Beranda / CEO / Hazel Kesayangan Sergio / Bab 121 - Bab 130

Semua Bab Hazel Kesayangan Sergio: Bab 121 - Bab 130

444 Bab

Bab 121

Dia bersandar di bahu Krisna, matanya penuh ketergantungan dan kepercayaan. "Baiklah. Terima kasih, Krisna."Ditatapnya seperti ini, Krisna merasa hatinya membara.Namun, dia bahkan tidak menyadari kebencian dan perhitungan yang terpancar di mata Dania saat wanita itu menundukkan matanya....Saat Hazel bangun, di luar sudah terang.Dia menatap langit-langit kamar dan tertegun beberapa saat. Lalu, dia tiba-tiba teringat apa yang terjadi tadi malam. Seketika, pipinya tiba-tiba terasa panas.Kulitnya yang putih dan bersinar, saat ini dilapisi dengan lapisan rona merah, membuatnya terlihat makin menawan.Sulit untuk memalingkan pandangan darinya.Dia menggeliat, perlahan beranjak dari tempat tidur. Melihat sekeliling ruangan, Hazel akhirnya menemukan sosok Sergio di balkon.Dia turun dari tempat tidur dan berjalan mendekat, melihat Sergio berdiri di balkon sambil merokok.Fitur wajahnya dalam, tampan dan sangat tegas. Saat ini, pria itu mengenakan setelan haute couture berwarna hitam yang
Baca selengkapnya

Bab 122

Hazel berpikir sejenak, lalu menjawab, "Siang nanti ada kelas dua jam, terus balik ke kampus. Malamnya, aku ada janji makan sama Winda. Kenapa memangnya, Om?"Menatap mata bening dan jernih Hazel, Sergio tiba-tiba terdiam.Setelah beberapa saat, dia berkata tanpa ekspresi, "Kalian mau makan di mana? Aku jemput habis pulang kerja nanti."Hazel tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu repot-repot. Aku bisa naik taksi, ada sopir juga yang bakal antar aku ke sana."Sebagai pimpinan perusahaan, Hazel tahu kalau Sergio sangat sibuk. Jadi, dia tidak ingin merepotkannya.Sergio memandang Hazel, ekspresinya fokus dan serius.Lalu, dia mengatakan, "Ini adalah kewajiban calon pacar dan memang sesuatu yang harus aku lakukan. Kamu nggak perlu bilang repot atau apa pun itu."Hazel tertegun sejenak. Ketika menyadari maksud kata-kata Sergio, pipinya langsung memerah.Dia mengerucutkan bibirnya dan menjawab lirih, "Padahal aku belum setuju."Sergio tidak marah, malah terkekeh. Lalu, dia bert
Baca selengkapnya

Bab 123

Mendengar jawaban Hazel, Sergio tidak tahu harus tertawa atau menangis. Saat dulu membicarakan bisnis, yang paling dibanggakannya adalah aura garangnya.Ini akan memberinya keuntungan di meja perundingan karena negosiasi selanjutnya akan mendapatkan hasil dua kali lipat dengan setengah usaha.Dia tidak pernah menyangka kalau suatu hari ada yang keberatan akan hal ini.Apalagi orang itu adalah istrinya.Benar-benar tidak bisa dijelaskan.Sergio menghela napas pelan dan masih terus berusaha, "Hazel, menantu jelek pun harus tetap bertemu dengan mertuanya. Winda itu temanmu, apa selamanya kamu nggak akan mempertemukan kami?""Tapi ...." Hazel ragu-ragu.Sebelum dia sempat berbicara, Sergio melanjutkan, "Kebiasaan di kampus, bukannya kalian harus traktir teman kalau sudah nggak jomblo? Kita juga harus mentraktirnya. Nanti, aku juga bakal panggil temanku buat datang."Hazel memikirkannya baik-baik dan menyadari bahwa Universitas Palapa memang memiliki kebiasaan tidak tertulis tersebut.Selai
Baca selengkapnya

