Home / Romansa / Jodoh Titipan untuk Delyna / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Jodoh Titipan untuk Delyna: Chapter 21 - Chapter 30

34 Chapters

Kurasa Tidak

Aku berdecak sebal. Hampir saja aku melayangkan parsel itu pada Nobel. "Sebaiknya kau lebih serius kali ini!" ucapku memperingati. Terkekeh pelan, Nobel bergumam, "Hummm... sebenarnya tadi aku sudah makan buah, tapi kurasa aku ingin mencoba buah yang darimu."Nobel tersenyum tipis, lalu mengalihkan pandangannya ke arah buah yang kubawa tadi.Aku memilih buah apel untuk dimakan oleh Nobel. Kusodorkan buah apel tersebut pada laki-laki yang sedang dalam posisi setengah berbaring ini.Ia hanya menatap aku dan buah yang masih setia kusodorkan padanya secara bergantian. "Ini, ambillah!" ucapku kala melihat tak ada pergerakan yang Nobel lakukan. Bukannya menyambut, aku malah mendengar helaan napas yang sedikit kasar dari mulut Nobel. "Ck! Ternyata tingkat kepedulian dan kepekaanmu sungguh minim, Delyna."Aku mengerutkan keningku karena tak cukup mampu memahami maksud dari ucapan Nobel. Apa lagi isi otak manusia ini?!"Tanganku tak cukup bertenaga untuk memotong, atau bahkan sekedar mema
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Kembali Sekolah

Aku mengerjapkan mataku. "Hah? Gimana? Gimana?"Aku tak mengerti, namun entah mengapa sering kali ucapan manis yang ke luar dari wajah dingin itu membuatku gagal paham."Pulanglah. Kau pasti ingin segera pergi ke-"Aku dengan cepat menghentikan ucapan Nobel dengan menutup mulut laki-laki itu dengan jari telunjukku. Jangan sampai mulutnya yang ringan memberi tahu rahasiaku pada Kak Niel. Aku menoleh ke arah Kak Niel yang tengah mengerutkan keningnya melihat interaksi antara aku dan Nobel. "Oh iya... ini... aku emang mau ke rumah. Ga perlu dijelasinlah, Kak Niel juga udah tahu, 'kan, Kak?"Kak Niel hanya mengangguk dengan wajah bingungnya. Kini kulayangkan tatapan tajam ke arah Nobel, sebelum akhirnya aku meraih sedikit ujung baju di lengan kiri Kak Niel saat hendak ke luar dari ruangan abu-abu itu. "Ayo, Kak!""Ck! Kenapa bocah itu harus ada di sisi Delyna? Mengganggu sekali!" Nobel menggurutu memandangi kepergian Delyna yang diikuti oleh Niel. *Tepat pukul 07:00 WIB, Kak Niel su
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Mereka Menyukaimu

"Apa sekarang dia sudah berubah menjadi guru privatemu?"Kalimat itu menjadi sesuatu yang pertama kali Nobel ucapkan padaku. Menyebalkan!"Bisakah kau basa-basi lebih dulu? Setidaknya ucapkan salam lebih dulu." Aku merotasikan bola mataku dengan malas."Kau bahkan tak menjawab pertanyaanku." Ucapnya masih dengan nada dingin. Aku tahu betul apa dan siapa yang dimaksud Nobel."Jangan mengurusi sesuatu yang bukan hakmu!" ketusku tanpa menatap Nobel.Dari sudut mataku, aku bisa melihat Nobel yang masih menatapku dengan tatapan dingin. Astaga! Apa-apaan manusia ini?!Merasa hawa semakin mencekam, Alia tiba-tiba menepuk lengan Nobel pelan. "Hei, bagaimana keadaanmu, Nobel? Ah, rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu, ya? Aku dengar beberapa hari ini kau dirawat di rumah sakit, ya?"Nobel mengalihkan pandangannya dariku. Seketika itu juga aku menghela napas lega. Untung saja.Pagi ini Alia sudah menyelamatkan jantungku dua kali. Mungkin aku harus berterima kasih padanya setelah ini.
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Jadi Customer

