Semua Bab Bos Mencuri Ciuman dari Istrinya yang Hamil Setelah Bercerai: Bab 961 - Bab 970

1345 Bab

Bab 961

Kayshila tidak begitu familiar dengan Rumah Sakit Rakyat Pertama Kota Lampung, jadi kepala perawat menemaninya menuju ke bagian keamanan.Begitu mereka masuk, terdengar suara penjaga keamanan.“Lagi bicara denganmu! Serahkan ponselnya!”Zenith dengan santai bersandar di kursi, lengan diletakkan di meja, jari-jari panjangnya mengetuk meja dengan ritme.Dia tidak berkata sepatah kata pun.Penjaga keamanan menatapnya tajam, “Hei! Nggak dengar ya?”Heh. Zenith meliriknya sekilas, tetap tidak menggubrisnya.“!!”Penjaga keamanan semakin kesal, menepuk meja dengan keras, “Sikap semacam apa kau ini?”“Jangan buang-buang waktu ngomong sama dia! Laporin aja! Lihat aja, dia bukan orang baik! Kita punya bukti, dia dari tadi mencurigakan, sekarang malah tidak mau kerja sama!”“Denger gak? Kalau nggak mau kerja sama, kami laporin!”“Baiklah.”Kali ini, Zenith akhirnya bereaksi.Dengan senyum menyeringai, dia membalas, “Cepat, laporin saja, aku sangat takut sekali.”Di depan pintu, Kay
Baca selengkapnya

Bab 962

"CEO Edsel, Nyonya Edsel sudah datang, kami tidak akan mengganggu waktu berkumpul kalian berdua lagi ..."‘Nyonya Edsel’ Dua kata ini langsung menyenangkan hati Zenith, membuat mood-nya seketika membaik, bahkan kedua penjaga keamanan itu kini terlihat lebih menyenangkan di matanya.Dia segera tidak mempermasalahkan lagi, mengangguk ringan.Dia mengambil KTP dari tangan kepala perawat. “Istriku sudah lelah, aku bawa dia pergi dulu.”“Baik.”Kedua penjaga keamanan merasa lega. “Semoga perjalanan kalian menyenangkan.”“Kayshila.”Zenith dengan alami menggenggam tangan Kayshila, tanpa peduli ada orang lain di sekitar. “Ayo kita pergi.”Kayshila tidak mengatakan apa-apa, diam saja saat keluar dari bagian keamanan.Dia terlebih dahulu pergi ke ruangannya, mengganti seragam kerja, lalu kembali ke hotel bersama Zenith.Namun, sepanjang perjalanan ini, Zenith tampak tidak tenang.Sejak keluar dari ruangan penjaga keamanan hingga sekarang, Kayshila sama sekali tidak berbicara atau ba
Baca selengkapnya

Bab 963

Saat pembicaraan sampai pada titik ini, pikiran Zenith menjadi sangat jelas.Sekarang, bahkan menyembunyikannya pun dia enggan.Kayshila merasa hatinya bergetar sedikit, lalu menarik sebuah senyum tipis. “Eh, ini keputusanmu sendiri. Jangan salahkan aku nanti kalau kamu bilang aku tidak memenuhi kewajiban.”Kewajiban?Apakah dia sedang menusuk kelemahan?Begitu tepat, selalu mengenai titik lemahnya.Zenith menelan semua kepahitannya, mengertakkan gigi, dan mengangguk. “Tidak akan.”“Baguslah.”Kayshila tersenyum kecil, mendorongnya menjauh. “Aku tetap harus mandi. Kamu datang tiba-tiba, aku baru saja selesai dari meja operasi, belum sempat apa-apa ... Tunggu aku sebentar ya, aku mandi cepat saja.”“Baik.”Dia melepaskan tangannya dan melihat Kayshila berjalan menuju kamar mandi.“Aku ambilkan baju untukmu?”“Boleh, terima kasih ...”Zenith baru akan mengambil baju, namun tiba-tiba lengannya ditarik oleh Kayshila dengan tenaga yang cukup besar.“Kayshila?”Saat dia meliha
Baca selengkapnya