Bab 124

Hal ini terjadi begitu tiba-tiba, membuat otak Hazel tidak bisa bereaksi.Ketika kembali tersadar, Hazel menyadari kalau semua orang di restoran ini tengah memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu.Hazel mengerutkan kening dan sorot matanya menjadi dingin. "Siapa kamu? Sepertinya aku belum pernah bertemu denganmu."Laki-laki itu tersenyum dan mulai memperkenalkan dirinya, "Namaku Candra Wijaya. Aku sudah lama suka sama kamu. Apa kamu mau menikah denganku dan jadi istriku?"Saat mengatakan itu, Candra mengeluarkan cincin dari sakunya.Meski Hazel tidak pernah melakukan penelitian tentang perhiasan, dalam sekali lihat dia langsung tahu kalau berlian di cincin itu palsu.Cincin itu terlihat sangat berkilau, tetapi malah membuat kesan palsunya terlihat jelas.Bahkan mungkin harganya tidak sampai dua ratus ribu.Kerutan di dahi Hazel makin dalam.Dia sudah bertemu banyak laki-laki yang menyatakan cintanya padanya. Namun, ini adalah pertama kalinya ada laki-laki yang melamarnya dengan cinci
Baca selengkapnya

Bab 125

Hazel tidak menjawab perkataan Candra, malah balik bertanya, "Biar aku tebak, siapa yang bakal sepeduli itu kepadaku. Darra atau Dania?"Mata Candra langsung melotot.Wanita itu memang bernama Dania.Hazel terus memperhatikan perubahan ekspresi Candra, yang membuatnya makin yakin kalau semua ini bukan kebetulan, melainkan tindakan Dania.Dia mencibir dalam hati dan bertanya kepadanya, "Apa orang yang memintamu melakukan ini mengaku sebagai ibuku? Dia bilang ingin menikahkanku dengan pria yang baik dan menganggapmu sangat baik?""Dari mana kamu tahu?" Candra berseru tanpa sadar.Ketika menyadari apa yang dia katakan, Candra langsung menutup mulutnya dengan rasa bersalah.Dia berjanji pada wanita itu kalau dia tidak akan mengungkapkan apa pun. Jika tidak, dia tidak akan mendapatkan satu sen pun.Hadiah yang dijanjikan wanita itu sangat besar, empat ratus juta!Dia biasanya memang suka bermalas-malasan. Ketika punya uang, dia akan berjudi dengan teman-temannya dan berakhir dengan kehilang
Baca selengkapnya

Bab 126

Hazel mundur ke belakang tanpa sadar dan menepis cengkeraman tangan Candra.Dia mengerutkan kening dengan jijik dan berkata dengan tegas, "Itu nggak berlaku selama aku nggak setuju. Kembali dan katakan pada Dania kalau aku mengingat tindakannya ini. Cepat atau lambat, aku akan mengembalikan kepadanya, lengkap sama bunganya."Candra tidak menyerah dan ingin melangkah maju. Namun, Winda mendorongnya kuat-kuat hingga membuatnya terjungkal di lantai.Seluruh perhatiannya tertuju pada Hazel, jadi dia tidak memperhatikan pergerakan Winda yang ada di sampingnya.Hal ini juga memberikan peluang bagi Winda.Karena tubuhnya gontai, Candra pun terjatuh cukup keras, sampai membuatnya meringis kesakitan.Kemarahan di hati Candra benar-benar tersulut. Dia beranjak, lalu mengayunkan tangannya berniat melayangkan tamparan."Wanita sialan! Jangan sok jual mahal. Kamu beruntung karena aku mau nikah sama kamu! Ayo kita daftarkan pernikahan kita!"Saat tamparan itu terayun, semua orang sangat gugup hingga
Baca selengkapnya

Bab 127

Candra langsung mengangguk, lalu menjelaskan, "Ya, aku akan katakan semuanya. Ada wanita bernama Dania yang mendatangiku pagi ini. Dia memberiku foto Ha ... foto Nyonya Hazel dan ingin aku membujuknya agar bersedia menikah denganku. Aku harus bisa menipu dan mendapatkan aset yang Nyonya Hazel miliki."Wajah Hazel berubah muram dan dia tidak bisa menahan tawa sinisnya.Ternyata Dania menginginkan semua aset itu. Mereka benar-benar sangat serakah.Itu adalah hasil kerja keras ibunya selama hidupnya. Dulu, mereka ingin mendapatkan keuntungan dari ibunya. Sekarang, mereka bahkan menginginkan warisan ini!Sergio terus mengamati ekspresi Hazel. Ketika melihat suasana hatinya yang tertekan, dia menghiburnya, "Selama aku di sini, aku nggak akan membiarkan siapa pun mengganggumu."Desiran hangat mengalir di hati Hazel, dia tersenyum pada Sergio."Terima kasih, Om. Aku baik-baik saja."Dia hanya berpikir bahwa masalah ini tidak boleh dibiarkan begitu saja seperti ini.Candra menunduk, merasa pan
Baca selengkapnya

