Home / Romansa / Kekasih Bayaran / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Kekasih Bayaran: Chapter 31 - Chapter 40

44 Chapters

Undangan Teman Lama

Morin memandang Irish dan Arthur bergantian dengan senyum penuh arti. "Jadi, kalian berdua kembali bersama? Aku tak menyangka! Tapi hei, aku harus akui, kalian terlihat cocok seperti dulu." Irish tertegun. Pernyataan itu seperti tamparan yang tak ia duga. Sementara itu, Arthur tampak bingung, tetapi tidak langsung membantah. "Morin, bukan seperti itu—" Ia mencoba menjelaskan, tetapi Morin sudah melanjutkan dengan semangat. "Aku benar-benar bahagia untuk kalian! Maksudku, dulu kalian putus secara tiba-tiba, dan aku selalu merasa kalian masih punya sesuatu yang belum selesai. Dan lihat sekarang, kalian terlihat lebih dekat daripada sebelumnya!" Irish mencoba mengendalikan ekspresinya, tetapi kata-kata Morin membuatnya merasa canggung. Ia ingin menyangkal, tetapi takut salah bicara. "Morin," Irish akhirnya angkat suara, berusaha terdengar tegas namun tetap tenang. "Kamu salah paham. Aku dan Arthur sekarang hanya... berteman." Namun, Morin justru tertawa kecil, tidak percaya. "B
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Dua Theana

Keesokkan harinya. Irish duduk di salah satu sudut bistro yang nyaman, mencoba menenangkan pikirannya. Aroma kopi dan suara percakapan di sekitar tak mampu mengalihkan kegelisahannya. Di depannya, Nyonya Wina duduk dengan postur anggun, menyeruput teh dari cangkir porselen. “Terima kasih sudah meluangkan waktu, Irish,” ujar Nyonya Wina membuka percakapan. Suaranya terdengar ramah, tetapi tatapannya penuh ketegasan. Irish mengangguk pelan, tangannya mengepal di pangkuannya. Ia tahu pembicaraan ini tidak akan mudah. “Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena telah membujuk Darren untuk menjalani operasi. Itu bukan hal yang mudah. Kau benar-benar telah membantunya di saat-saat yang sulit,” lanjut Nyonya Wina. Irish tersenyum tipis. “Itu semua untuk kebaikan Darren, Tante.” Namun, Nyonya Wina tidak berhenti di sana. “Selain itu, ada sesuatu yang ingin kubahas. Darren mengatakan sesuatu padaku sebelum dia memutuskan pergi ke Singapura. Dia bilang... dia ingin menikah dengan
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Malam Kita

Arthur dan Irish baru saja akan berbicara lebih jauh ketika langkah cepat seseorang menghampiri mereka. "Arthur, Thea? Jadi kalian di sini!" Irish menoleh, mendapati Morin dengan setelan elegan berwarna merah maroon berdiri tak jauh. Wajahnya tampak semringah, tetapi tatapan matanya sedikit bingung. Morin berjalan mendekat dengan ekspresi penasaran. "Thea, kamu... ganti dress? Aku yakin tadi dress-mu berwarna hitam dan terbuka di bagian belakang." Irish tersentak, mencoba tetap tenang. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Morin tertawa kecil sambil melambaikan tangan. "Ah, mungkin aku mulai mabuk. Tadi aku mencoba wine dengan kadar alkohol rendah, tapi rupanya pengaruhnya terasa juga. Maaf ya kalau aku sedikit berhalusinasi." Arthur hanya tersenyum tipis, tetapi tatapannya tetap waspada. Sementara Irish menarik napas lega dalam hati. Morin menambahkan, "Ngomong-ngomong, ayo ikut aku. Teman-teman kita sedang santai di ruangan lain. Banyak minuman mahal yang disediakan malam ini
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Menerima dan Menolak

