"Kalau begitu, nanti Mama yang ngomong ke Ayah kamu. Kita gak bisa terus mengundur-undur waktu untuk melamar Risma, kalau perlu malam ini juga, pernikahan kalian dilaksanakan." "Malam ini? Mama serius?" Aryo nampak terkejut. Secepat itu kah? Ia mengira bahwa Arum akan marah jika mengetahui, tapi ternyata tidak."Ya, malam ini. Pernikahan seadanya saja, resepsi belakangan. Mama gak mau nanti perut Risma semakin membesar dan malah menjadi bahan gunjingan orang-orang yang melihatnya. Mumpung Amel juga lagi pada keluar, kita lebih leluasa. Sekarang, Mama mau ngobrol sama Ayah kamu dulu, karena waktunya mepet."Aryo hanya bisa menuruti keputusan Arum. Walau sebenarnya dalam hati ia juga was-was, bagaimana tanggapan Amel jika ia sampai mengetahui semuanya. Ia segera memberi tau Risma soal hal ini, agar dari keluarga Risma pun siap. "Sayang, jadinya kita nikah nanti malam. Tadi Mas sudah bilang ke Mama, tapi tolong ya dari keluarga kamu ataupun kamu, jangan marah jika kita tak bisa melaksa
Perlahan wanita itu masuk ke dalam rumah, di ikuti dengan Mirda di belakangnya. Betapa terkejutnya Amel saat melihat Risma ada dirumah dengan badan yang sudah terbalut kebaya."Mas Aryo menikah?" Batinnya menebak.Ia memperhatikan seisi rumah, ada banyak orang yang tak ia kenal. Tapi, ia mengenali satu orang yang familiar di tempat tinggalnya, lelaki paruh baya yang akrab disebut dengan Pak penghulu."Bapak ini kan....? Ngapain ada penghulu disini, atau feeling ku benar bahwa Mas Aryo menikah lagi," "Mir, tolong bawa Aisha masuk ke dalam kamar, tutup saja pintunya," titahnya pada Mirda. Ia tak mau jika nanti sampai terjadi keributan, dan Aisha melihatnya. Amel mulai berjalan mendekati Arum, dan memberanikan diri untuk bertanya. "Ma? Ini ada acara apa kok Amel gak tau?" Tanyanya memastikan."Acara pernikahan Aryo dengan istri keduanya, kamu bisa liat kan? Ada penghulu disini, dan Risma juga masih memakai kebaya, tak lupa dengan riasannya yang membuat dia sangat cantik bahkan melebihi
Padahal, sebenarnya Amel ingin pulang ke rumah orangtuanya, hanya saja ia sengaja tak memberi tahu Aryo. Koper yang dibawa Amel kini sudah di ambil oleh Mirda, ia juga mengambil alih Aisha dari gendongan Amel. "Kita tunggu Ibun disini ya Aisha sayang..." ucap Mirda membujuk."Dengar, kamu itu masih istri aku, jadi kalau kamu mau pergi harus izin dulu. Toh juga kenapa kamu gak ngajak Mas atau Mama untuk menemani liburan kamu? Mas kan baru saja nikah, jadi pas dong bisa sekalian?""Benar-benar suami tak tau di untung!" Batin Amel menjerit."Ada apa sih ini ribut-ribut?" Tanya Mega sambil berjalan menghampiri Amel dan Aryo."Gak ribut, justru Mbak mu ini sekarang mau liburan. Malah dia mau ngajakin kita. Iya kan Mel?" ucap Aryo tak tahu malu.""Aku mau ke Brunei, mungkin bisa satu sampai dua minggu disana. Kalau kalian mau ikut, ayo kita berangkat bersama." Amel mengajak dengan santai."Serius? Kamu mau ngajakin kita sayang?" Tanya Aryo antusias. "Risma, sayang... Ayo kamu ikut Mas ber
