Home / CEO / Istri Kedua Sang Majikan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Kedua Sang Majikan : Chapter 41 - Chapter 50

70 Chapters

Bab 42

Panji sudah menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya dan juga Ibu Alina serta Paman Asep. Keempat orang tua itu sesaat hening diam tanpa sepatah kata pun. Hingga terdengar kata-kata yang dilontarkan Nina membuat semua orang terkejut apalagi Lisa hanya sebagai sahabatnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Nina. "Sekarang Aku hanya bisa menyerahkan semua keputusan hanya kepada anakku yaitu Alina, dia yang akan menjalani hubungan rumah tangga bersama Panji." Kata Nina memecahkan keheningan. Membuat Lisa tersenyum bahagia Ia tidak menyangka jika Nina punya hati yang sangat luas dan berlapang dada menerima semuanya. Seperti mendapatkan angin segar, Panji bisa bernafas dengan lega karena mendapatkan lampu merah dari sang mertua. Panji berjalan mendekati Alina lalu merangkulnya dan berpamitan kepada kedua orang tuanya Bu Nina dan Paman Asep, untuk membawa Alina masuk dalam kamar alih-alih akan menyuruh A
Read more

Bab 43

"Hei..., Gadis sialan jangan kabur kau!" Seru seorang pria paruh baya yang berbadan tambun dengan perutnya yang terlihat buncit. Pria itu terus mendekati ke arah gadis yang bersembunyi di belakang Dion dengan menatap nyalang dan seolah-olah mengistimidasi Dion untuk melepaskan gadis yang sedang meminta pertolongannya. Gadis itu sangat ketakutan Dion bisa merasakan jika tangan gadis itu terasa dingin dan berkeringat sedikit gemetaran. "Berikan gadis sialan itu! Maka aku akan melepaskanmu!"seru pria paruh baya itu lagi. "Jangan sentuh dia! Jika kau tidak akan mau menyesal, Pergilah!" Kata Dion dingin dan menatap tajam ke arah pria itu dengan raut wajah yang dibuat sangar. "Aku tidak akan pergi sebelum membawanya pergi bersamaku! Aku harap kau jangan ikut campur! Karena dia calon istriku!" Jawab pria itu menekankan calon istri agar dia mau melepaskan gadis yang sedang memeluk tubuhnya dan bersembunyi di belakang
Read more

Bab 44

Hari ini Lisa mengajak Nina dan Alina pergi berkeliling kota dan berakhir di sebuah mall terbesar di ibukota. Sebelumnya Panji tidak mengizinkan Alina pergi dengan Lisa dan Nina meskipun Alina pergi bersama mamanya dan ibunya, tapi Panji merasa khawatir saja. Akhirnya ia mengizinkan tetapi dari jarak jauh ia mengikuti tiga wanita yang berbeda usia itu. Saat ketiganya sedang memilih beberapa pakaian Alina berada di tempat terpisah antara Lisa dan Nina. Bruukk Tanpa diduga ia bertemu dengan seorang pria dari masa lalunya yang tanpa Alina sadari. "Alina....," Seru seorang pemuda yang langsung saja memeluk tubuh mungil Alina. Membuat Alina terkejut dan diam terpaku. Ia tidak menyangka bertemu dengan Rendy, sahabatnya yang tinggal di desa. "Maaf, Al..., Aku begitu sangat senang bertemu denganmu dan aku sangat merindukanmu. Selama ini aku selalu mencarimu tapi tidak pernah bertemu," ka
Read more

