.“Apakah nama Rhaetozia mengingatkanmu pada sesuatu?” tanya Alphonse dengan suara rendah namun tajam.Detektif Otero mengerutkan kening. Sekilas keterkejutan melintas di wajahnya sebelum dia bersandar ke kursinya. "Media terus memberitakan apa yang terjadi di sana," ujarnya, nadanya setengah hati. Lalu, setelah jeda singkat, dia menambahkan dengan curiga. "Jangan bilang kau menghubungkan kasus ini dengan keadaan politik di sana?"Alphonse tidak langsung menjawab. Matanya tetap kosong, pikirannya berada di tempat lain. "Tentu tidak," katanya akhirnya.Tapi Detektif Otero tidak melewatkan bayangan halus yang melintas di wajah rekannya. Sebuah kilasan singkat yang cukup untuk menyalakan kecurigaannya. Dia tahu Alphonse terlalu cerdas untuk mengajukan p
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

Discernment

Ketukan tiga kali, tegas namun tidak terburu-buru.Alphonse menghela napas sebelum membuka pintu. Daniel Richards berdiri di ambang, ekspresinya netral, tapi matanya memindai ruangan sekilas sebelum kembali menatapnya."Bagaimana kondisi kalian?" tanyanya, suaranya terdengar terlalu ringan untuk pertanyaan yang begitu spesifik.Alphonse mengangkat dagu sedikit, menyisakan jeda sejenak sebelum menjawab. "Masuk dulu."Daniel melangkah masuk, melewati Alphonse yang menutup pintu dengan tenang, tapi memastikan kunci berputar sepenuhnya sebelum melepaskannya. Detektif Otero masih duduk di sofanya, satu kaki disilangkan di atas yang lain. Tatapannya naik sedikit saat Daniel mendekat."Kalian baik-baik saja?" ulang Daniel, lebih pelan, seakan benar-benar ingin mendengar jawabannya kali ini."Kami masih di sini. Tidak semua orang seberuntung itu." Alphonse berbalik, nada suaranya datar tapi mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan.Daniel tersenyum kecil, seperti menghargai jawaban itu. "Saya
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status