"Apa?" Jawab semua dengan serentak."Bapak serius? Coba di cek lagi Pak." Tanya Aryo memastikan."Iya benar, pesawat tujuan Brunei kan? Sudah berangkat lima belas menit yang lalu.""Ya ampun, sekarang Amel sudah berani membohongi kita." ucap Arum dengan wajah dingin."Masa Amel berbohong sih Ma? Setau Aryo ia tak pernah berbohong." Aryo terkesan seperti membela Amel."Mas, sudah jelas bahwa kita semua sedang dibohongi oleh istri pertama mu. Pesawat sudah take off lima belas menit yang lalu. Sekarang sudah tak ada harapan kita untuk liburan," ucapnya sambil menahan kesal."Mah, benarkah dengan apa yang dikatakan Risma? Bahwa Amel sudah membohongi kita?""Mas, kamu itu kenapa sih? Lihat dong apa kita sekarang jadi berangkat untuk liburan? Gak kan?" Risma ngambek dan sedikit menjauhi Aryo.""Aryo, Mama dan Ayah juga sudah tanya ke petugas, pesawat itu sudah berangkat. Benar, istri sialmu itu sudah membohongi kita semua,"Aryo merasa geram dengan kenyataan yang ada, sekaligus bertanya bis
"Serius dong sayang. Masa bohongan." Sebenarnya, Aryo juga ingin mengajak Risma pergi berlibur ke luar negeri. Hanya saja sekarang kondisi keuangannya tak cukup. Jadi ia lebih memilih berlibur ke luar daerah saja. Yang terpenting bisa membuat Risma terhibur."Ih Mah. Kok Mas Aryo malah ngajakin kita ke Bali sih? Apalagi Jogja. Padahal tadi Mega sudah up status di WhatsApp mau jalan-jalan ke luar negeri. Eh malah gak jadi, mau di taruh dimana dong muka Mega ini?" ucapnya dengan bete."Kamu itu masih syukur jadi liburan, daripada enggak? Kalau kamu memang gak mau ya sudah. Sana kamu nyusul Kakak iparmu itu ke Brunei. Telepon dia suruh transfer kamu uang.""Gak lah Ma. Nanti dikira Mega ngemis lagi sama Mbak Amel. Bisa-bisa dia besar kepala." Hilang sudah harapan mereka untuk liburan ke luar negeri tanpa mengeluarkan biaya. "Rasanya Mama makin eneg sama si Amel, mendingan kamu cepat ceraikan dia Aryo, dan fokus saja pada Risma. Lagian dia sekarang juga gak mau ngapa-ngapain di rumah.
"Jangan sampai rumah itu di kuasai oleh orang-orang rakus seperti mereka ..." ucap Lia dengan datar. Walau wanita itu terlihat diam, namun sejatinya ia juga merasa sangat kecewa dengan Aryo dan keluarganya."Iya Ma. Tapi Mama juga tenang aja ya, alhamdulilah Amel sudah membawa surat dan berkas penting lainnya. Jadi Amel pastikan rumah itu akan jatuh ke tangan kita." "Ya sudah, mumpung sekarang kamu sudah bercerita semuanya. Sekarang kita istirahat, kamu pasti juga lelah. Setelah itu, baru nanti kita bicarakan lagi ke Ayah dan Kakak mu." Sudah dipastikan, Aryo akan menyesal karena sudah menyia-nyiakan Amel. Padahal dari awal menikah, Amel sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik. Bahkan ia menuruti suaminya untuk tak sering berkunjung ke rumah orang tuanya. Namun sayang balasan yang Amel terima tak setimpal dengan apa yang sudah ia lakukan. Hanya karena ia tak menunjukkan kekayaannya dan selalu berpenampilan sederhana lantas Aryo dan keluarganya meremehkan Amel.Lebih mirisnya selam
Tak berselang lama tiba-tiba dering telepon berbunyi, timbul notifikasi pesan WhatsApp dari atas layar ponsel.PAK GIOAmel mengerutkan dahi, sedikit heran karena mendapatkan pesan WhatsApp dari atasannya. Kira-kira apa isi pesan Pak Gio?"Amel, kamu kemaren izin dengan saya meminta waktu cuti satu hari. Tapi, sekarang sudah tiga hari. Ini kantor, bukan rumah yang seenaknya bisa kamu jadikan tempat pulang dan pergi. Saya akui, kinerja kamu disini sangat bagus, jujur, ulet, cekatan. Tapi saya lihat akhir-akhir ini kamu tidak disiplin. Maka dengan berat hati, atas perintah CEO di perusahaan, mulai hari ini kamu saya berhentikan untuk bekerja disini."Deg! Mata Amel membulat. Betapa terhenyaknya Amel membaca pesan dari atasannya dengan isi pesan yang seperti itu. Tempat dimana ia bekerja selama tiga tahun ini. Tempat dimana ia merasakan suka dan duka dengan Sintya-sahabatnya.Ada sedikit rasa sedih dan kecewa dari hati wanita itu, walaupun ia dipecat tapi Amel masih bisa mendapatkan uang