Pria di hadapanku ini melonggarkan dasinya dengan amarah yang berusaha ia tahan. "Saya harap lain kali kamu bisa lebih profesional, ya, Delyna? Saya tidak mau ambil pusing dengan apa pun yang menjadi masalah pribadi kamu! Yang saya tahu, kamu digaji di sini untuk bekerja, paham?"Aku hanya bisa tertunduk lemah kala mendengar ucapan Pak Gunawan, seorang manajer di restoran tempat aku bekerja saat ini. Apa yang beliau katakan memang benar. Rasanya aku terlalu egois karena telah mencampur aduk masalah pekerjaan dengan masalah pribadiku."Baik, Pak. Setelah ini saya akan berusaha bekerja dengan sebaik mungkin.""Itu memang sudah seharusnya!" ketus Pak Gunawan sebelum ia berlalu meninggalkanku. Aku mengusap wajahku dengan gusar. "Del, ini kan pilihan kamu. Jadi, kamu harus bisa bertanggung jawab dengan pilihanmu ini. Kamu harus bisa nyelesaiin ini dengan baik." Aku berbicara pada diriku sendiri sebagai bentuk penguatan diri. "Mbak!"Aku menoleh ke sumber suara. Kulihat di sana ada sekum
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Keributan

***Aku tak mau berlama-lama menyaksikan kedua insan manusia yang tengah berbincang itu. Segera aku berlalu dari hadapan mereka usai pesanan mereka kuletakkan di atas meja. "Mbak...!"Baru saja aku sedikit lega karena bisa bernapas sejenak dari banyaknya pelanggan malam ini. Tapi, sepertinya ada saja yang membuatku harus kembali mengukir senyum palsu dengan sesegera mungkin. "Iya, ada apa, Mas? Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku dengan ramah.Yang kudapat adalah raut arogan dari lawan bicaraku saat ini. "Nih!" laki-laki itu menunjuk segelas minuman yang ada di atas mejanya. Tentu saja aku belum dapat mengerti apa yang menjadi permasalahan manusia itu hanya dengan satu kata yang ia lontarkan. Aku mengerutkan keningku seolah meminta penjelasan yang lebih dari laki-laki bertubuh besar itu. "Tadi saya kan pesannya less sugar, tapi kenapa yang datang begini? Nih, mbak coba sendiri saja! Ini restoran emang mau bikin pelanggannya pada diabetes apa gimana, sih? Atau emang dasar para peke
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Perubahan

Kulihat sekilas Pak Gunawan menatap Nobel dengan kening yang mengerut. Kurasa Nobel telah masuk ke ranah yang salah. Aku akan sangat merasa bersalah kalau sampai Nobel terkena imbas dari kejadian ini. "Maaf, Mas, ada apa ini ya ribut-ribut? Ada yang bisa saya bantu?"Pria yang kini berhadapan dengan Pak Gunawan terlihat melemparkan senyuman meremehkan. "Anda manajer di restoran ini?" tanyanya dengan wajah angkuh kebanggaannya. Pak Gunawan mengangguk seraya tersenyum tipis. "Ada yang bisa saya bantu, Mas?""Sebaiknya Anda tanya saja pada karyawan Anda dan orang ini!" pria itu menunjuk Nobel dengan kasar. "Nyesal saya datang ke sini!" ucapnya lalu melenggang begitu saja dari hadapan kami.Dari wajahnya, masih sangat jelas terlihat amarah yang melekat pada dirinya. Menurutku, justru yang membuatnya semarah itu bukanlah karena kesalahan pesanan yang ia terima, tapi karena dia merasa tak mendapat pembelaan. Terutama saat Nobel menegurnya tadi. Kami menatap langkah besar pria itu yang se
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Pacar?

"Nobel, tungguin, Bel!" aku sedikit berteriak setelah mendapatkan kesadaran penuh.Nobel dengan santainya tetap berjalan tanpa mempedulikan aku yang telah memanggil namanya berulang kali. "Ih! Sengaja, ya?" ucapku setelah berhasil meraih ujung jaket abu-abu yang tengah dikenakan Nobel. "Yang nyuruh bengong kayak tadi siapa, ha?"Aku merotasikan bola mataku dengan malas. "Makasih." Ucapku dengan sedikit tertahan. "Hah? Apa apa? Ga kedengaran, Del." Ucap Nobel seraya mencondongkan telinganya padaku."Ck! Ga usah kayak gitu, resek banget!""Ya emang ga kedengaran, Delyna. Suara jangkrik lebih gede noh ketimbang suara kau."Aku menghela napas dalam-dalam. "M-A-K-A-S-I-H ya, Nobel." Aku dengan sengaja mengeja kata 'makasih' dengan suara yang lebih lantang dibanding kata lainnya. Nobel terkekeh geli melihat senyum terpaksa yang kutampilkan."Gitu dong. Lagian bilang makasih doang apa susahnya, sih, Del? Heran banget.""Pengen banget ya diapresiasi begitu?"Nobel tak serta merta langsung
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more

