Semua Bab Ayah dari Anakku Ternyata: Bab 21 - Bab 30

116 Bab

21

Sejak pagi Nina sudah disibukkan dengan banyaknya email yang masuk. Dia tidur terpisah dengan Tikta, keduanya menempati kamar di bawah karena Tikta merasa tidak nyaman harus meninggalkan Nina seorang diri di bawah.Nina baru selesai menyikat gigi dan membasuh wajahnya ketika tiba-tiba Tikta masuk ke dalam kamar, lagi-lagi tanpa mengetuk terlebih dahulu.“Mau sarapan?” Tanya Tikta, muncul di balik pintu. Rambutnya sudah setengah kering padahal waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi dan semalam mereka sampai ke Villa pukul tiga pagi.Nina mengangguk, pria itu pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Nina terkadang bingung dengan sikap pria itu yang seenaknya masuk dan keluar tanpa berpikir Nina mungkin sedang berganti pakaian atau apa.Nina kembali pada laptop dan tabnya, mengecek semua pekerjaan yang baru saja masuk ke dalam email. Ada beberapa permintaan untuk sebuah event, setelah pernikahannya selesai kemarin email pekerjaannya semakin ramai, beberapa pesan masuk secara langsung ke ponse
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-18
Baca selengkapnya

22

Nina dan Tikta keluar pukul satu siang, mereka berencana makan dan juga pergi ke laut sesuai permintaan pria itu. Ketika keluar dari kamar dan menemui Tikta ada perasaan berbeda yang Nina rasakan, pria itu seperti sedang dalam mood yang tidak baik.Tikta bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi entah kenapa Nina bisa merasakan perubahan pria itu, mereka tiba di tempat makan siang. Memesan makanan dan mulai menyantap pesanan mereka.“Disini enak juga, tempatnya lumayan sepi.” Ujar Nina membuka pembicaraan, dia seperti memiliki kewajiban untuk memulai topik baru melihat bagaimana Tikta berusaha untuk bersikap biasa saja padanya.Tikta mengangguk, “Disini langganan aku, dulu aku sering kesini.” Katanya, raut wajahnya berubah seperti sedang bersedih. Nina menatap pria itu dengan pikiran yang menduga-duga.“Aku dapat tawaran endorse,” Ucapnya, kali ini berusaha mengalihkan topik lebih jauh lagi agar Tikta tidak terbebani dengan entah apa yang ada di dalam kepalanya sekarang. Nina mengad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-19
Baca selengkapnya

23

Nina lagi-lagi di buat melongo oleh Tikta, pria ini masuk ke sebuah wilayah yang Nina ketahui apa namanya. Masuk terus ke dalam dan kemudian berhenti di sebuah Villa yang lebih besar dari yang mereka tempati sekarang, Tikta keluar dari dalam mobil, membantu Nina turun dan kemudian membawa tas punggung yang entah apa isinya.“Ini Villa siapa?” Pertanyaan yang semestinya tidak perlu Nina pertanyakan karena sudah tahu siapa pemiliknya.“Keluarga Sahasika.” Jawab Tikta, kemudian dia menelepon seseorang. Mereka tidak menunggu lama ketika seorang pria datang menghampiri.“Siang, oh ini istrinya mas Tikta?” Ujar seorang pria berkepala plontos sambil membungkuk dan menyodorkan tangannya. Nina buru-buru menyambut tangan itu dan keduanya berjabat tangan.“Ini pak Anto, beliau dari jawa, tapi aku bawa ke Bali khusus untuk jaga Villa disini.”Nina mengerenyit, “Ini Villa punya mas Tikta, pak Ega yang belikan waktu mas Tikta ulang tahun ke delapan belas. Tapi mas Tikta gak mau, jadi katanya ketimb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-19
Baca selengkapnya