"Eng-enggak kok Mas. Ini komentar netizen lucu-lucu makanya aku senyum-senyum," ucapnya berbohong."Mana coba Mas lihat, emang komentar apaan sayang?" Jawabnya sambil ingin mengambil hp Risma. Dengan cepat wanita itu menutup aplikasi medsos nya, ia khawatir jika ketahuan sedang melihat foto lelaki yang tak lain ialah kakaknya Amel."Yah, mana tadi. Udah ketutup Mas, mending kita istirahat aja. Aku capek," "Ya sudah kalau gitu sayang. Besok kita lanjut healing lagi,""Hufft, untung aja Mas Aryo gak tau kalau aku lagi ngeliatin foto laki-laki lain. Kalau tau pasti cemburu dia. Aku gak boleh gegabah, untuk saat ini aku masih membutuhkan Mas Aryo, tapi entah cepat atau lambat aku pasti akan mendapatkan kakaknya Amel. Si ganteng dan kaya raya yang cocok bersanding dengan bidadari seperti ku," batinnya sambil cengengesan.***Keesokan harinyaHari ini Arum merasa resah, wajahnya terlihat begitu cemas. Ia khawatir jika apa yang dikatakan Amel itu benar, bahwa rumah dan seluruhnya bukan Aryo
"Lo denger gak apa kata bos gue? Apa mau gue sumpelin langsung ke mul ut lo?" Tanya salah satu napi yang lainnya."I-iya, Bang. Saya denger.""Gitu dong!" ujarnya sambil melemparkan bungkus yang berisi nasi bekas."Apes banget hidup disini, gak ada perasaan, udah mirip sama bina tang. Aku harus segera menghubungi Mama, agar mempercepat untuk bertemu dengan Amel dan segera membebaskan aku," batinnya sambil terus memandangi nasi bekas, Aryo merasa risih jika harus memakan nasi itu.Namun tak ada pilihan lagi selain menghabiskan nasi bekas itu, karena para napi yang lainnya juga memperhatikan gerak-gerik Aryo. Dengan terpaksa, lelaki itu memakannya, walau dalam hati sebenarnya ingin muntah.___Arum kini sudah tiba di klinik bersama Risma, ia langsung dilarikan ke UGD karena pendara-ha nya semakin hebat.Tubuhnya lemas terkulai hingga nyaris membuat Risma tak sadarkan diri. Dokter segera mengecek kondisinya, karena gumpalan da rah mulai keluar dari area sensi tifnya.Sementara dengan Aru
"Terus, langkah apa yang akan Mama ambil untuk sekarang? Apa Mama akan tetap mewakili Mas Aryo untuk mempersulit proses perceraian. Atau Mama memilih mengalah dan pasrah jika Mas Aryo dan Mbak Amel benar-benar sah bercerai?" Tanya Mega. Ia turut merasakan tegang bercampur resah, nyalinya untuk menghadapi Amel sudah tak se bar-bar dulu.Ia khawatir jika nantinya malah ikut terseret, karena dulu Mega pernah melakukan kekerasan terhadap Aisha hingga terluka. Bahkan, sampai sekarang Amel pun masih menyimpan bukti visum atas itu.Mega tak menyangka, Amel akan melakukan hal senekad ini. Ia benar-benar menjebloskan lelaki yang dulu pernah membuatnya mabuk kepayang tanpa rasa belas kasihan."Mbak Amel ke Mas Aryo aja bisa setega itu, padahal Mas Aryo adalah lelaki yang dulu pernah sangat ia cintai. Apalagi ke aku? Bisa habis aku dibuatnya," batinnya dengan dada yang berkembang kempis. Wajah wanita itu seketika nampak pias. Ia tak mau jika bernasib sama seperti Aryo."Yah, mau gak mau Mama har
