All Chapters of Membalas Kezoliman Mertua Toxic : Chapter 11 - Chapter 20

41 Chapters

Bab 11

Kurir itu segera mematikan mesin dan mengambil bingkisan makanan yang digantung di dasboard. "Pesanan makan atas nama Aisha dan Mirda?" Tanya kurir."Iya, saya Mirda, Pak. Ini yang digendong ialah Aisha,", ucapnya sambil menghampiri dan akan mengambil bingkisan makanan itu "Gimana sih, Pak? Bapak salah baca kali. Itu pasti makanan buat saya dan menantu. Gak mungkin kalau Amel membelikan hanya untuk pengasuh murahan kaya gini." Arum tak terima."Mohon maaf, Bu. Yang memesan makanan ini Bu Amel, ia berpesan pada saya bahwa makanan ini jangan diberikan pada selain atas nama Mirda dan Aisha," jelas Pak kurir.Setelah memberikan makanan itu, kurir delivery pun segera pulang. Sementara Mirda dan Aisha segera masuk ke dalam kamar kembali. Ia tak memperdulikan ocehan Arum dan Mega. "Heh, pembantu sialan. Kurangajar ya kamu asal nylonong tanpa pamit. Lagian itu si Amel udah gayanya udah kaya konglomerat aja mesen-mesen makanan online." Sungut Arum tak terima dengan perlakuan menantunya. Ia g
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 12

"Lancang kamu ya! Baru pertama kali saya liat pembantu belagu kaya kamu Mir! Kamu itu harusnya tau diri tinggal dirumah siapa, ini rumah saya bukan Amel! Cuma pembantu aja kok belagunya kelewatan. Gak punya sopan santun sama pemilik rumah!" Wanita paruh baya itu berkacak pinggang, emosinya sudah meledak.Sementara, hari sudah menjelang sore. Waktunya Amel untuk pulang kerja, ia segera membereskan buku-buku dari meja kerjanya. Sebelum pulang, wanita itu berencana ingin membelikan cemilan untuk Aisha dulu, karena stok kemaren sudah habis."Mel, mau pulang sekarang?""Iya Sin. Aku udah pengen sampe rumah, pengen liat putriku. Tapi kayanya aku mau nyimpang dulu beliin cemilan buat Aisha. Baru setelah itu pulang," balasnya."Oh oke deh. Aku duluan ya. Kamu hati-hati di jalan. By Mel." Sintya melambaikan tangan pada sahabatnya.Jarak antara supermarket dan rumah tidak terlalu jauh, kebetulan masih satu arah. Hanya butuh waktu sepuluh hingga lima belas menit untuk sampai.Di pinggir jalan se
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more

Bab 13

"Mir, sekarang kita siap-siap untuk makan malam di luar dengan Aisha, tolong siapkan segala keperluannya. Pasti sekarang Aisha sudah lapar. Saya tunggu diluar ya." Perintah Amel.Amel bergegas keluar dari kamar untuk pergi dinner dengan putri dan juga pengasuhnya. Ia tak peduli jika Arum ataupun Mega belum makan malam ini, yang terpenting sekarang adalah ia dan juga putrinya.Selang lima belas menit, Mirda menggendong Aisha untuk keluar menghampiri Amel. "Bu, sudah siap. Kita bisa berangkat sekarang," ucapnya."Eh tunggu. Mau kemana kalian? Pergi gak pamit-pamit. Kaya jaelangkung aja." Arum menghadang tepat disebelah pintu depan."Kami mau makan diluar Ma. Pasti sekarang Aisha sudah lapar, kasihan dia belum makan malam ini. Keburu malam nanti bisa ngantuk di jalan," ucap Amel."Enak aja main keluar. Kalian boleh keluar, asalkan pulang membawa makanan untuk Mama dan juga Mega. Kami juga belum makan malam." Tegas Arum."Maaf Ma. Nanti Ayah atau Mas Aryo kan pulang, Mama bisa minta uang
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Bab 14

