Ruangan tempat tangisan itu berasal sempit dan gelap, diterangi hanya oleh cahaya redup dari lampu gantung tua yang berayun lembut. Sarah bergegas membuka pintu, dan pemandangan di hadapannya membuat hatinya tercekat. Di sana, lima anak yang berasal dari yayasan mereka, termasuk Daniel, duduk terikat di kursi dengan wajah penuh ketakutan. "Daniel!" teriak Sarah, langsung berlari menuju putranya.Daniel mengangkat kepalanya, matanya dipenuhi air mata, tapi juga keberanian yang luar biasa. "Mommy, hati-hati... mereka ada di sini."Tepat saat kata-kata itu keluar dari mulut Daniel, suara tawa dingin terdengar dari bayang-bayang. "Aku harus mengakui, kalian jauh lebih tangguh daripada yang kuperkirakan."Dari sudut gelap ruangan, muncul seorang pria dengan wajah yang sudah akrab di mata Sarah dan Andra. Wajahnya, meski pernah terlihat ramah, kini dipenuhi dengan kebencian yang dingin. Pria itu adalah James, seseorang yang pernah mereka anggap sebagai sekutu. "Kau," bisik Sarah, suaranya
Baca selengkapnya