"Semudah inikah Mama bisa mengucapkan kata maaf? Apa Mama gak ingat, bagaimana perlakuan Mama ke Amel waktu dulu? Dan bayangkan, berapa lama Amel menahan sabar atas sikap Mama yang zolim?""Mama menyesal Mel, gak ada yang bisa membantu Mama saat ini kecuali kamu. Karena kamu lah yang berkuasa untuk mencabut tuntutan itu," ujar Arum berusaha untuk terus memohon. Karena satu-satunya orang yang bisa membebaskan Aryo dari penjara adalah Amel.Sebenarnya, Aryo bisa keluar penjara dengan cepat, asal ia membayar denda sesuai dengan jumlah yang di tentukan. Namun, jangankan membayar denda, untuk kebutuhan sehari-hari saja sekarang keadaan keluarga mereka sangatlah sulit. Berbeda dengan yang dulu, uang mereka selalu utuh karena banyak bergantung dengan Amel."Iya, Mama menyesal karena baru tau kan kalau ternyata Amel gak seburuk dan semiskin yang Mama kira? Andai dari awal Mama mengetahui semua harta yang Amel punya, pasti Mama tak akan bersikap seperti itu, yang ada Mama bakal menjunjung ting
"Aku harus segera membawa suamiku ke klinik, agar ia cepat sembuh dan bisa bekerja lagi. Benar-benar kacau, jika sampai tak ada yang menafkahi keluarga ini. Secara, mau makan pakai apa? Sedangkan Aryo juga belum bebas, Daniel pun tak selalu bisa di andalkan. Aku memang mempunyai uang tabungan. Tapi sayang sekali jika harus merogoh tabungan hanya untuk makan sehari-hari. Apa gunanya aku mempunyai anak dan suami jika harus memakai uang tabungan?" ujar Arum sembari melirik ke arah jalan dari kaca mobil yang tertutup. Sekarang, ia dan Hakim sedang dalam perjalanan menuju klinik. "Ma, rasanya gak kuat. Kepala Ayah kaya di putar-putar, rasanya juga mual." Hakim terus memegangi kepala, sambil menahan mual yang kini terasa mengkocok isi perutnya."Ayah, ini juga kita lagi di jalan, bentar lagi juga sampe. Biar enak nanti sampe sana gak usah ngantri lama, karena hari sudah mulai siang."Mobil yang di tumpangi Arum dan Hakim kini sudah berhenti di parkiran sebelah kanan klinik, mereka segera m
Arum langsung memutuskan teleponnya dengan Mega, ia dibuat kaget dengan kehadiran Lia yang berbisik tepat di telinganya. "Bu Arum, apa anda mendengar ucapan saya?" "Iya, saya dengar.""Baik, semuanya sudah jelas. Anda bisa pergi dari sini secepatnya,""Bu, lantas bagaimana dengan Aryo? Kapan ia bisa bebas? Tolong, kasihanilah anak saya." Pinta Arum sedikit memelas."Maaf, yang lebih berhak untuk memutuskan anak Ibu bisa keluar dari tahanan bukan saya, tapi Amel. Dia lah yang mempunyai hak, kapan bisa mencabut tuntutan itu. Karena, yang bersangkutan disini sebagai korban ialah putri saya." "Tapi, apakah Ibu gak bisa untuk membujuk Amel? Di penjara sana tempat orang-orang krim!nal Bu, saya takut Aryo kenapa-napa.""Tadi sudah saya jelaskan ya Bu Arum, yang bisa mengeluarkan Aryo dari sana bukan saya, tapi Amel.""Sekarang Amel ada dimana, Bu? Tolong sebelum saya pergi. Saya ingin tau keberadaan Amel.""Anak saya lagi kerja Bu, gak bisa diganggu di jam-jam sekarang.""Baik, kalau begi
"Saya ingin Aryo di bebaskan, tolong. Ibu gak bisa jika selalu semena-mena terhadap kami.""Semena-mena anda bilang? Apakah menurut kalian, bahwa perilaku kami terhadap kalian ini tak pantas?" Lia berjalan mendekati Arum, tepat di sebelah kolam ikan yang menghiasi halaman rumahnya."Iya, memang anda tak pantas jika berperilaku seperti itu pada anak saya Bu. Apalagi Aryo itu ayahnya Aisha. Jika anak Bu Lia memang mau menggugat anak saya tolong kalian bersikap yang adil.""Adil apa yang anda maksud? Apakah selama ini anda berlaku adil kepada putri saya saat pertama kali ia sah menjadi menantu anda? Apakah anda memperlakukan Amel dengan baik dengan mengingat bagaimana cara Ibu mertuaharus bersikap kepada menantunya?" Lia mencerca Arum, ia mulai geram.Karena Lia paham dengan karakter besannya itu. Pasti Arum takkan terima jika putra sulungnya mendekam dalam tahanan. Arum sesaat hening tak bergeming di hadapan Lia."Bagaimana pun Aryo, ia tetap Ayah biologis dari Aisha Bu. Ibu gak boleh