"Jaga bicaramu pada Mega, kamu gak punya sopan santun pada Adik iparmu juga sekarang," emosi Arum memuncak, sejenak ia memberhentikan makan malamnya."Apa ada yang salah Ma? Coba Mama fikir, apa yang Amel ucapkan itu nyata atau tidak. Lagian, siapa yang mulai ngehina duluan? Kenapa harus Amel lagi yang kena? Harusnya Mama bisa mengajari Mega bagaimana cara bersikap santun pada Kakak iparnya. Dia gak berhak berbicara gitu ke Amel," balasnya tak terima."Arghh, bikin gak napsu makan aja Mbak Amel!""Oh, gak napsu? Baik, Mbak bisa masuk kamar sekarang kok. Lagian ngapain disini lama-lama, menghabiskan waktu hanya untuk berdebat." Amel langsung meninggalkan meja makan dan bergegas masuk ke kamar.***Hari sudah malam, sekarang hampir jam sepuluh. Arum belum tidur, ia masih di depan tv bersama dengan Hakim. Sementara itu, Aryo baru saja pulang sampai rumah. Ia berjalan masuk ke dalam rumah mengendap-endap seperti maling. Mungkin ia khawatir jika kepulangannya diketahui oleh Amel. Karena ba
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

Bab 15

"Yah, ada Mama lagi disini, buang-buang waktuku saja," batinnya."Mau kemana pagi-pagi gini Mel?" Tanya Aryo."Lah, kamu gak liat Mas aku pakai baju apa? Sudah rapih begini, ya mau berangkat kerja lah. Masa mau nyuciin baju," "Tumben pagi-pagi begini? Biasanya juga agak siangan kamu berangkatnya," Aryo sedikit heran."Palingan dia mau menghindar untuk membersihkan rumah, kan sekarang istri kamu sudah mulai berani lupa sama pekerjaan nya." Tukas Arum seraya menyilangkan kedua tangannya."Sebenarnya jam kerjaku pagi, Mas. Namun karena Mama kamu banyak tuntutan, menyuruhku untuk memasak, membersihkan rumah, belum lain sebagainya. Jadi aku terpaksa berangkat agak siang. Tapi, sekarang kan aku sudah gak mau melakukan hal itu.""Kenapa? Aku kan suamimu. Mendingan sekarang kamu beresin rumah lalu masak pagi ini, mumpung masih ada waktu,""Maaf Mas. Aku sudah tak mau melakukan semua itu, disini menantu bukan hanya aku, tapi ada Mega. Lagian, Mama juga bisa masak kalau memang ada kemauan. Say
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Bab 16

"Kamu cek saja di dapur masih ada stok mie atau tidak," titah Arum. Tak berselang lama, Mega, Daniel, Hakim dan Tifa menghampiri Arum, mereka semua juga baru bangun tidur."Ma, sarapan apa kita pagi ini? Daniel laper banget,""Iya nih Ma. Mega juga sama laper banget. Tifa juga udah rewel, kayanya dia mau minta makan sekarang,""Dengar, pagi ini tak ada masakan apapun, karena Amel tetap enggan membuatkan sarapan dan membersihkan rumah. Apalagi untuk membeli bahan dapur, ia sudah tidak mau. Aryo saja mau makan mie instan sekarang,""Apa? Sakit perut dong Ma. Pagi-pagi makan mie. Alah... Masa jajan di kantor lagi, bisa boros dong uang Daniel,"Padahal gaji Daniel dan Aryo tak jauh berbeda. Gaji Aryo di kantor perbulannya mencapai sembilan juta, sedangkan Daniel tujuh juta lima ratus ribu rupiah. Lelaki itu juga mempunyai tabungan yang cukup, tapi ia sayang jika harus memakai uangnya sendiri. Lebih memilih ikut bergantung dengan Amel-Kakak iparnya.Karena tak mau banyak berdebat di pagi h
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Bab 17

"Hayuk, gas!" Jawab Sintya dengan antusias. Ia turut bahagia melihat Amel bahagia, karena biasanya Amel sering murung jika bekerja. Mungkin beban fikiran yang ia tanggung begitu berat. Hanya saja wanita itu tetap berusaha untuk tersenyum di depan orang-orang.Jarak antara resto dengan kantor cukup dekat, tak usah mengendarai motor. Cukup jalan kaki saja karena resto berada di sebrang jalan kantor.Usai tiba di resto, Sintya tercengang. Ia seperti melihat sosok Aryo di dalam sana sedang bersama wanita lain."Aduh, itu kayanya suaminya Amel deh. Ngapain sih dia ada disini? Mana sama wanita lain lagi, ngerusak mood sahabat aku aja. Kayanya itu juga wanita yang pernah aku lihat kemaren... Nanti kalau Amel sedih lagi gimana coba? Baru aja dia keliatan bahagia, aargh dasar laki-laki biawak!" Batin Sintya sambil mengepalkan tangannya, menahan emosi yang bergemuruh di dada.Baginya, kesedihan yang di alami Amel ialah kesedihannya juga. Begitu juga sebaliknya, jika Amel bahagia maka ia pun tur
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

