"Ada apa, Sayang? Kulitmu gatal?" Sky melirik sang putri. Summer mengangguk kecil. "Mungkin karena cuacanya mendadak panas, Mama. Aku jadi berkeringat." "Kita belum memasuki musim panas, Sayang. Udara masih sejuk." "Ya, tapi aku merasa panas." Tiba-tiba, Summer mulai terbatuk-batuk. Sky pun menyodorkan air minum. Alih-alih menyambut, Summer malah mendorong tangannya menjauh. Semakin lama, batuknya semakin kencang. Napasnya mulai tersengal. Merasa ada yang tidak beres dengan sang putri, Sky akhirnya memeriksa. Ternyata, bintik-bintik merah telah timbul di leher sang balita. Mendapati hal itu, ia terkesiap. "Astaga, Summer! Reaksi alergimu kambuh!" pekiknya tanpa sadar. Dengan sigap, Sky membuka tas. Ia hendak mengambil epipen, tetapi obat darurat itu tidak ia temukan. "Di mana epipen-mu?" ringisnya sambil mengambil tas Summer dan mencari lebih teliti. Sayangnya, obat itu tidak juga ditemukan. "Oh, tidak, tidak ...." Tangan Sky mulai gemetar. Keringat dingin melingkupi tub
Baca selengkapnya