Bab 45

Panji membuka daun pintu kamarnya dia melangkah pelan dan mendapati Alina sedang menyisir rambutnya di depan meja rias. Ia melangkah semakin dekat dan memeluk tubuh mungil Alina dan membisikkan sebuah kata yang membuat Alina merinding. "Saatnya memberikan hukuman!" Bisik Panji di telinga Alina. Jantung Alina berdetak lebih cepat dan darahnya mengalir. Dia membayangkan malam itu akan terulang kembali di sini. Panji mulai menciumi leher jenjang Alina dan sedikit meninggalkan jejak kemerahan sebagai tanda kepemilikan di tubuh Alina. "Aku janji akan melakukannya dengan sangat hati-hati," kata Panji menatap wajah halina yang sangat cantik dengan polesan make up yang natural dan bibir yang mengundang gairah. Panji mulai melumat bibir tipis Alina dengan salah satu tangannya menahan tengkuk Alina dan tangan satunya lagi tidak tinggal diam mulai bergerilya meremas, memilin buah dada Alina sehingga membuat i
Read more

Bab 46

Pucuk dicinta ulam pun tiba, sepertinya pepatah itu sangat cocok buat seorang Panji Wijaya. Ia tidak berhenti senyum-senyum sendiri setelah mendengar berita yang sangat baik dari dokter yang menangani Alina. Panji senang bahkan sangat senang karena ia akan mempunyai dua jagoan yang sudah lama dia nantikan selama ini. Iya tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur atas rizki yang telah Tuhan berikan kepadanya. Melalui istri yang sangat cantik dan bayi-bayi yang sangat lucu. Dengan gelisah Panji mondar-mandir di depan pintu ruang operasi Alina. Hingga membuat Lisa merasakan sakit kepala melihat putranya berjalan ke sana kemari tidak jelas. "Panji, duduk dulu Nak! Mama pusing melihat kamu terus mondar-mandir ke sana kemari," kata Lisa gemas. "Panji khawatir Ma sama Alina," kata Panji sambil berjalan mendekat ke arah Lisa dan bu nina yang duduk bersebelahan. Ia mengambil tempat duduk di pinggir Lisa seperti anak kecil yang sedang merajuk. Menyendarkan kepalanya sambil memeluk tubuh
Read more

Bab 47

Lisa dan Nina juga Aron sedang menatap ke dalam ruangan bayi lewat sebuah kaca yang gordennya terbuka. Ketiganya tersenyum melihat bayi bayi yang sangat lucu itu menangis karena haus. Bayi kembar tersebut adalah anugerah yang begitu luar biasa. Wajah mereka begitu tampan, dengan garis wajah tegas, hidung mancung yang mengingatkan pada sang ayah, Panji, dan bibir tipis yang mirip sekali dengan sang ibu, Alina. Namun, yang paling mencolok adalah mata berwarna hijau yang sama persis seperti mata Aron yang berkewarganegaraan London. Dalam inkubator, kedua bayi kembar itu menggeliat dengan begitu gemas, menggambarkan potensi besar yang mereka bawa sejak lahir. Tidak ada hal yang membuat Panji sangat bahagia, mempunyai dua anak kembar, istri yang sangat cantik. Sudah satu minggu Alina dirawat di rumah sakit. Dan keadaannya berangsur membaik. Seharian ini Panji tidak keluar sedikit pun ataupun bergeser dari ruangan Alina dirawat. Ia dengan setia menjaga Alina
Read more

Bab 48

Hari ini adalah hari kepulangan bayi kembar Alina ke mansion. Kedatangan si kembar disambut oleh para bodyguard satpam dan pekerja di rumah Panji. "Wah pastinya anaknya ganteng-ganteng nih, pasti wajahnya mirip sekali dengan Tuan," terus salah seorang bodyguard yang sedang berjaga di pintu gerbang. "Ya jelas lah, masa iya mirip kamu!" sahut yang lainnya. "Ya siapa tahu mirip orang lain," kata Tejo sambil tertawa. Pletak "Kalau ngomong jangan ngadi-ngadi!" jawab Mbok Sumi yang baru saja datang dan memukul kepala Tejo dengan sangat keras memakai nampan. Iya baru saja mengantarkan beberapa cangkir kopi buat para penjaga yang sedang berjaga di depan pintu gerbang. "Eh si Mbok, sakit tahu Mbok," kata Tejo sambil memegang kepalanya. "Kamu itu kalau ngomong jangan sembarangan! Nanti jika didengar sama tuan tamatlah riwayatmu!" jawab Mbak Sumi dengan memandang sengit. Hahaha.... hahahaha.... hahahaha Para bodyguard dan satpam pun menertawakan kesalahan Tejo yang berkomentar asal. "H
Read more