Irish berjalan perlahan meninggalkan hotel, langkahnya berat seolah membawa beban yang tak terlihat. Angin pagi yang dingin menusuk kulitnya, namun tak mampu mengusir panas yang masih menyelimuti tubuhnya—bukan panas dari minuman atau malam yang baru berlalu, melainkan rasa malu, kecewa, dan hancur yang bergemuruh di dalam dirinya. Setelah berhasil mendapatkan taksi, Irish duduk dengan kepala tertunduk, menggenggam erat dress yang ia kenakan seolah itu bisa menyembunyikan luka di hatinya. Ia menatap ke luar jendela, melihat bayangan dirinya yang buram di kaca. Bayangan itu terlihat asing baginya. "Apakah aku benar-benar sebodoh ini?" pikirnya. Perasaan campur aduk terus menghantuinya.Saat akhirnya Irish sampai di mansion, ia berjalan cepat masuk tanpa mempedulikan tatapan penasaran para pelayan. Setibanya di kamar, ia mengunci pintu dan melepaskan dress yang sejak tadi terasa seperti menjeratnya. Ia membenamkan wajahnya ke bantal, membiarkan air mata yang selama ini ia tahan meng
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Persiapan Pernikahan

Tiga minggu berlalu setelah percakapan dengan Nyonya Wina. Irish menjalani hari-harinya dengan suasana hati yang berat. Persiapan pernikahan terus berjalan, dan Irish tidak punya pilihan selain menuruti keinginan Ibunda Darren. Pagi itu, ia dijemput oleh desainer kepercayaan Nyonya Wina untuk mencoba beberapa gaun pengantin. Di butik yang mewah dan elegan, Irish berdiri di depan cermin besar dengan dress putih pertama yang dipasangkan padanya. Namun, wajahnya tampak pucat, tak ada sedikit pun kegembiraan di sana. "Bagaimana, Nona Irish? Apakah dress ini nyaman?" tanya sang desainer berusia awal tiga puluhan ramah. Irish hanya tersenyum tipis dan mengangguk. "Ya, nyaman." Setelah mencoba dua dress lainnya, Irish merasa tubuhnya semakin lelah. Saat berdiri untuk mencoba dress ketiga, pandangannya tiba-tiba berkunang-kunang. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, tubuhnya oleng, hampir jatuh ke lantai. "Nona Thea!" seru seorang pelayan yang ditugaskan untuk menemani. Sang desainer
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Dua Garis Merah

Siang itu, Irish duduk di kamar dengan tubuh lemas. Sejak pulang dari butik, rasa lelahnya semakin terasa. Pikirannya terus berkecamuk, memikirkan persiapan pernikahan, tekanan dari Nyonya Wina, dan, yang paling mengganggu, kondisi tubuhnya yang akhir-akhir ini terasa tidak biasa. Pandangannya tertuju pada kalender di meja rias. Ia mulai menghitung tanggal dengan teliti, dan seketika wajahnya memucat. "Satu bulan…” bisiknya, seolah tidak percaya. Ia mencoba mengabaikan rasa cemas, tetapi pikirannya semakin kacau. Apa mungkin dirinya hamil? Pikiran itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Namun, Irish tahu ia tidak bisa membiarkan ini mengganggu pikirannya lebih lama. Ia harus memastikan.Tak menunggu waktu lama, dengan alasan ingin berjalan-jalan untuk menghirup udara segar, Irish keluar dari mansion seorang diri. Ia meminta sopir berhenti di depan sebuah minimarket. Setelah memastikan tidak ada yang memperhatikannya, Irish masuk dengan langkah gugup. Saat tiba di bagian ala
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Kemungkinan Tak Diinginkan

Irish menuruni tangga perlahan, mengenakan gaun sederhana berwarna putih yang mempertegas kecantikannya yang alami. Tubuhnya masih terasa lemas, tetapi ia berusaha menampilkan senyum tipis di wajahnya. Ia tahu, apa pun yang sedang dirasakannya saat ini harus disembunyikan sebaik mungkin di depan Darren.Di bawah, Darren sudah menunggunya dengan sebuket mawar merah di tangan—bunga favorit Thea. Wajah pria itu terlihat tegang sekaligus antusias. Saat Irish muncul di ujung tangga, Darren terpana. Matanya membelalak sedikit, seolah melihat sosok yang sudah lama dirindukan. Ia terdiam beberapa saat, seakan lupa bagaimana caranya bernapas.Irish menangkap ekspresi itu dan merasa dadanya sesak. Bukan karena tersentuh, tetapi karena rasa bersalah yang kian menumpuk. Ia tahu, Darren tidak sedang melihat dirinya—ia melihat bayangan Thea.Ragu, Irish melangkah mendekat. Namun sebelum ia sempat sampai di depan Darren, pria itu sudah menghampirinya lebih dulu dan memeluknya erat. Irish terkejut, t
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Menyelinap