Bab 964

"...""Tidak boleh ada lagi penolakan."Khawatir Kayshila akan menolak lagi, Zenith langsung menutup mulutnya, "Kalau tidak, aku akan menggendongmu lagi."Baiklah.Kayshila menyerah. Dia benar-benar tidak ingin digendong keluar dari hotel ini di siang bolong, dilihat banyak orang, apa dia mau masuk berita utama?Untungnya, rumah sakit terletak di pusat kota, jadi di sekitar sana ada banyak restoran.Zenith memilih sebuah restoran masakan Indonesia karena Kayshila suka makan nasi.Saat makanan disajikan, dia mengambilkan semangkuk sup untuknya terlebih dahulu. "Minum sup dulu. Perutmu kosong sampai jam segini, jangan langsung makan makanan berat.""Iya."Kayshila menundukkan kepala, menyendok sup dan meminumnya."Coba cicipi iga asam manisnya." Zenith menyendokkan makanan itu ke piringnya. "Tadi pelayan bilang ini menu andalan mereka. Mari kita lihat apakah benar.""Iya."Kayshila menerima semuanya tanpa berkata apa-apa, makan dengan tenang.Di seberang, Zenith diam-diam me
Baca selengkapnya

Bab 965

Zenith segera memberi instruksi kepada Savian, "Suruh Brivan sekarang pergi ke kota Lampung.""Baik, Kak.""Suruh dia diam-diam." Zenith kembali berpesan, "Jangan sampai mengganggu Kayshila."Karena situasinya belum jelas, lebih baik jangan sampai Kayshila tahu, agar dia tidak merasa cemas setiap saat dan hidupnya tetap tenang."Baik, Kak."Savian menyanggupi sambil diam-diam merasa kagum. Kakaknya benar-benar sangat perhatian terhadap Kayshila, tidak ada yang terlewatkan, bahkan ingin selalu melindunginya sepenuh hati.…Malam itu, Kayshila menerima telepon dari Freddy."Bagaimana hasilnya?""Maaf sekali." Freddy menjawab dengan jujur, "Tidak bisa ditemukan."Hasil ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan.Karena itu adalah rekening pribadi di luar negeri, dan hanya ada dua catatan satu arah. Bukan karena kemampuan agen detektif, tetapi karena wewenang mereka terbatas.Kayshila berpikir sejenak, "Jadi, tidak ada cara lain?""Tidak juga."Freddy tampaknya sudah mempersiap
Baca selengkapnya

Bab 966

"Tidak merepotkan." Zenith tertawa pelan, "Justru aku sangat senang."Dia melihat waktu. Sudah hampir siang, tidak terlalu pagi lagi."Tunggu saja, aku akan segera berangkat. Aku harus ke rumah sakit atau ke hotel?""Ke hotel saja."Kayshila berpikir sejenak lalu berpesan sebelum menutup telepon, "Hati-hati menyetir. Waktunya cukup, tidak perlu buru-buru.""Baik, aku mengerti."Setelah menutup telepon, sudut bibir Zenith melengkung. Apakah ini artinya Kayshila ... peduli padanya?Entah itu benar atau tidak, mendengar kalimat itu saja sudah cukup membuatnya senang.Dia menyimpan ponselnya, membuka laci, mengambil kunci mobil, lalu memanggil ke arah luar, "Savian!""Kakak Kedua." Savian segera masuk."Aku harus pergi ke kota Lampung. Urusan sore ini, kamu yang urus.""Hah? Baik, Kakak Kedua."Zenith mengemudi dengan semangat menuju kota Lampung.Dia sampai lebih awal, tidak langsung ke hotel, tetapi ke rumah sakit terlebih dahulu, setelah menunggu hingga pukul dua, dia pun m
Baca selengkapnya

Bab 967

Apa itu yang disebut dengan ‘kesenangan yang berujung kesedihan’?Itulah yang dialami Zenith saat ini.Kayshila marah. Sepanjang perjalanan pulang, dia tidak lagi berbicara, Bagaimanapun Zenith mencoba mencari topik, dia sama sekali tidak menanggapi.Sampai akhirnya mereka tiba di kompleks Harris Bay. Kayshila turun dari mobil dengan sendirinya.Zenith menggaruk alisnya, merasa sedikit panik. Sepertinya kali ini dia membuatnya marah besar.Dia hanya bisa mengikuti dari belakang, terus meminta maaf dengan suara rendah, “Jangan marah lagi, aku tahu salah.”Dia meraih tangannya, “Kalau tidak, kamu pukul saja aku, biar lega.”“...”Kayshila tetap tidak menggubrisnya, menarik tangannya dan masuk ke kamar mandi.Ketika keluar, Zenith sudah berdiri di depan pintu, menunggunya. Tapi dia tetap tidak memberinya tatapan sedikit pun.“Kayshila.”Zenith, seperti lem karet, menempel di belakangnya, “Aku sudah pesan tahu almond dari Four Seasons, rasanya enak sekali. Anggap saja sebagai pe
Baca selengkapnya