Bab 128

Winda menggaruk kepalanya, mencoba mencari ingatan tentang sosok pria berbaju putih ini.Belum sempat dia menemukan jawabannya, kedua orang itu sudah berjalan mendekat.Rafael melirik Winda dengan senyum. "Halo, kita bertemu lagi!"Ditatap oleh mata indah yang penuh kasih sayang itu, Winda dengan tidak tahu malunya langsung tersipu malu.Dia bertanya pelan, "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"Rafael terkejut, lalu tertawa terbahak-bahak. "Kamu menarik sekali. Saat itu kamu mabuk dan muntah di bajuku. Kamu bilang bakal cuci bajuku dan mengembalikannya kepadaku. Kamu bukan hanya nggak balikin baju itu, tapi sekarang malah pura-pura nggak mengenalku?"Winda terkejut dan tiba-tiba teringat kalau sepertinya memang ada kejadian seperti itu.Malam itu, dia dan Hazel pergi ke bar untuk minum bersama. Hazel mabuk dan dibawa pergi oleh Sergio, jadi dia tinggal di sana minum sendirian.Setelah itu, ada seorang pria datang dan mengatakan kalau dia teman Sergio yang ingin mengantarnya pulang.Win
Baca selengkapnya

Bab 129

"Minta Line mu saja, biar gampang balikin uangnya."Winda mengangguk, lalu menambahkan Line Rafael.Setelah permasalahan di antara keduanya terselesaikan, Rafael mulai memperkenalkan diri, "Halo, Hazel, namaku Rafael Bramantyo. Panggil Rafael saja."Vexal mengangguk pelan pada Hazel, lalu menyeletuk, "Vexal Erlangga."Rafael tidak tahan lagi, jadi dia memeluk lehernya dan memperkenalkan Hazel sambil tersenyum, "Ini Vexal. Dia memang orang yang dingin dan nggak peduli sama orang lain. Hazel, tolong jangan keberatan."Vexal memelototinya. "Singkirkan tangan kotormu."Rafael kembali menarik tangannya, tetapi menolak untuk kalah. "Ini pertama kalinya kita ketemu Hazel, jadi tolong pedulikan harga diriku sedikit. Siapa juga yang mau sentuh kamu."Hazel terkekeh pelan, "Halo, senang bertemu dengan kalian. Namaku Hazel.""Aku sudah tahu. Hazel, kamu mungkin belum tahu, tapi Sergio sudah ... aduh!"Saat Rafael tengah mengucapkan kalimatnya, Vexal yang berada di sampingnya langsung menyodok per
Baca selengkapnya

Bab 130

Hazel menatap curiga pada Sergio. Apa dia sudah salah bicara?Kenapa reaksi yang ditunjukkan Rafael dan Vexal sangat aneh?Melihat tatapan kosong Hazel, Sergio tersenyum tipis, mengusap puncak kepala Hazel dan mengatakan, "Jangan pedulikan mereka. Bagian sininya mereka rasa nggak normal."Saat mengatakan itu, Sergio mengetuk pelipisnya dengan ujung jarinya.Hazel terhibur oleh tindakannya. Dia tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipit di pipinya yang terlihat manis dan menyenangkan.Hati Rafael serasa ditusuk dengan keras, lalu menimpali dengan kesal, "Sergio, mentang-mentang sudah punya suami jadi teman dibuang. Ya nggak, Vexal?"Vexal yang sejak tadi hanya diam pun memberikan reaksi dengan mengangguk setuju, "Ya, memang nggak patut."Sergio tidak merasa bersalah, malah menjawab dengan percaya diri, "Antara istri dan teman, bukankah sudah jelas mana yang lebih penting?"Rafael dan Vexal terdiam sesaat, merasa jantung mereka terkena pukulan telak.Bukannya teman itu seperti kaki dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
45
DMCA.com Protection Status