Arthur tiba di mansion dengan langkah cepat dan pikiran yang sama kacaunya. Langit malam begitu hening, dan suasana di sekelilingnya sepi. Sesuai dugaannya, sebagian besar penghuni mansion sudah beristirahat, termasuk Darren dan ibunya. Namun, pikirannya hanya tertuju pada satu orang.Dengan napas yang masih memburu akibat langkah tergesa-gesanya tadi, Arthur masuk ke dalam mansion dengan hati-hati. Ia menapaki tangga tanpa suara, menuju kamar Irish di lantai atas. Perasaan cemas bercampur rindu membuatnya semakin sulit berpikir jernih. Ia tahu tindakannya mungkin tidak tepat, tetapi ia merasa harus melihat Irish saat ini, memastikan wanita itu baik-baik saja.Begitu tiba di depan pintu kamar Irish, Arthur menggenggam gagang pintu perlahan dan mencoba membukanya. Keberuntungan ada di pihaknya—pintu itu tidak terkunci. Arthur mendorongnya perlahan, berusaha sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara yang membangunkan siapa pun.Di dalam kamar yang remang-remang, Arthur melihat Irish
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Merebut Kembali

Di apartemen mewah yang bersebelahan dengan gedung pencakar langit di pusat kota, Theana duduk di sofa putih bersih yang kontras dengan suasana hatinya yang kacau. Wajahnya dipenuhi amarah dan rasa bingung yang luar biasa. Tangannya yang gemetar menggenggam tablet sepuluh inci. Matanya tajam menatap layar yang menampilkan sebuah artikel. Tablet sepuluh inci yang digenggamnya mengguncang di tangannya, matanya menatap layar dengan penuh kebencian. Sebuah artikel besar tertulis dengan jelas."Pernikahan Pewaris Monearchi Group, Darren Mahendra Castlemore, Diumumkan! Calon Istri: Theana Cornel Waverly, Wanita Beruntung yang Memikat Hati Sang Pewaris."Namun yang membuat darah Theana mendidih, dan jantungnya hampir berhenti berdetak, adalah wajah yang muncul di berita itu adalah wajah yang hampir sama dengan wajahnya. Semua yang ia tahu tentang dirinya, tentang siapa dia, kini terasa seperti direbut orang lain. Bukan hanya karena wanita itu yang kini berdiri di samping Darren, tapi juga k
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Setelah Menghilang

Ruang tamu mansion sore itu dipenuhi aroma manis dari kue-kue mahal yang tersaji di atas meja marmer. Irish menatap deretan cake di depannya—terlihat lezat dan sempurna. Ia baru saja hendak mengambil sepotong egg tart saat ponselnya tiba-tiba berdering. Tanpa berpikir panjang, ia meletakkan kembali sendok kecil di tangannya dan meraih ponsel. “Ya, ini aku…” gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam keramaian. Ekspresi Irish berubah tajam, tegang, seolah ada sesuatu yang mendesak. “Sekarang? Baiklah, aku akan segera ke sana.” Setelah menutup telepon, ia berdiri dengan terburu-buru. Pelayan yang menyadari perubahan sikap Irish mendekat dengan raut heran. “Nona Thea, apakah Anda baik-baik saja? Kita masih punya beberapa kue lagi untuk dicoba…” “Saya harus pergi sebentar,” jawab Irish singkat, menyembunyikan kecemasannya. “Tolong sampaikan pada Darren kalau saya akan pulang sebelum malam.” Pelayan itu mengangguk sopan meski jelas terlihat bingung. Irish melangkah cepat kel
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status