Bab 968

Jannice mendengar itu, langsung berhenti menangis.Namun, dia tidak berani langsung makan, melirik ibunya dengan ragu, "Mama, bolehkan?"Tidak bisa dipungkiri, Zenith diam-diam mengagumi, Kayshila memang tahu cara merawat anak.Anak sekecil itu, meskipun dimanjakan oleh semua orang dewasa, namun tidak tampak sedikit pun sikap manja. Setiap hal dia tahu untuk bertanya pada orang tua, itu sangat jarang ditemukan.Lalu, bagaimana dengan Kayshila? Bisakah dia tidak setuju? keduanya menatapnya penuh harap."Jannice ingat, harus terima kasih pada paman.""Hmm!"Jannice senang, tersenyum lebar ke arah Zenith, "Terima kasih, paman.""Sama-sama."Kali ini, Zenith tidak berani membiarkan dia makan sendiri, dia memeluknya dan menyuapinya dengan sendok perlahan, tanpa terburu-buru.Kayshila hanya melihat tanpa berkata apa-apa.Inilah keajaiban hubungan darah, Zenith seakan memiliki kesabaran yang tak terbatas untuk Jannice.Entah berapa kali lagi pemandangan seperti ini akan terlihat?
Baca selengkapnya

Bab 969

"Apa yang kamu katakan?"Pada saat itu, Zenith tidak berani bergerak, takut kalau dia salah dengar, hanya bisa terdiam kaku.Detak jantungnya berdebar cepat seperti ada palu besi yang dipukul keras. Dong, dong,dong. Seolah-olah ingin menghancurkan dadanya."Tadi kamu bilang ... suka?""Ya, ya. Kenapa sih terus ditanya?"Kayshila mengangkat alisnya, wajah lembutnya masih terwarnai sedikit rona merah.Dia tersenyum, mencubit hidung Zenith, "Cabul!"Zenith merasa tubuhnya bergetar, darah mengalir cepat di pembuluh darahnya. Dia membungkuk dan memeluknya.Karena terlalu erat, Kayshila mengeluh, "Aku kesulitan bernapas.""Maaf." Zenith buru-buru melepaskannya sedikit, khawatir, dan bertanya, "Bagaimana kalau begini?"Kayshila mendengus, "Bagus, pas sekali."Dia mengangkat tangan, menyentuh bibir Kayshila, "Apa bibirmu tadi diolesi madu? Hmm? Hanya berkata hal-hal manis saja?""Kamu ini, begitu susah dipuaskan?" Kayshila mengangkat alis, "Kata-kata yang tidak enak tidak boleh
Baca selengkapnya

Bab 970

Dia membuka tutup botol, mengeluarkan sebutir obat, lalu membungkusnya dengan tisu. Setelah itu, dia pergi ke ruang pakaian dan menyimpannya dengan rapi.Setelah semuanya selesai, dia kembali ke tempat tidur, memeluk Kayshila, dan mengusap pipinya.Semoga saja, tidak ada apa- apa....Keesokan harinya, di kantor.Zenith memanggil Savian, dan memberinya pil itu."Ini ...?" Savian tidak mengerti.Zenith memberi perintah, "Bawa ini untuk diuji, lihat apa isinya. Semakin cepat semakin baik."Savian menatapnya dengan serius, "Baik, Kak."Melihat ekspresi Kakaknya, lebih baik dia tidak bertanya apa-apa sampai hasilnya keluar.Mengurus pengujian obat bukanlah hal besar, dan Savian dengan cepat menyelesaikannya. Pada tengah hari, hasilnya sudah ada."Kakak."Savian menyerahkan laporan hasil pengujian elektronik kepada Zenith, "Mereka bilang ingin meneleponmu."Mendengar itu, Zenith mengerutkan kening.Sepertinya, obat ini tidak sederhana."Baik, terima saja teleponnya.""Baik,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
9596979899
...
135
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status