Home / Romansa / Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan : Chapter 31 - Chapter 40

46 Chapters

Ada apa ini?

“A-apa maksudmu, Shanum?”Rasyid terlihat sedikit gugup. Sebab, ucapan Shanum membuat Rasyid merasa tertangkap basah. “Entahlah, Buby. Aku tiba-tiba saja terpikir akan hal itu. Entah kenapa, aku merasa, ada sebuah badai besar yang akan datang dan mengusik rumah tangga kita. Dan, a-aku sangat takut.” suara Shanum terdengar bergetar. Air matanya luruh begitu saja.Dengan sigap, Rasyid membawa Shanum ke dalam pelukannya. “Sssttt, sudah. Tenanglah. Jangan di pikirkan lagi. Itu hanyalah pemikiran burukmu, dan itu tidak akan pernah menjadi kenyataan.” Rasyid terus mengusap punggung Shanum yang bergetar.Melihat itu, Ummi Zulaikha langsung memutar bola matanya. Baginya, Shanum itu wanita yang terlalu banyak membuat drama. “Cih! Ternyata, dia hanya sedang mencari perhatian Rasyid,” Ummi Zulaikha menggerutu dalam hati.Setelah kejadian itu, Selama beberapa hari ini Rasyid terus bersikap manis pada Shanum. Kata-kata dan perilakunya menjadi sangat manis. Hati Shanum sampai tidak bisa berhent
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

Sepenggal Kisah Masa Lalu

POV UMMI ZULAIKHA Ancaman Rasyid untuk pergi ke Uzbekistan membuat Aku terpaksa mengakui perbuatanku yang telah memfitnah Shanum.Karena ancaman itu pula Aku sampai memohon pada wanita rendahan itu agar dia mau memaafkanku. Aku tidak bisa terima ini!Semenjak Shanum hadir di antara Aku dan Rasyid, anakku itu jadi sering melawan diriku, dan sekarang, dia sudah berani mengancamku dengan menggunakan rasa traumaku di negara Uzbekistan.Di negara itu aku mengalami peristiwa yang sangat menyedihkan. Suamiku terbunuh di sana akibat dari aksi para teroris yang menyerang ulama-ulama yang ada di sana. Para teroris itu seolah tidak punya hati. Acara majelis ta'lim yang di pimpin oleh suamiku di obrak-abrik oleh mereka. Para teroris itu menembak, menusuk, dan melempari orang-orang yang ada di majelis dengan batu.Para teroris itu berasal dari salah satu sekte yang berada di sana. Mereka memiliki tujuan untuk menjayakan aliran sekte mereka dan memusnahkan agama Islam yang menjadi mayoritas di
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Perselisihan Rasyid dan Shanum

Sepanjang perjalanan, Aku terus menjelaskan pada Zulfah bagaimana Rasyid bisa menikah dengan wanita rendahan itu. Ekspresi wajahnya terlihat sangat terkejut saat mendengar ceritaku.“Benarkah ceritanya seperti itu? Kenapa cerita yang di berikan Rasyid berbeda?” tanyanya dengan ragu. Aku pun turut kebingungan mendengarnya, dahiku mengkerut. “Memang apa yang di ceritakan Rasyid?” aku balik bertanya.Gadis itu pun bercerita bagaimana dia dan Rasyid bertemu di kediaman Syekh Abdurrahman. Aku terkejut saat mendengar cerita yang di berikan Rasyid sangat jauh berbeda dari kenyataannya. Aku tidak habis pikir, apa pria itu sudah sangat mencintai Shanum sampai dia tidak mau menceritakan yang sebenarnya tentang Shanum?Jika iya, ini bisa menjadi masalah bagiku. Aku kan kesulitan mendekatkan Rasyid dan Zulfah. Tapi ternyata, dugaanku salah. Saat Aku datang bersama dengan Zulfa, mata Rasyid tidak bisa berpaling dari paras Zulfah.Ada sebuah binar di mata Rasyid. Memang tidak terlalu terlihat.
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