Bab 49

Di sebuah desa tempat tinggal Nina, seorang wanita paruh baya sedang mengamuk entah pada siapa. Ia membanting barang yang ada di hadapannya. Dia juga mencaci maki anak dan suaminya yang dianggapnya tidak becus. Apalagi setelah mendapat kabar dari Pak Asep jika Nina sudah bertemu dengan Alina. Dan mereka hidup bahagia di kota dengan tinggal di rumah mewah. "Ayu, kamu harus contoh Alina dia bisa mendapatkan pria yang kaya raya." Seru Bu Mia. "Hah, apa yang Ibu katakan itu benar?" tanya Ayu penasaran. "Benar, tadi Ibu bertemu dengan Pak Asep." kata Bu Mia sambil meneguk teh hangat. "Sekarang kamu siap-siap, kita berangkat ke kota sekarang juga!" kata Bu Mia menyunggingkan senyuman di ujung bibirnya. "Kita mau ke sana mau ngapain Bu? tanya Ayu yang belum paham. "Kamu itu bodoh! Apa kamu nggak mau ikut menikmati harta kekayaan suami Alina yang kaya raya itu?" tanya Mia menatap tajam ke arah putrinya. "Ada apaan sih Bu berisik banget pagi-pagi?" kata Roby yang baru saja bangun dan
Read more

Bab 50

"Tolong Mbok, panggilkan Nina atau Alina, kami ingin bertemu mereka!" Kata Mia setelah bisa menguasai dirinya dengan rasa keterkejutannya. Roby yang sudah dari tadi banyak bicara pun sekarang hanya bisa diam setelah mendengar fakta jika orang yang ia hina sejak tadi adalah pemilik rumah ini. Nyalinya mendadak ciut saat mengetahui Panji adalah orang yang sangat kejam. Sedangkan Ayu dia sedang memikirkan cara licik untuk bisa menyingkirkan Alina dan menjadi nyonyot besar di rumah mewah Panji Setelah Panji memasuki rumahnya Mbok Sumi mengikutinya dari belakang, ia menghampiri Nina dan Lisa yang sedang memotong sayuran di dapur. Mbok Sumi memperhatikan interaksi keduanya sangatlah akrab. Ia kemudian menghampiri Nina. "Nin, di luar ada Mia dan kedua anaknya," kata Mbok Sumi Deegg "Kenapa mereka sampai di sini?" gumam Nina dalam hati. "Mereka siapa Nin?" tanya Lisa penasaran melihat raut wajah Nina yang berubah menjadi murung. "Ceritakanlah sama aku, nanti aku akan bantu kamu! Panji
Read more

Bab 51

Tiga mobil mewah beriringan dan berhenti tepat di hadapan kerumunan orang yang sedang membuat gaduh di depan rumah Panji. Beberapa pria berpakaian serba hitam dan berkacamata hitam menerobos ke dalam kerumunan orang. Mereka semua adalah para bodyguard Panji yang selama ini bersembunyi di markas Three Seven. Di antara mereka semua terlihat Dion dan Rama yang sedang berjalan dengan santainya membuat Panji mendelik menatap dua larva yang sedang tertawa dan entah sedang membahas apa. Setelah keduanya berada di hadapan Panji, Rama langsung diam setelah melihat tatapan mata Panji yang sangat menyeramkan, tapi tidak begitu dengan Dion dia masih terus saja mengoceh dan tidak sadar sudah berada di hadapan bosnya hingga ia harus dihadiahi sebuah cubitan di perutnya oleh Rama. "Aduh, sakit bego!" kata Dion yang beringis karena merasakan sakit di perutnya akibat dicubit oleh Rama. Seketika Ia hanya bisa nyengir dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Bahwa mereka semua ke hotel paling mahal
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status