Di samping itu, kini Aryo sedang dimintai keterangan oleh penyidik. Ia dilaporkan atas dasar kasus perzinahan. Bahkan Amel juga malaporkan kasus saat Mega mendorong Aisha hingga terluka.Namun petugas kepolisian sengaja tak membicarakannya terlebih dulu, karena dilarang oleh Zain dan Lia.Andai saja, ia dan keluarganya tak terus-terusan mengganggu Amel, pasti kejadiaannya tak akan fatal seperti ini."Apa benar kamu melakukan zina ketika masih berstatus kan suami dari saudari Amel?" Tanya polisi."Gak Pak. Semua ini salah paham, tolong bebaskan saya. Saya gak tau menahu soal ini. Mungkin Amel hanya bergurau saja Pak, gak mungkin dia tega melaporkan saya, karena saat ini saya masih sah berstatus kan sebagai suami Amel.""Saya hanya menjalankan tugas, dan saya gak bisa jika harus membebaskan anda, terkecuali Bu Amel datang kemari dan menyabut tuntutannya." Tegas polisi.Aryo terdiam, hanya bisa mendengkus kesal dan meratapi nasib. Ia tak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini."Samp
Pagi harinya"Permisi, apa benar ini kediaman dari Pak Aryo bin Hakim Wahyudi?" Tanya dua orang lelaki yang menggunakan seragam serba hitam."Benar Pak, itu anak saya. Maaf, Bapak siapa dan ada perlu apa kemari?" Tanya Arum, dari hatinya ia menduga bahwa kedua lelaki yang sedang dihadapinya itu berprofesi sebagai polisi."Kami dari pihak kepolisian, ingin menangkap saudari Aryo Wahyudi. Mohon maaf Bu.""Loh, ada apa Pak? Apa salah anak saya hingga mau ditangkap seperti ini?"Belum juga menjawab, salah satu polisi memberi kode untuk memperintah kan temannya masuk ke dalam."Siap Ndan!"Salah satu polisi itu langsung masuk ke dalam rumah dan menggeledah untuk mencari Aryo."Maaf, apa Bapak bernama Aryo?" Tanya polisi ketika sedang melihat Aryo bersantai dengan Risma."Iya, maaf Bapak siapa? Kok berani masuk ke rumah saya seperti ini?"Tanpa berkata lagi, kedua polisi itu langsung memborgol tangan Aryo. Lelaki itu mencoba memberontak karena tak terima. "Heh, apa-apaan ini? Apa salah saya
Semua orang sudah berkumpul di ruang sidang, Amel tinggal menunggu panggilan sekarang.Setelah menunggu kurang dari lima belas menit akhirnya nama Amel dipanggil oleh Pak Hakim (Ketua Pengadilan)."Selamat pagi, saudari penggugat. Apakah anda hari ini sehat dan siap untuk melaksanakan sidang pertama?" Sapa Pak Hakim."Pagi Pak. Saya sehat, dan siap untuk menjalankan sidang hari ini." Jawab Amel dengan tegas."Apakah anda tetap yakin untuk bercerai? Walaupun sudah ada anak di antara kalian? Sudahkah anda mempertimbangkan nya kembali?" "Saya sudah mempertimbangkan berkali-kali, Pak Hakim. Dan keputusan saya mutlak untuk bercerai dengan suami saya.""Bagaiman dengan Aryo, saudari tergugat?" Tanya Pak Hakim pada Aryo."Maaf yang mulia, saya tidak mau bercerai dari Amel. Saya ingin ia mempertimbangkan kembali atas keputusan ini. Karena bagaimana pun anak kami masih membutuhkan kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuanya. Istri saya memang keras kepala Pak. Padahal sudah berkali-kali