24

Nina tengah meringkuk di sofa besar yang terletak di ruang tengah Villa tersebut, setelah berjalan menyusuri pantai dan berbincang dengan Tikta serta menikmati kelapa muda yang segar di pinggir pantai perutnya terasa begitu kencang.Bayinya terus menendang, dan perut bawahnya terasa sakit.Jadi dia kembali keatas sambil di gendong oleh Tikta, dia tidak sempat merasa malu karena rasa sakit yang dia rasakan.Tikta sudah menelepon dokter kandungan di Bali yang keluarga intinya kenal dan dokter itu sedang di perjalanan menuju Villa.“Masih sakit?” Tanya Tikta, mendekat kearah Nina yang masih meringkuk dengan wajah kesakitan. Peluhnya bercucuran padahal AC central sudah di titik paling rendah.“Iya, bukan mules sih tapi kayak kram gitu.”Tikta mengangguk, dia mengelus lembut punggung Nina.Istri pak Anto datang dengan membawa air mineral hangat, wanita berusia hampir paruh baya itu tersenyum melihat Tikta dan Nina yang berhimpit-himpitan di sofa.“Lucu banget saya lihat mas Tikta kayak yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-19
Baca selengkapnya

25

Tidak ada yang salah dengan bayi Nina, dokter mengatakan mungkin kram terjadi karena terlalu capek berjalan, usia kandungan Nina sudah memasuki enam bulan. Bayinya sehat, beratnya juga cukup bagus, keadaan Nina juga sama baiknya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.Setelah pemeriksaan selesai keduanya kembali pulang ke Villa, tubuh Nina seperti remuk. Dokter tadi tidak meresepkan apapun untuknya, dia hanya diminta istirahat saja dan tidak banyak bergerak.“Maaf ya Ta, besok gak bisa kemana-mana.” Ujar Nina, merasa menyesal karena bayinya malah tidak bisa diajak pergi.Tikta membantu Nina turun dari mobil sambil tersenyum, “Ya gak apa-apa, ‘kan di Villa juga kita bisa bikin banyak kegiatan. Kita berenang ya besok?”Pria itu baru tiga bulan ini bersama Nina, mereka menghabiskan banyak waktu berdua selama itu dan setiap kali ucapan yang dia lontarkan mampu membuat Nina tercengang.Apa semua pria seperti ini?Tidak. Selama perjalanan cintanya berpacaran dengan beberapa orang, Nina tidak i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-20
Baca selengkapnya

26

Catur menatap ponselnya, semua pesan dari Nina dia baca tapi satupun tidak di respon. Julie juga mengirimkan beberapa foto pernikahan kedua orang itu, dia enggan untuk melihatnya. Tapi, Nina terlihat begitu cantik dengan gaunnya.Gaun yang di desain oleh Nina sendiri.Catur ingat saat Nina diminta untuk membuat desain gaun pernikahan impiannya, saat itu dia begitu stress dan Catur berada disana. Di sampingnya, menunggui wanita itu mencoret, merobek, dan mendesain berulang-ulang. Ocehan-ocehan Nina mengenai bagaimana dia ingin gaun pernikahannya terlihat seksi namun sopan.“Gue gak yakin bisa pakai gaun ini.”“Emang kenapa?”“Siapa yang mau nikah lagian? Gue gak suka anak kecil.”Tapi kemudian beberapa tahun kemudian wanita itu menikah dan kini tengah menanti anak pertamanya. Seperti mimpi.Dan seperti seorang pengecut, Catur pergi ke London. Seminarnya sudah selesai bahkan sebelum pernikahan Nina dimulai, tapi dia enggan untuk pulang kembali ke Indonesia dan memilih untuk melakukan pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-20
Baca selengkapnya

27

Tikta dan Nina memutuskan kembali lebih cepat dari Bali. Setelah kemarin bertemu dengan dokter, paginya mereka berdua berdiskusi panjang mengenai apakah baiknya mereka melanjutkan ‘bulan madu’ ini atau kembali pulang.Tikta tidak ingin Nina langsung kembali ke tempat kerja setelah pulang dari Bali, wanita itu menyanggupi dan berjanji akan memilih untuk istirahat.Setelah berdiskusi panjang lebar akhirnya mereka memutuskan menghabiskan sisa ‘bulan madu’ di kediaman orangtua Tikta. Meskipun awalnya Tikta menolak dengan tegas dan berkata kalau dia sudah muak tinggal disana, mengajak Nina untuk ke apartemennya saja. Tapi wanita itu berkata ada baiknya tinggal disana sekarang sebelum melahirkan.Akhirnya Tikta menyetujui.Kepulangan Nina dan Tikta lagi-lagi menjadi bahan berita, seorang wartawan tidak sengaja memergoki mereka di bandara dan terheran-heran mengapa mereka sudah kembali.“Pak, saya bilang sejujurnya aja ke wartawan?” Tanya sekretaris Tikta lewat telepon ketika Tikta dan Nina
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-20
Baca selengkapnya