Tidak Akan Tinggal diam

POV SHANUMMataku seketika berembun saat Rasyid membentakku. Kenapa dia seperti itu? Apakah salah jika aku merasa cemburu pada Zulfah? Entahlah, mungkin aku juga yang berlebihan. Tapi, sejak awal melihat Zulfah dan sikapnya, aku selalu merasa tidak nyaman.Bayangkan saja, siapa yang bisa nyaman saat ada seorang wanita yang begitu ramah pada suamimu sendiri, tapi, sangat ketus pada dirimu? Apa kau masih bisa berpikir positif pada perempuan itu? Jika iya, kamu bukan hanya naif tetapi juga bodoh!Dengan wajah tertekuk aku keluar dari kamar kecil itu, membuntuti Rasyid yang sudah berjalan lebih dulu. Mataku seketika mendelik saat melihat Zulfah tiba-tiba mengusap bahu suamiku. “Ada debu di bajumu,” katanya sambil tersenyum. Cih! Terlihat sekali dia sedang mencari perhatian suamiku.“Ekhem! Jadi, sekarang udah boleh ya, Kyai, pegang-pegang yang mahram?” aku bertanya sambil menekankan nada bicaraku. Mataku dengan mata Zulfah saling melirik sinis. “Cih! Kau mantan lacur lebih baik sad
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more

Tuduhan Dari Zulfah

Mataku melebar mendengar ucapannya. “Kau bercanda, kan?” tanyaku, tidak percaya. “Untuk apa aku bercanda? Kita bisa melakukannya sekarang di hadapan tukang kebun jika kau mau,” jawabnya dengan ekspresi yang sangat meyakinkan.Secara refleks aku menampar pipinya. Tidak terlalu keras, tapi, bunyinya cukup nyaring. “Jangan gila, Buby!”aku sedikit menambah intonasi suaraku. Rasyid hanya diam sambil terus menatapku dengan senyumannya. Aneh memang, dia bahkan tidak menggubris tamparan kecil yang aku berikan tadi.Namun, di tatap seintens itu olehnya, membuat aku malu sendiri. “Sudah ah, Buby. Jangan menatapku seperti itu terus,” kataku dengan suara sedikit mendayu. Pipiku terasa panas. Entahlah, mungkin wajahku sudah berubah seperti tomat.Tiba-tiba saja Rasyid terkekeh. “Kamu itu lucu sekali, kamu sendiri yang mengatakan hal itu pada Zulfah, tapi, saat aku benar-benar memintanya, kau malah menyebut aku gila,” katanya. Aku langsung berdecak sebal. “Jika di hadapan Zulfah itu berbeda, Bu
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

Suamiku Mencintai Zulfah?

Mataku melebar sempurna mendengarnya tuduhannya. Ternyata, selain pengecut, Zulfah merupakan perempuan munafik. Suamiku bergerak cepat menggendong Ummi Zulaikha dan meletakkannya di atas ranjang. Lalu, dengan telaten suamiku melakukan pertolongan pertama pada dahi mertuaku.Sejauh ini, Rasyid belum bereaksi apapun terhadap tuduhan yang di lontarkan Zulfah. Manik birunya terlihat mengedar menatap kamar yang berantakan.Entah kenapa, aku pun hanya diam. Aku malah ikut mengedarkan pandanganku, padahal, seharusnya aku memberikan pembelaan diri karena sudah di tuduh oleh Zulfah. Tidak. Sebenarnya, aku ingin melihat bagaimana reaksi Rasyid. Pandangannya sempat menatap aku dan Zulfah secara bergantian. Setelahnya, dia kembali menunjukkan fokusnya pada Ummi Zulaikha. Namun,tatapan yang di berikannya tadi, seolah menyelidik aku dan Zulfah. Keheningan terjadi di antara kami bertiga.Zulfah masih setia berdiri di ambang pintu, dan aku pun sama. Aku masih duduk di tepi kasur sambil memandan
last updateLast Updated : 2024-07-28
Read more

Fakta Menyakitkan

“Buby, apa itu benar?” tanyaku. Aku terus menatapnya, dengan maksud menuntut suamiku agar segera memberikan jawaban. Rasyid menatapku sejenak, lalu, membuang pandangannya sambil menghela nafas berat. “Sudahlah, hentikan pembahasan ini!” kata Rasyid. Nada bicaranya sedikit ketus. Dia langsung pergi dari kamar menyisakan perasaan yang berkecamuk dalam diriku. Tiba-tiba saja Zulfah berteriak, “Kenapa kau meminta Rasyid untuk menjadikan aku istri keduanya?! Aku tidak mau, Ummi!” Wow, cukup mengejutkan. Sebelumnya, Zulfah terlihat ketakutan setengah mati, dan sekarang, dia sudah berani memakai Ummi Zulaikha. Harus aku akui, gadis ini sudah tidak waras.“Cih! Kau tidak ingin menjadi yang kedua tapi menyukai pria beristri. Dasar gadis gila! Di mana otakmu itu?” sarkasku sambil menatap tajam ke arah Zulfah.Zulfah sudah terlihat marah. Ia siap melontarkan segala perkataan kasarnya. Namun, Ummi Zulaikha langsung memelototi Zulfah. Aku paham dengan isyarat mata mertuaku itu. Dia memberi
last updateLast Updated : 2024-07-29
Read more