Bab 18

"Sebenarnya dari kemaren aku gak pernah mikirin soal cinta lagi ke Mas Aryo, aku hanya mikirin Aisha-anak aku Sin." jelasnya lirih."Memang ada apa dengan Aisha?""Aku hanya sedih Aisha tak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Padahal, sewaktu aku liat di video tadi Mas Aryo nampak bahagia ketika tau bahwa wanita itu tengah hamil, bahkan ia mau mengantarkannya untuk periksa. Berbeda dengan Aisha, waktu aku masih hamil dulu gak pernah yang namanya USG untuk melihat kandungan.""Mel, udah jangan fikirin itu. Nih coba kamu renungkan apa yang aku bicarakan. Kalau kamu terus memaksakan rumah tangga dengan Aryo, itu akan berdampak juga pada Aisha, karena apa? Keluarga mereka pada toxic. Pasti semakin besar anak kamu bakal sadar dan mikir, dan itu akan berimbas pada mentalnya. Lepasin aja semuanya, untuk saat ini kamu harus fokus dengan kebahagiaan Aisha. Ingat, batin Ibu itu berpengaruh juga pada anak.""Betul juga dengan apa yang kamu ucapkan Sin. Oke, sekarang aku fokus untuk men
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 19

"Amel? Kok kamu ngomong gitu sih ke Mama, ada Risma loh disini, bisa gak sedikit sopan ke Mama mertua kamu?" Aryo tertegun mendengar jawaban Amel hingga ia menegornya."Lah, emang ada yang salah ya Mas sama jawaban aku? Bukannya tadi aku di katain gak peduli, dan cuma nyusahin disini? Jadi bisa kan Mas atau Mama nyuruh ke Mega aja, bukan Amel lagi?" "Mbak, apaan sih? Orang cuma bercanda aja kok kamu baperan banget," "Bercanda kamu bilang? Jangan munafik," Amel melayangkan tatapan tajam pada Mega."Amel! Jaga ucapan kamu, lagian cuma bikin jus aja kok susah banget. Simple loh padahal gak ribet," "Oh, simple yah Ma? Yasudah, Mama suruh aja si Mega ke dapur untuk membuatkan jus. Kalau perlu... Suruh calon menantu yang Mama banggakan ini. Kebetulan Amel capek banget, mau istirahat," ucap Amel, setelah itu ia pergi meninggalkan semua orang yang sedang berkumpul di ruang depan tanpa memperdulikan semua ucapan yang keluar dari mulut mereka.Karena tak terima, Aryo lantas mengejar Amel dar
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 20

Di tengah perjalanan, sekilas ia mengingat soal kejadian semalam. Ia tak habis fikir dengan semua kelakuan suaminya. "Kenapa kamu benar-benar tega ke aku, Mas? Apa kurangnya aku sebagai istri, sehingga kamu tega mengkhianati aku, bahkan sampai ber z!na hingga selingkuhanmu itu hamil," tampak ada air yang mengambang di manik mata coklat itu.Amel menangis bukan karena ia terlalu cinta dengan Aryo, tapi.... Ia sedih karena segala bentuk pengorbanannya tak pernah di hargai oleh Aryo ataupun keluarganya. Terlebih, mereka pun juga tak menganggap keberadaan Aisha, itu yang membuat Amel merasakan sakit yang luar biasa."Untuk apa kamu menikahi ku jika akhirnya aku di abaikan begini saja, Mas? Kamu tak pernah memberiku nafkah lahir dan batin selama beberapa tahun. Jika dulu aku tau pernikahan kita begini, aku tak akan menerima lamaranmu," batinnya sambil berusaha untuk menahan air mata yang jatuh."Ibun? Napa?" Tanya Aisha, ia menyadari ibunya sedang bersedih saat ini. Bocah cilik itu mendek
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status