Tiba-tiba

"Oh ini, Del, tadi aku singgah buat beliin cemilan." "Buat apa, Kak? Kan udah ada kantin." Aku dengan mulutku yang ringan berbicara seperti tak ada beban hingga membuat Alia yang mendengar jawabanku langsung mencondongkan dirinya ke arahku."Del, bisa ga sih kalau ada orang yang ngasih sesuatu walaupun cuma modus, kau cukup terima pemberiannya dan ucapkan terima kasih saja?"Aku mengerutkan keningku, namun tetap mengikuti ucapan Alia. "Terima kasih, Kak. Nanti akan kumakan bersama Alia."Ia tersenyum mengangguk. "Kalau begitu, aku kembali ke kelas dulu, ya, Del? Semoga kau menyukai pemberianku. Dan semoga harimu menyenangkan.""Hei, apa tidak ada ucapan untukku, Kak?" Alia sedikit berteriak karena yang diajak bicara sudah berjingkrak kegirangan menuju kelasnya. Meski semakin jauh, Kak Niel tetap menyahuti ucapan Alia. "Kali ini tidak, Alia."Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku melihat aksi Kak Niel dan Alia.Kurasa mereka lebih cocok jika bersanding bersama.Alia menaikkan dagun
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more

Hijau

WOI!!! ARRRGHHH! APA-APAAN?!Senyuman lebar yang ditampilkan Nobel seolah memang sengaja untuk membuatku kesal. Dan senyuman itu ia tunjukkan bersamaan dengan lototan tajam yang kuberi dan pekikan terkejut dari Alia. Alia yang sedari tadi bertahan hanya sebagai penonton pada akhirnya angkat bicara. "What? Hei, sebentar sebentar, apa aku tidak salah dengar, nih? Kalian berdua sejak kapan resmi begini?"Aku menggelengkan kepalaku sembari memajukan kedua tanganku membentuk silang. "Ya ampun, Delyna Alicia, kenapa bisa berita bahagia seperti ini tak kau beritahu padaku? Apa aku tidak sepenting itu bagimu?"Mulai lagi drama manusia satu ini, pikirku.Belum selesai, Alia kembali berucap. "Padahal kalau aku tahu tentang ini, aku pasti tak akan mendukung Kak Niel untuk mendekatimu seperti tadi."Panjang lebar Alia berucap membuatku benar-benar ingin menenggelamkan anak itu ke kolam ikan sekolah.APA TIDAK BISA SEHARI SAJA MULUTNYA ITU DI-REM? SANGAT MEREPOTKANKU!Kulihat wajah jahil Nobel de
last updateLast Updated : 2024-06-25
Read more

Toko ice cream

Ah! Mengapa dia selalu menyebalkan seperti ini?!Ucapannya membuat kerjaanku bertambah. Setelah ini, Alia pasti akan mencecarku dengan rentetan pertanyaan. "Dasar laki-laki aneh!" kesalku dengan geram. ***[Delyna, abang sudah di depan. Apa belnya masih lama?]Kubaca pesan dari kontak bernama 'Bang Ray yang diikuti emoticon bulan' melalui notifikasi ponselku.Kulihat jam tanganku sekejap. Masih ada kurang lebih 15 menit lagi menuju bel pulang sekolah. 'Apa Bang Raymoon tidak ke kampus hari ini?' pikirku sebelum membalas pesannya. Baru saja aku menyimpan kembali ponselku, Alia tiba-tiba menyikut lenganku. "Ntar mau ke toko ice cream dulu ga, Del? Dengar-dengar toko ice cream di simpang lampu merah depan baru aja ngeluarin varian baru dan lagi ngadain promo juga." Alia terlihat excited mengajakku. Aku berpikir sejenak. Tidak mungkin aku mengiyakan ajakan Alia, sedangkan Bang Raymoon sudah menungguku di depan. "Aduh... gimana ya, Lia, masalahnya Bang Ray sudah di depan. Udah nunggu
last updateLast Updated : 2024-06-26
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status