Shanum Hamil

Aku sedang duduk di kursi taman belakang. Menghirup rakus udara yang ada di sana. Berusaha menetralkan hatiku yang tidak beraturan. Bulir-bulir air mataku terus menetes, mewakili berbagai kata yang tak sanggup terucap. Ucapan Rasyid sebelumnya bagai sebuah pisau yang menancap begitu dalam di hatiku. Cukup lama aku duduk di sini, dengan air mata yang terus mengalir. Mataku sudah terasa berat. Sepertinya, aku harus menghentikan tangisanku. Saat aku bangun dari dudukku, tiba-tiba saja kepalaku terasa berkunang. Semua pandangan menjadi kabur dan, perlahan, semuanya menjadi gelap bersamaan dengan jatuhnya keseimbangan kakiku. Samar-samar aku mendengar suara laki-laki yang memanggil namaku. Sepertinya itu Rasyid. Aku ingin membuka mataku, tapi, mataku ini terasa sangat berat. Entah sudah berapa lama mataku terpejam, tapi, saat aku membuka mata, aku sudah berada di kamar. Rasa pening kembali menyerang, namun, tidak senyeri sebelumnya. Pandanganku mengedar mengitari ruangan. Ada Rasyi
last updateLast Updated : 2024-07-30
Read more

Ingin di Akui

Satu pekan telah berlalu. Selama itu, aku sadar bahwa hamil itu tidak enak. Setiap hari aku harus mengalami morning sicknees yang sangat menyiksa. Selama satu pekan itu, Rasyid pun menjadi tempat aku meluapkan emosiku. Aku sering memarahinya tanpa alasan, sering tiba-tiba merajuk. Dan Rasyid sendiri, dia selalu meladeni semua tingkahku dengan penuh kelembutan.Seperti sekarang ini, aku sedang marah pada Rasyid karena gagal membawakan aku bubur ayam langganan kami. Saat Rasyid kembali dengan tangan kosong, aku langsung menangis. Ya, aku akui semenjak hamil aku menjadi cengeng. Tangisanku bahkan belum berhenti sampai sekarang. “Berhenti menangis, Sayang. Aku bisa belikan di tempat lain, mau?” tawarnya. Aku menggeleng cepat. “Cuma mau yang di depan gang itu!” kesalku. “Di sana kan tutup, Sayang. Di tempat lain aja ya?” bujuknya lagi. “No! No! No!” ucapku sambil menggelengkan kepala dan menggerakkan jari telunjuk ke kanan dan ke kiri.“Mau bubur aja ribet! Banyak banget dramanya, h
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

Tuan Abrahah

Kenapa orang itu bisa menghubungi Rasyid? Siapa dia? Apa hubungannya dengan Rasyid? Jika orang itu melihatku, itu bisa gawat! Pundakku tiba-tiba di tepuk. Aku yang masih ketakutan pun refleks berteriak keras. “Aaaa! To-tolong menjauh dariku!” teriakku yang refleks berjongkok memeluk lututku.“Hei, Shanum, ada apa? Ini aku,” suara Rasyid terdengar. Aku langsung mendongakkan kepalaku. Aku langsung bangkit dari dudukku sambil meraba tubuh Rasyid. Benar. Ini Rasyid. Tidak ada orang menakutkan itu di sini.“Ada apa?” tanya Rasyid lagi. Apakah aku harus memberitahunya? Tapi, bagaimana jika aku salah dengar? Tidak-tidak. Aku tidak salah dengar. Aku hapal betul bagaimana suaranya.“Shanum?” Rasyid memanggilku sambil mengusap pipiku. Aku yang semula memandang kosong kini beralih menatap manik birunya. Tatapannya yang teduh membuat hatiku sedikit tenang. “Ada apa, Sayang?”tanya Rasyid sekali lagi. “Ta-tadi ada yang menelfon,” jawabku sedikit terbata.Ekspresi Rasyid langsung menunjukkan b
last updateLast Updated : 2024-08-01
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status