28

“Kamu gak apa-apa aku tidur disini?” Tikta berkata sambil masuk ke dalam kamarnya sendiri, menghampiri Nina yang sedang duduk diatas kasur menyisir rambut panjangnya. Wanita itu baru saja selesai mandi, hanya memakai daster pemberian ibu Tikta.Pria itu duduk diatas kasur, menatap Nina yang tengah menyisir dan bersiap mengeringkan rambutnya.“Gak apa-apa, namanya juga suami istri. Malahan nanti ibu sama bapak curiga kalau kita gak tidur bareng.”Tikta melihat sekitarnya, kamarnya cukup luas, ada satu sofa panjang di sudut ruangan.“Aku tidur disana aja ya?” Dia menunjuk sofa tersebut, mengalihkan pandangannya lagi pada Nina yang kini bangun dari duduknya berjalan menuju stop kontak untuk menyalakan pengering rambut.“Gak usah, aku gak apa-apa kok Ta.”Tikta masih menatap Nina yang kini sambil berdiri mengeringkan rambutnya. Kamar Tikta belum sempat diubah oleh kedua orangtuanya karena dia baru saja keluar dari rumah beberapa hari, jadi tidak ada meja rias disana.Dia kemudian mengambi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-22
Baca selengkapnya

29

“Aku sama mantan tunanganku kenal waktu aku masih kuliah di Indonesia.” Katanya memulai cerita, ingatannya kembali di saat dia dan Gata pertama kali bertemu.Tikta berkuliah di Indonesia, sesuai keinginan orangtuanya. Universitas yang dia masuki adalah pilihan ayahnya, begitupun dengan jurusannya. Kehidupan kampus yang mungkin seharusnya menyenangkan jadi tidak membuatnya selera bahkan untuk pergi ke kampus sekalipun.Kepalanya sudah dijejali rasa benci dan muak.“Ya, kamu bayangin aja sejak kecil aku sudah di tuntut banyak hal terutama masalah perusahaan. Jadi, ngelakuin hal tersebut sampai aku dewasa rasanya sudah gak mampu. Aku jadi mikir kenapa aku harus emban tanggung jawab yang sebenarnya bukan punya aku?”Nina mendengarkan dengan seksama.“Terus aku ketemu sama mantan tunanganku di sebuah perpustakaan tengah kota, kita sedang cari buku dengan judul yang sama dan kebetulan disana hanya ada satu buku. Karena waktu itu aku butuh, aku minta nomor kontaknya. Gak ada kepikiran untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-22
Baca selengkapnya

30

Nina sudah terbangun sejak pagi buta, dia berakhir tidur bersebelahan dengan Tikta. Awalnya dia merasa canggung, tapi Tikta terus berbicara pada bayinya sampai dia tertidur lebih dulu. Menatap langit-langit yang bukan kamarnya, menoleh ke kanan dan mendapati punggung Tikta yang tengah tertidur satu selimut dengannya.Ada perasaan aneh yang muncul.Ya, mereka suami istri sekarang.Nina duduk di pinggir kasur, menatap seluruh ruang kamar milik Tikta yang baginya besar sekali. Plafonnya tinggi, dan jendelanya begitu lebar. Dia masuk ke dalam kamar mandi, menyelesaikan cuci muka dan sikat gigi. Mendekat ke arah meja, dia menenggak sebotol air mineral.Nina masih menggunakan daster ketika dia keluar dari kamar.“Bu Nina, bisa dibantu bu?” Salah satu pelayang menghampirinya dengan cekatan membuat Nina terkejut.“Oh, gak usah, saya cuma mau jalan-jalan.”“Saya temani ya bu, nama saya Isma.”Nina ingin menolak, tapi dia tidak sanggup. Mungkin memang pekerjaan pelayan disini jadi dia membiarka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status